21. Baper

54 9 7
                                    

WARNING❗

DI PART INI ADA SCANE KEKERASAN DAN JUGA PELECEHAN, BUAT KALIAN YANG PUNYA TRAUMA ATAU GAK MAU BACA, MENDING SKIP PART INI! DAN JANGAN DITIRU!

❗JADILAH PEMBACA YANG BIJAK❗

Kalo ada typo, tandain👌

Kalian suka makan bakso gak?

Suka makanan pedes atau manis?

Happy Reading!

(っ◞‸◟c)

Dilain tempat.

"Lepasin gue bangsat!" gadis itu terus saja meronta, mencoba melepaskan diri dari lelaki yang saat ini memeluknya dari belakang dengan erat.

"Gadis seperti kamu tidak cocok berbicara kasar," bisiknya pelan, sembari meniup telinga kiri gadis itu. Tangan kanannya ia gunakan untuk menjambak rambut gadis itu, agar kepalanya mendongak.

"Gue gak peduli, lepasin gue!" gadis itu terus saja memberontak, tapi hasilnya nihil. Tenaganya tidak sebanding dengan lelaki itu. Bahkan dirinya sudah mencubit tangan dan menyikut perut lelaki itu, tapi bukannya sakit atau melepaskannya, lelaki itu malah terkekeh dan kembali melontarkan kata-kata yang membuatnya muak.

Kurang ajar!

"Syut... jangan berteriak, nanti suaramu bisa habis."

Siapapun tolong gue, batinnya memohon.

Sekuat tenaga gadis itu menahan air matanya yang siap menetes. Ia menggelengkan kepalanya kekanan dan kiri, menghindar dari lelaki yang mencoba mencium pipinya.

Gue mohon cepet dateng , batinnya.

Lelaki itu menggeram marah melihat gadis dipelukannya yang terus saja memberontak dan menolaknya. Akhirnya ia menghempaskan gadis itu ke sofa, dan menatapnya tajam.

Sakit anjing! batinnya kesal.

Gadis itu meringis karena benturan antara kepalanya dengan ujung sofa, untung saja tidak membuatnya pingsan. Antara sakit dan bersyukur karena sudah terlepas, gadis itu menatap lelaki di depannya dengan perasaan was-was. Mencoba berdiri, setidaknya ia masih memiliki tenaga, pikirnya.

Lo harus kuat, batinnya menyemangati diri sendiri.

"Kenapa kamu terus melawan, hah?!" teriak lelaki itu yang berjarak kurang lebih setengah meter dari tempatnya berdiri saat ini.

"Karena ini hak gue!"

Lelaki itu berjalan mendekat, gadis itu berusaha memberi jarak. "Seharusnya kamu menuruti kemauan saya, tidak perlu menunggu saya marah apalagi menggunakan kekerasan. Apa perlu saya menampar dan menjambak kamu lagi? Hah?!"

Gadis itu semakin berjalan mundur, untung saja ruang tamu ini lebar. "Najis gue nurutin lo!" balasnya dengan wajah merah, antara marah dan takut di saat bersamaan. Berusaha mengatur suaranya agar tidak bergetar.

Kalo sampe gue kenapa-napa, gue kutuk lo! batinnya kesal.

Mendengar ucapan gadis di depannya ini semakin membuatnya marah, berjalan cepat kearah gadis itu. Dia harus memberinya hukuman!

Princess of SkornickiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang