#24

330 57 2
                                    

- Dufan

Tadinya Kala menolak ketika Naka berusul hendak menghabiskan hari libur terakhir untuk bermain ke Dufan, tapi sekarang bisa dilihat Kala begitu kegirangan seperti anak TK diajak piknik.

"BUSET NGGAK USAH LARI-LARI, KALA!"

Malangnya nasib Naka, ia harus menuruti ke manapun kaki Kala melangkah. Dengan berlarian pula. Tak peduli akan pandangan aneh dari para pengunjung. Yang penting Kala senang. Toh dirinya dan Naka tak mengusik siapapun.

"Naik ini, yah!" ajak Kala excited.

Naka bergidik ngeri melihat wahana di depannya. Baginya kereta tanpa atap ini lebih mematikan daripada kereta express berkecepatan paling tinggi.

"Yang lain aja lah," tolak Naka.

"Halah, cupu! Gue naik sendiri aja, minggir!"

"Eh nggak ada nggak ada! Lo nggak boleh naik sendiri, bahaya tau." Terpakasa Naka berkata begini.

Jadilah kini mereka bersiap di kursi penumpang. Naka memejamkan matanya sembari komat-kamit membaca doa agar tetap diberikan kesadaran setelah menaiki wahana ini.

Kala? Anak itu justru terus meneriaki petugas agar cepat-cepat menjalankan roller coaster.

Wahana mulai dijalankan, berbagai ekspresi diluapkan para penumpang, dari mulai teriakan gembira, penuh tantangan, tangisan, sampai pengakuan dosa seperti sudah di ambang kematian.

Tak sampai lima menit, wahana sudah berhenti. Wajah Naka menjadi pucat pasi, seluruh badannya terasa melayang tak bertulang, beruntung ia masih bisa menghembuskan napas.

"Yaelah naik roller coaster doang udah kayak naik kereta zombie aja lo," komentar Kala yang masih diselingi gelak tawa mengejek.

"Heh! Masih untung ya gue masih napas ini. Kalau kagak, jadi janda lo."

"Pala lo janda!"

Kala kembali menarik Naka, bedanya sekarang berjalan biasa bukan berlari. Yang dituju pun bukan wahana, melainkan stand penjual minuman dan camilan.

"Minum, nih!" Kala tak setega itu membiarkan pacarnya mangap-mangap seperti ikan menggelepar.

Satu botol air mineral ditenggak Naka sampai tandas. Ia duduk sendirian, Kala meninggalkannya untuk membeli makanan.

"Naka!"

Bukan, panggilan tadi bukan suara Kala. Melainkan dari seorang gadis berkuncir kuda yang tengah melambai-lambaikan tangannya dari jarak sepuluh meteran.

"Senja, ngapain lo?" tanya Naka setelah berhasil mengenali wajah familiar itu.

Gadis bernama Senja itupun melangkahkan kakinya menyusul Naka.

"Main sama temen, lagi ke toilet orangnya," jawabnya.

"Lo sendiri ngapain? Sama siapa ke sini?" Senja balik bertanya.

Tepat sekali jawaban Naka muncul. Kala datang dengan dua kantong makanan di tangannya. Melihat Naka tak sendiri, Kala langsung menatap curiga pada dua insan berwajah lumayan mirip itu.

"Sepupu gue, Senja namanya," bisik Naka pada Kala yang sudah berdiri di sampingnya.

Kala sempat melempar senyum pada Senja sebelum pergi. Kala pikir dua bersaudara itu mungkin butuh ruang sendiri untuk berbincang. Lagi pun Kala sudah tak sabar ingin bermain lagi.

"Nak, temen lo cakep banget. Kenalin gue dong!" ucap Senja dengan mata masih tertuju pada punggung Kala di depan sana.

"Bukan temen gue."

"Lah, terus siapa?" tanya Senja heran.

"Pacar gue." Ingin sekali Naka mengatakannya.

Namun, yang keluar dari mulutnya hanyalah kalimat ngawur.

"Tau, anak ilang kali."

*****

- Tolong

[room chat Kala]

Jihan

5 panggilan tak terjawab

|kal t o llonhg

*****

You Make Me ✔ | hyunlix lokal au Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang