12. Perkataan itu lagi

22 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


RANGGA sampai dirumah dengan badannya yang lelah, badannya terasa lengket dan sangat gerah akibat abu jalanan. Apalagi dengan kondisinya seperti ini, ia jadi malaa berbuat apapun.

Gue akan cari kesalahan ujian gue, tapi gimana caranya?

Pulang dari klinik tadi, pikirannya selalu ke beasiswanya.

Gue akan bantu lo kalau lo mau, ini beasiswa lo, Ngga.

Hani. Cewek itu, apakah bisa membantunya? Tidak, ia tidak bisa mempercayai Hani. Dan Sarah, ia tidak mau merepotkan gadis itu.

Pelan, Rangga menghela nafas. Masuk ke rumah dengan langkah yang pelan dan langkah yang berat. Sore itu sangat melelahkannya.

Tepat di pembatas ruang depan dan dapur, Rangga bisa melihat banyak makanan di atas meja. 3 pelayan di rumahnya nampaknya sangat sibuk terlihat tidak ada yang menyadari kedatangannya, namun, tidak beberapa detik, Mbak Putri datang setelah melihat kehadirannya.

"Kamu udah pulang?" tanya Mbak Putri berjalan makin dekat dengan Rangga. Ekspresi Mbak Putri berubah seketika, ia memegang kedua pipi Rangga dengan kaki berjinjit. "Lhoo, pipi kamu? Kenapa bisa gini lagi? Berantem lagi?" Mbak Putri ingat sekali. Pulang dari rumah Bima ia langsung disuguhi wajah lebam Rangga dan kali ini juga datang dengan wajah yang makin parah.

Rangga kali ini menggeleng. "Pipi Rangga gak papa, Mbak. Tadi salah paham aja sama teman, jadi sedikit main tonjok-tonjokan," jawab Rangga santai hingga dibuahi cubitan di perutnya. "Sakit, Mbak.."

"Kamu ini?" Mbak Putri geleng-geleng kepala. "Udah diobatin?" tanyanya lagi.

Rangga mengangguk. "Udah di obatin di klinik tadi," Rangga ingat tujuannya mendekat ke dapur. "Kok makannya banyak, Mbak? Ada acara apa lagi?" tanyanya. Mengingat sang Papa sering mengajak rekan kerjanya makan bersama di rumah.

"Owh itu.. Kata Tuan masak yang banyak katanya ada tamu spesial, Mbak gak tau siapa. Gak mungkin juga kliennya atau bisa juga sih,"

Orang spesial? Rangga berfikir apakah calon istri Papanya?

Rangga menganggukkan kepalanya lalu berohria. "Rangga ke atas dulu," Ia melangkah namun Mbak Putri langsung menarik pergelangan tangannya.

"Kamu nanti makan sama juga, ya?"

Rangga sejenak diam, memikirkan apakah itu hal yang benar?

"Kalau orang spesial, mungkin Tuan tidak akan memarahi kamu,"

"Liat nanti aja, Mbak. Udah sore banget, Rangga mau mandi,"

Rangga akhirnya melangkah ke tangga. Suara salah satu pelayan lagi menghentikan langkahnya tepat di tangga pertama.

"Kata Tuan orang spesia itu calon istrinya,"

"Kamu serius?" Itu suara Mbak Putri.

"Iya. Dan mungkin kita akan punya nyonya dan juga Den Rangga bisa punya Mama,"

RANGGA ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang