Rangga duduk dibawah shower yang mengalir membasahi badannya. Ia duduk lemah menatap ke lantai dengan pakaian hoodie hitam dan kepalanya tertutup topi.
Sesak. Sakit. Dadanya terasa tercekik susah untuk bernafas ditambah badannya yang terasa remuk...
Rangga langsung menyalim tangan Andre, Papi Bima. "Kita gak papa kok, Pi," jawabnya. Walau meresa ngilu di wajahnya ia berusaha mungkin menyembunyikannya. Rangga iri pada Bima, irinya besar. Apalagi setelah melihat ekspresi khawatir Andre pada Bima. Seandainya Papanya..
"Kita gak papa kok, Pi, biasa anak muda.." Bima menyahut.
"Iya anak muda, tapi jangan sampai bonyok gitu," Sangat terlihat jelas Andre merasa cemas.
"Masuk gih, panggil Mami suruh diobatin wajah kalian," suruh Andre. "Biar Papi bawa motor kamu ke bengkel depan," Andre mengambil alih motor Bima. Padahal niat Andre tadi ingin marah kala anak tunggalnya itu belum pulang sampai sore, melihat kondisinya ia jadi tak tega. Pertanyaan di benaknya ia urungkan.
"Yoi. Thaks ya, Pi," ucap Bima. "Yok, Rang," ajaknya. Rangga mengangguk lalu mengikuti Bima masuk ke rumah.
Kedatangan Dini, Mami Bima menghentikan langkah keduanya. Sedikit takut apalagi pulang sore dengan keadaan tidak baik.
"Ehh, Mami.." Bima mengangruk kepalanya yanh tak gatal.
"Lhoo, kok kalian bonyok gini?" Dini sontak khawatir. Ia menegang pipi Bima lalu berganti pada Rangga. "Kalian habis berantem, ya?"
"Iya, Mi, berantem sama preman yang mau rampok nenek-nenek," Jelas Bima berbohong. Ia tak mau sang Mami jadi makin khawatir.
"Jadi kalian kenapa pulang sore?" Dini mendengus kecil merasa terganggu pada indra penciumannya. "Kalian datang kok bau banget, bau air pel,"
"Panjang, Mi ceritanya, jadi kita kapan diobatin, nih?"
"Yaudah kalian duduk dulu, Mami ambil kotak p3knya dulu," Dini berjalan ke arah lemari gantung dan mengambil kotak yang ia cari. Setelah itu duduk diantara Rangga dan Bima.
Dengan telaten, tangannya mengambil kapas dan membasuhnya dengan obat merah. Tangannya mendekat ke Bima lalu mengobatinya dengan lembut dan setelah itu berganti pada Rangga.
"Kalian mandi kalau merasa udah kering obatnya,"
"Tapi kita lapar, Mi, mau makan," rengek Bima berlagak manja.
"Lo bisa makan dengan bau badan lo?" sahut Rangga.
Bima menyingkir tak jelas. "Nggak papa deh, tapi gue lapar. Mih, kita makan dulu ya baru mandi,"
"Gak!" tolak Dini cepat. "Mandi dulu sana, kasih pinjam bajunya juga sama Rangga."
"Mih,"
"Nanti kalau kamu ke dapur semuanya bakalan lari,"