Kehidupan memang seperti itu, terlalu berliku-liku. Emang se-indah apa sih di depan sana sampai se-rumit ini jalannya.
-Tarangga Reygita Anggara
SESEORANG perempuan dengan pakaian putih khas Dokter keluar dari ruangan, ia menatap cemas pria yang berdiri menunggu di luar ruangan. Pria tersebut adalah pemilik rumah sakit Bintang tersebut. Kaya raya dan sukses di masa mudanya. Panggil saja namanya Rey Anggara.
"Kami minta maaf, Tuan, tapi salah satu dari antara mereka harus pergi. Yang mana akan kami selamatkan?" Tanya Dokter tersebut dengan hati-hati. Wajahnya yang panik membuat Rey semakin cemas.
Rey termenung mendengar pertanyaan dari sang Dokter. Cukup lama ia terdiam, mencerna kata demi kata yang Dokter tersebut lontarkan. Mengingat sudah banyak cara mereka lakukan untuk mendapatkan seorang anak. Apalagi setelah 2 tahun menikah tapi belum masih diberikan anak dari Tuhan.
"Ma-maksudnya, salah satu diantara mereka tidak akan selamat, Dok?" Beonya berusaha menetralkan emosinya.
Dokter tersebut menganggukkan kepalanya dengan ragu. Ia bisa merasakan hal yang sang pemilik rumah sakit ini rasakan sekarang.
Rey menggeleng lirih. Matanya memanas hingga membuat kepalanya mulai pusing. "Dokter harus selamatkan mereka berdua, saya mohon..." Kedua telapak tangan itu menyatu. Demi apapun dia tidak mau kehilangan.
Lagi, Dokter tersebut menghela nafas. Ia menatap Rey dengan rasa bersalah. "Benturan pada perut nyonya sangat keras, Tuan, dan apalagi usia kandungannya juga belum saatnya. Kita harus mengambil tindak selanjutnya, kalau tid--"
"Kalau tidak apa?" Cela Rey sudah mulai emosi. "Dokter harus menyelamatkan anak dan istri saya. Kalau tidak kalian semua akan saya pecat!" Ancamnya.
"Saya mohon..." Rey memohon kembali seraya menahan air matanya yang ingin keluar.
Dokter tersebut ingin bicara namun pintu terbuka menampilkan suster dengan wajah paniknya. "Tuan, Nyonya Gita suruh tuan ke dalam," Ujarnya.
Tanpa banyak kata, Rey langsung masuk dengan tergesa. Di dalam sana Ia menatap sendu pada istrinya yang menahan sakit.
"Aku mohon, kamu memilih apa yang aku pikirkan." ucap Gita dengan air matanya yang keluar sejak tadi.
Rey menggeleng keras. "Aku akan menyelamatkan kalian berdua,"
"Rey? Pilihannya hanya antara aku dan anak kita. Aku mohon... Kamu pilih anak kita, ya?" Mohonnya. Menatap Rey dengan dalam.
Rey kembali menggeleng cepat. Ia memegang tangan kiri istrinya dan tangannya satu lagi mengelus rambut sang istri. "Kamu nggak boleh ngomong gitu, sayang. Kalian harus selamat!"
"Aku mohon. Pilih anak kita. Dia harus liat dunia ini, hidupnya masih panjang. A-aku sudah selesai." Gita menangis tersedu-sedu. Sakit di perutnya terasa sangat ngilu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANGGA ANGGARA
Teen FictionRangga duduk dibawah shower yang mengalir membasahi badannya. Ia duduk lemah menatap ke lantai dengan pakaian hoodie hitam dan kepalanya tertutup topi. Sesak. Sakit. Dadanya terasa tercekik susah untuk bernafas ditambah badannya yang terasa remuk...