Mereka berenam makan dengan tenang. Tidak seperti biasanya, karena Lisa enggan membahas maupun melirik kearah Jeon sedikitpun. Dan itu sukses membuat Siwon dan Yoona mengerutkan keningnya.
"Gimana tadi kegiatan kalian?" Siwon mencoba memancing keempatnya untuk menjelaskan apa yang telah terjadi.
"Alhamdulillah baik yah, mereka juga ngerjain sampai selesai." Jawab Sehun.
"Kalian capek gak?"
"Badan gak capek tan, tapi hati Lisa capek banget sekarang." Lirih Lisa penuh drama. Jisoo dan Sehun yang mengerti arti dari perkataannya itu hanya diam dan melanjutkan makan siangnya. Berbeda dengan Jeon yang memasang wajah tidak mengerti.
"Loh kenapa sayang? Ada yang jahat sama kamu?"
Jisoo menginjak kaki Lisa dan melotot seram kearahnya. Jangan sampai bikin tante sama om khawatir
"Hehehe, enggak kok tan. Cuma tadi ngeliat bocah pada pacaran di pinggir sawah, kan jadi iri."
Merasa orang tuanya takkan percaya dengan perkataan Lisa, Sehun mengalihkan pembicaraan dengan berinisiatif mengajak Lisa dan Jisoo untuk pergi ke pasar malam di desa sebelah. Jisoo dan Lisa mengangguk setuju, semenjak SMA mereka belum pernah pergi ke pasar malam. Dulu mereka hanya sering ke club karena ajakan teman-teman.
Jam 7 malam, Jisoo dan Lisa masih sibuk berdandan, padahal seharusnya mereka susah siap karena sebentar lagi Sehun akan menjemput.
"Sipp, gue mau dandan cetar membahana biar banyak cowok yang kepincut sama gue. Sayangnya rok neon gue ketinggalan dirumah"
"Lo mau cari cowok apa mau jadi wanita malam." Ucap Jisoo yang kini berada dikamar Lisa berniat meminjam liptint yang sering Lisa gunakan.
"Heh mulut lo minta di geplak."
Tok tok tok
"Eh anjir udah dateng. Jis lo bukain dulu sono, gue bentar lagi siap."
Jisoo yang sudah bersiap pun berdiri dan membuka pintu. Seperti deja vu, ia kembali membukakan pintu untuk Sehun, bedanya sekarang Sehun memakai pakaian hitam seperti yang pernah Jisoo minta.
Sehun menatap Jisoo dengan wajah kagum, mau bagaimanapun pakaiannya, Jisoo tetap terlihat sangat cantik.
"Eh Jis, udah siap? Ayo berangkat."
"Bentar, Lisa masih ngejampi- jampi mukanya biar bersih bening seperti tanpa kaca."
"Yee gobloknya kumat ah. Ayo mas gue udah siap." Ucap Lisa yang kini berada dibelakang Jisoo sambil memeriksa isi tasnya, apakah alat makeupnya sudah lengkap atau ada yang tertinggal.
Saat Jisoo akan mengunci pintu, ia teringat ikannya yang masih berada di ember, dengan cepat ia berlari ke belakang dan membawa ikan tersebut bersama dengan embernya.
"Lah Jis, ngapain lo bawa ikannya." Tanya Lisa heran.
" Kasian Lis, sendirian dirumah. Ntar kalau kerasukan roh kucing gimana."
Lisa hanya menggelengkan kepala dan mengangkat kedua tangan. Ia benar-benar menyerah dengan Jisoo.
"Ikannya di titipin ke rumah bunda aja Jis. Biar bunda yang nemani" Usul Sehun, lagipula tidak mungkin membawa ikan kepasar malam. Lisa melirik Sehun heran, kenapa Sehun meladeni omongan orang sinting. Apa lelaki tampan ini sudah tertular virus rabies dari Jisoo. Sedangkan Jisoo hanya mengangguk dan kembali mengunci pintu.
Karena takut tertular virus Jisoo, Lisa lebih dulu berjalan kearah mobil. Tapi ia berhenti karena melihat seseorang yang bersandar disana.
Anggep aja nyandar di mobil yee
Anjir. Ganteng bangett
Kini hati nurani Lisa memberontak ingin menghampiri Jeon. Kemana pertahanan Lisa yang sejak tadi dibangun sekokoh mungkin. Ia juga tidak menyangka jika Jeon akan ikut pergi bersama mereka. Apa mungkin ia merasa bersalah pada Lisa. Lisa mulai salah tingkah karena merasa Jeon mulai memperhatikannya. Jika begini Lisa takkan sanggup berjauhan dengan Jeon. Tapi saat ingin menghampiri lelaki itu, Lisa melihat seseorang yang sedang berjongkok di samping Jeon.
Bangs*at!
______________________________________
Ini aku udah coba double up.
Maaf kalau malah berantakan.
Aku tiap bikin tiap chapter gak pernah ada rencana, spontan aja gitu apa yang ada di kepala.Jadi sekali lagi moon maap yee kalau gak sesuai ekspektasi
Happy reading 💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE HELIX | Hunsoo - Liskook [√]
FanfictionJisoo dan Lisa dipaksa tinggal di sebuah desa oleh orangtuanya karena telah melakukan kesalahan fatal. Dibimbing oleh dua anak teman papanya, mereka diharuskan untuk melakukan semua pekerjaan yang biasa dilakukan orang desa.