#32

285 55 0
                                    

- ILY

Entah bagaimana cara Juna mengatasinya, tapi yang jelas sepekan setelah menfess mengejutkan itu muncul kini semua sudah kembali seperti semula. Bahkan tak ada lagi yang menyinggung berita tersebut, mungkin juga karena berita-berita lain yang lebih terbukti faktanya telah mengubur berita abu-abu itu.

Namun tak bisa dipungkiri, ruang temu Naka dan Kala terasa semakin sempit. Di sekolah mereka berlagak seperti orang asing, komunikasi hanya bisa lewat pesan teks. Dan 3 teman Naka tak hentinya melarang mereka ini itu.

"Kala!" panggil Arkean seraya berjalan menghampirinya di meja kantin.

"Ada apa?"

"Ke ruang teater sana."

"Hah ngapain? Gue kan udah bukan anak teater."

Astaga, tidak peka sekali. Arkean akhirnya maju, berbisik di telinga Kala sebentar kemudian melenggang pergi.

"Ditungguin Naka."

Ruangan itu sepi, ekskul tersebut memang sedang senggang. Mungkin bulan depan baru akan sibuk membuka pendaftaran bagi siswa kelas 10.

Kala memasuki ruangan, menutup pintu dan tak lupa mengunci dari dalam. Dilihatnya Naka tengah berbaring di sofa panjang dengan mata tertutup.

"Dih, malah tidur," gumam Kala yang sudah berdiri di samping Naka.

Lalu tiba-tiba pinggang kecil itu ditarik ke dalam pelukan. Posisi keduanya agak ambigu, namun Kala menyukainya. Ia menumpukan wajahnya di ceruk leher Naka, menikmati wangi khas tubuh cowok itu.

"Kenapa nyuruh ke sini? Ada yang mau diomongin?" tanya Kala.

"Ada."

"Penting banget sampe gak bisa ditahan pulang sekolah nanti?"

"Penting. I love you."

Kala memukul dada pacarnya, kesal sekaligus malu. Kemudian ia menarik Naka untuk bangun mengubah posisi, dan kini Kala beralih duduk di pangkuan kekasihnya.

"Iya, love you too."

*****

- Pulang

[roomchat Kala]

Pacar

|KALA
|SAYANG
|OIT KEBO BANGUN
|LO MAU IKUT GUE KAGAK

Paan sih anyink|
Mau ke mana hah|

|Jemput camer lo

Hah maksudnya?|

|Ibu gue udah boleh pulang

NAK SERIUS?|

|IYAAAA
|Buru dandan yang cakep 10 menit lagi gue nyampe di kos lo

*****

- Yang Kembali

Naka membawa ibunya ke rumah Budhe. Dan kakak beradik itu langsung berpelukan dengan isak tangis penuh harus. Mata Kala ikut berkaca-kaca, dia ikut bahagia.

Kini Wendy sudah dibawa ke kamar, kamar Naka. Sekarang giliran ibu dan anak itu menumpahkan rasa rindu. Wendy merengkuh tubuh putranya ke dalam pelukan, mengusap lembut puncuk kepala anaknya dengan penuh kasih.

Tangis Naka pecah.

"Kamu gimana selama ini tanpa ibu? Makannya gimana? Kamu pasti kangen masakan ibu ya. Terus kalau pagi bangunnya nggak kesiangan kan, Nak? Dulu kamu nggak bakal bangun kalau nggak ibu bangunin," ujar Wendy sembari menerawang waktu-waktu berharganya dengan sang anak.

Wendy begitu menyesal. Bagaimana bisa ia terobsesi dengan lelaki bejat itu dan malah menyia-nyiakan waktu berharganya dengan sang putra.

"Naka yang minta maaf, Naka nggak bisa jaga Ibu."

"Enggak-enggak, ibu yang salah. Ibu nggak tau kenapa bisa secinta itu sama orang kayak—"

"Ssttt, udah Bu. Sekarang kita udah sama-sama. Kita mulai hidup baru ya, Bu. Lupain semua yang terjadi di masa lalu. Ibu cuma perlu ingat, ada aku yang sayang banget sama Ibu."

Wendy mengangguk mantap. Jemari lentiknya terulur menyentuh wajah tampan Naka. Mengusap air mata di pipi anaknya, dengan harap Wendy bisa juga menghapus segala luka yang dipikul Naka sendirian.

Kala masih di ruang tamu, ia tidak mungkin kan mengganggu Naka dan ibunya. Sudah satu jam ia duduk diam. Lebih baik dia pulang saja. Mau berpamitan, tapi Kala bingung.

"Eh, Nak Kala udah mau pulang ya?" Untungnya Budhe muncul.

Kala tersenyum canggung. "Iya, Budhe. Pamit ya, Budhe, sekalian tolong pamitin nanti ke Tante Wendy sama Naka."

"Sebentar budhe panggilin Naka biar ngantar kamu."

"Eh eh nggak usah, Budhe, takut ganggu. Kala bisa pulang sendiri kok."

"Ya udah hati-hati, ya, Nak."

Kala pulang dengan perasaan aneh. Dia senang ibu Naka sudah kembali, tapi di sisi lain Kala merasa sedih. Ia tak bisa mengharapkan hal yang sama, mamanya bahkan mungkin sudah lupa pernah melahirkan Kala. Lalu papanya ....

Tin tin

Lamunannya buyar karena bunyi klakson yang tepat berasal dari mobil di sampingnya. Kaca mobil diturunkan, dan wajah si pengemudi tentu sangat Kala kenali.

"Ayo naik, Nak. Papa mau ke kos kamu ini," ucap pria bersetelan jas itu dengan senyum sumringah.

*****

You Make Me ✔ | hyunlix lokal au Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang