24. Bandung

44 8 9
                                    

Haii, Assalamu'alaikum.

Hal yang kalian syukuri hari ini?

Happy Reading!

∆∆∆

Setelah turun dari mobil, mereka semua meregangkan tubuh yang sedikit kaku akibat perjalanan yang lumayan panjang. Bahkan Salsa dan ketiga sahabatnya langsung duduk selonjoran di atas rumput yang hijau, sepertinya sangat dirawat oleh pekerja di Vila ini.

"Akhirnya... sampe juga,"

"Capek banget gue,"

"Sama aja Gab, mana tempat gue sempit lagi. Lima orang pake satu mobil," gerutu Flo kesal.

"Kesiannya... gue mah lebar, di belakang plus Rey cuma duduk." Bianca tertawa mengejek, mereka mendengus. Sepertinya Bianca lupa kalau disini ada Niko, cowok itu mengepalkan tangan kuat. Berusaha menahan emosinya dengan cara  mengatur nafas. Tidak mungkin dia memberi hukuman disaat banyak orang seperti ini, apalagi ada Salsa.

"Yaudah, yuk masuk. Di dalem udah disiapin kamar sama yang kerja, udah dibersihin juga." Niko berjalan lebih dulu, mereka mengikuti dibelakangnya.

"Anjir! Masih ngantuk gue," keluh Fadil dan Yudha bersamaan. Mereka berjalan dengan sempoyongan. Sesekali tersandung batu kecil, mereka yang melihat hanya tertawa. Bahkan Ael sampai terbahak-bahak menepuk lengan Geri yang berada di samping kanannya.

Kalau kata Salsa mereka itu seperti Upin Ipin, selalu saja bersama. Sama-sama suka membuat rusuh dan keributan sekaligus pencair suasana, sama seperti Ael dan Haryan. Kalau mereka disatukan pasti sangat ramai.

Karena terlalu lelah dan belum paham seluk beluk Vila ini, mereka memilih duduk mengistirahatkan tubuh di sofa yang ada di dalam. Bisa dibilang seperti ruang tamu, karena letaknya yang tidak jauh dari pintu masuk.

Beberapa pekerja perempuan menghampiri ruang tamu sembari membawa nampan yang berisi minuman dan makanan ringan untuk mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, para pekerja itu kembali ke belakang. Mungkin ke dapur.

"Sultan mah beda, punya Vila gede plus mewah, yang kerja juga banyak." celetuk Alan.

"Ngaca om, dirinya aja anak sultan." ledek Yudha.

"Gue gak bilang kalo bukan anak sultan." Alan tersenyum bangga sembari mengedipkan sebelah mata.

"Dih, merendah untuk meroket!" suara Fadil melengking.

"Bodo amat!" Alan menjulurkan lidahnya. Mereka semua tertawa, ada juga yang menggelengkan kepala dan memutar bola mata malas.

Sombongnya kumat!

Niko membawa dua gelas jus mangga, satu untuknya dan satu lagi akan ia berikan ke Salsa yang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Karena sejak tadi gadis itu belum juga minum.

Salsa menoleh mendengar Niko memanggilnya, "Ngapa, Bang?"

"Nih, buat kamu." Niko menyerahkan satu gelas yang belum ia minum, gadis itu menerimanya dengan senang hati. Gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih, setelahnya Niko kembali ke tempat duduknya yang tadi.

Princess of SkornickiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang