Happy reading :)
Langkah bersepatu snikers menuju sebuah kelas di salah satu univeritas ternama di Jakarta. Gadis itu membawa satu totebag dan satu buku dalam genggamannya seperti biasa.
Tak ada yang special, ini terasa sebagaimana hidup seorang mahasiswa semester pertengahan pada umumnya. Tidak di awal dan tidak pula akhir.
“Sin, Sin.” Panggil Jihan padanya.
“hm?” gadis itu meletakkan totebag dengan baik sambil mengambil duduk pada posisinya.“si Jay habis putus sama Nia sekarang pdktan sama Wulan coba ..” ucap Jihan memulai topik pembicaraan mereka pagi ini.
Sinta memutar matanya malas. Jayandra Geni. Lelaki itu memang tampan, tapi playboy. Dia memanfaatkan visualnya dengan sangat baik sejauh ini.
“Wulan anak seni vocal itu?” Sinta mengeluarkan bukunya sambil sesekali merespon.
Bukan rahasia umum jika lelaki itu bertingkah lagi, nama dan parasnya sudah terkenal seantero kampus. Sialnya, Sinta harus sekelas dengan lelaki itu. Sama-sama mengambil prodi manajemen dan hampir setiap hari harus bertemu.
Sebenarnya Sinta bukan tipe penggosip, tapi ya itu .. karena Jay sekelas dengannya, jadi Sinta bisa tau aksi apa lagi yang ia lakukan. Awalnya biasa saja, tapi lama-lama muak. Dasar buaya.
Hampir seminggu sekali dia mendengar Jay mengganti kekasih dengan mudah. Kadang rekor paling lama tiga minggu sih, denger-denger. Memangnya dia pikir wanita itu apa? Barang?
Entahlah, Sinta juga tidak tau maksud dan tujuan Jay mengencani hampir semua wanita di kampusnya. Kecuali dirinya dan Jihan. Jihan sudah berpawang, pawangnya pun berteman dekat dengan Jay. Namanya Kak Gafi.
Kalau Sinta sendiri, menurutnya dia memang tidak terlihat menarik di mata siapapun. Termasuk Jay, mungkin.
Ada untungnya juga dia memiliki wajah yang sedikit dingin keturunan ayah. Dulu di sekolah banyak teman yang memberinya first impression yang buruk. Seperti sombong, galak, atau judes. Ya itu udah jadi makanan sehari-hari Sinta setiap bertemu orang baru.
“iya .. Nia kemarin nangis-nangis sama Rani .. ga sengaja denger pas nugas di kafe ..”
“nangisnya di tempat umum?” Sinta sedikit membulatkan matanya.
“ho’oh ..”“heran deh .. udah tau dia terkenal suka gonta-ganti, masih aja ada yang nerima. Coba sekali-kali di tolak gitu. Dia pake pelet apa gimana dah?” sewot Sinta kumat.
Gadis itu tau Jay tampan dan tajir, tapi apakah akal sehat tidak bisa dipakai melihat pengalaman orang-orang? Maksud Sinta, udah tau dia emang playboy, kenapa masih diterima? Berharap jadi yang special gitu? Yang beda dari yang lain.
Ujung-ujungnya nangis kan?“mana gue tau, kan bukan gue yang dia tembak ..”
“lu ga pernah dideketin sama dia Ji?”
“kaga lah .. yakali. Yang ada habis di tangan Kak Gafi dia ..”“oiya, udah ada pawing.”
“hati-hati bi .. lu ga pernah dideketin tau-tau jadi sasaran abis Wulan ..” kekeh Jihan dengan gampang.Gampang banget emang kalau ngomong. Pengen nginjek aja rasanya.
“gabakal mah .. otak gue berfungsi dengan baik untuk menerima seseorang menjadi body guard saya ..”
“asekkk .. body guard katanya ..”
Iya kan? Fungsi pacar apa? Ngejaga ceweknya. Nurutin mau cewenya, nganterin kemana-mana, bawain makan. Bukan sebaliknya, ceweknya yang berjuang, cewek yang capek. Gaada istilah begitu di kamus Sinta Pradnyani.
Kedua gadis itu kemudian menyelesaikan obrolannya dan mengikuti kelas seperti biasa. Pelajaran pertama, istirahat, kemudian lanjut pelajaran kedua.
Pukul setengah satu siang pelajaran selesai total. Sinta menata bukunya dan ikut bubar bersama yang lain. Jihan sudah pasti diantar Kak Gafi, makanya Sinta bilang pacar itu body guard.
Gadis berkemeja kotak-kotak itu pulang dengan motornya. Dia tinggal di kos yang tak terlalu jauh dari kampus, tapi tidak dekat juga. Bukan kosan yang berjejer-jejer banyak gitu, tapi lebih ke rumah kontrakan sih.
Jadi dulu awal Sinta di ibu kota, dia sempat ngekos seperti kosan pada umumnya. Tapi rasanya kurang nyaman, jadi ga fokus belajar. Tempatnya tertutup, jarang matahari yang masuk. Kalau hujan, depan kamar mereka semua berlumut, rawan banget kepleset.
Pernah pagi-pagi ada teman yang beneran kepleset. Mana dia udah rapi mau berangkat ngampus, kan kasihan banget.
Akhirnya, Sinta dan tiga temannya yang lain memutuskan untuk cari tempat yang lebih bagus. Jadi mereka semua berempat, ada Sinta, teman kamar Sinta satu, dan duanya lagi teman sebelah kamar.
Mereka awalnya cuma mau cari kosan putri, ternyata nemu kontrakan murah yang sekiranya bisa mereka bayar berempat setiap tahunnya. Ibu yang punya juga baik, beliau bilang beliau mau pindah ke kampung untuk rawat mertua. Jadi rumahnya di kontrakin harga murah khusus ke mereka berempat.
Sinta asli orang Bandung. Nama lengkapnya Sinta Intan Pradnyani, tapi kalau perkenalan selalu “Sinta Pradnyani” aja. Katanya agak ribet bawa-bawa ‘Intan’ ditengannya, jadi gitu biar nyaman.
Dia diterima di Jakarta jalur SNMPT. Sebelumnya Sinta udah ditawarin sama orangtua untuk kuliah di Bandung aja. Diiming-imingi beli mobil juga buat transportasinya nanti, tapi Sinta nolak.
Dari kecil sampai SMA Sinta ga pernah namanya ke luar kota kecuali liburan atau study tour. Tepatnya, Sinta mau coba untuk lebih mandiri aja. Ayah Sinta tipe ayah yang bucin anak banget. Rasanya berat buat ngerelain satu anaknya untuk pergi.
Tapi Sinta jelasin ke ayah baik-baik, tujuannya supaya bisa belajar cara ngatur uang yang baik, lebih focus belajar tanpa tau masalah rumah, dan lainnya.
Ya walaupun keluarga Sinta keluarga yang baik-baik aja, baik banget malah. Tapi terkadang ada masalah yang buat Sinta mau tidak mau harus ikut berpikir.
“kalau ada apa-apa, langsung kabarin ayah ya ..” ucap lelaki paruh baya itu tiap kali menelfon putrinya.
Sinta hanya mengiyakan, padahal dia sering juga kehabisan uang bekal karena kalap checkout barang online yang tidak terlalu penting. Kadang lihat yang lucu-lucu bawaannya pengen pesen, alhasil akhir bulan beneran gaada bekel ke kampus.
Untungnya mereka tinggal berempat serasa rumah sendiri. Sifa yang anaknya emang hobi masak dari kecil sering buatin makanan tiap mau berangkat ke kampus. Jadi Sinta tidak ada istilah kelaparan akhir bulan.
Kecuali di kampus. Bawa tumbler minum aja. Kalau istirahat mainnya ke perpus nyari bahan tugas kalau ada, kalau gaada ya ke perpus juga. Menghindari lapar melihat orang-orang makan.
Kreeett ..
Sinta membuka pintu minimarket sebelum ia kembali ke kosan. Beli cemilan sekalian ngadem sih. Jakarta panas sist ..
Tbc ..
Haiii huy,, semoga suka yaa .. jaga kesehatan kalian semua. Love u 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Jayandra Sinta [Sinhope]
Romance"gue takut karma, bang!" - Prima 2021 Note : jangan baca kalau mau cari cerita yang konfliknya ekstrem, karena disini gaada konflik 😂😂