|GAND DRAGON|
•NOW OR NOVER•Setelah berfikir panjang dan paksaan atas ajakan Bima. Akhirnya Rangga menyetujuinya ia ikut masuk ke geng tersebut. Pulang sekolah nanti mereka akan ke markas GD.
Di kelas mereka sedang berbicara. Ari tak lelahnya menceritakan tentang geng motornya itu.
"Owhh jadi lo angkatan ke-empat."
"Jadi lo anak pindahan dari Sumatra Utara, Medan dong!"
"Tukang begal!"
"Oo.. jadi setiap bulannya lo sedekah ke anak jalanan sama anak panti."
Bima antusias mendengarnya dan memberikan pertanyaan beda halnya dengan Rangga yang cukup sebagai pendengar.
"Guna geng motor apa, sih?"
Pertanyaan yang keluar dari mulut Rangga alhasil keduanya menoleh.
"Lo gak dengar cerita gue apa gimana, ya gunanya buat berbakti sosial lah. Dan sebagai humas yang baik."
"Gak jelas banget. Mending turu." Rangga menelungkup wajahnya. Ari tidak tau harus jawab apa.
Bima tertawa dengan perkataan Rangga, ia juga jadi penasaran. "Gue jadi nggak sabar ketemu anggota-anggota lo."
Soal Rangga jadi wakil ketua, ia belum mau, tidak mungkin semudah itu.
***
Rangga menatap sekeliling, ada banyak berbagai motor di depannya. Ia juga melihat bangunan yang terlihat tidak terurus, dan dinding-dinding yang banyak dengan coretan piloxs disana, cukup geleng-geleng kepala saja ia sudah tak suka.
"Ini tempat apaan'sih?!" Sama halnya dengan Bima yang tidak terbiasa dengan pandangan seperti ini, terlihat kotor dan menyeramkan. Apabila ada pohon beringin besar dengan akar yang bergelantungan di samping gedung itu.
Ari yang membawa keduanya kesana hanya terkekeh kecil. "Yaelah, bro... Ini luarnya aja kali." Ucapnya dan berjalan duluan di ikuti keduanya.
Banyak pasang mata yang melihat mereka dengan penasaran.
"Keknya gue masuk ke dunia baru, Rang." Cicit Bima seperti ada rasa aneh di hatinya, memegang tangan Rangga.
Rangga yang tak aman langsung melepas kasar tangan Bima. Bima hanya cengengesan.
"Gaess, kenalin. Ini anggota baru kita."
Salah satu dari mereka mendekat, sosok laki-laki yang bertubuh tinggi dengan otot besar di badannya, dan wajahnya yang terlihat tegas.
"Siapa?" Tanyanya. Dia Sastra, teman dekat Ari dari kecil.
"Mereka dari sekolah gue." Ucap Ari menatap keduanya bergantian, seraya memberikan kode agar mengenalkan diri mereka.
Bima berdehem pelan, menatap anggota GD dengan seksama, setelah itu menghela nafas. "Kenalin nama gue Bima." Ucapnya. Dan setelah itu ia sadar dari mereka ada yang ia sering lihat di sekolah.
"Gue Rangga." Ucap Rangga singkat. Melihat sekelilingnya kemungkinan ada 50 orang disana, ramai ia sedikit kaku.
Yang lainnya berseru dan saling berkenalan. Mereka cukup ramah.
"Sebagai tanda kesenangan gue hari ini karna anggota kita bertambah, gue traktir. Terserah lo mau pesan apa, asalkan tau diri dikit." Ari berkata menatap anggotanya satu persatu. Jika mereka memesan berlebihan bisa habis uangnya.
Semuanya berseru senang, siapa juga tidak senang dengan namanya gratis?
Rangga, Bima, Ari dan Sastra duduk di sofa paling pojok. Memang benar di dalam bangunannya lumanyan bagus hanya sedikit berantakan karena ramainya orang, bahkan kamar juga ada disana. Memang jangan hanya melihat cover-nya saja.
"Jadi mereka yang lo maksud?" Tanya Sastra diangguki Ari.
"Gue bukan anak SMA asal lo pada tau, jadi lo manggil gue bang, gak keberatan kan?" Sastra berkata benar, saat ini ia sedang kuliah semester tiga.
"Santai aja kali sama gue."
Rangga dan Bima hanya menganggukkan kepalanya saja. Di depan mereka tersedia minuman kaleng.
"Jadi gimana, bang? Lo setuju gak salah satu dari mereka jadi wakil gue?" Tanya Ari langsung.
Sastra menatap keduanya dengan bergantian. Sebenarnya Sastra adalah mantan ketua yang belum selesai masa jabatannya sudah mengundurkan diri dan langsung menjadikan Ari penerusnya.
"Gue percaya'in sama lo!" Sastra berdiri dan menepuk dua kali bahu Rangga.
"Hah?" Rangga bingung tak tau harus apa. Bahkan dipikirnya belum niat jadi bagian inti dari mereka.
Beberapa detik jaket kulit dengan logo disana mendarat langsung di depan mereka, itu milik Rangga dan Bima. Mereka sudah sah bagian dari GD.
"Sastra memang begitu, dia tau siapa yang terbaik." Kata Ari tidak salah dengan pilihannya.
"Anak psikolog?" Tebak Bima.
"Bukan, anjay... Anak kedokteran!"
"Hah?"
"Sori-sori, gue telat, anjay! Sial banget gue."
***
Benua, atau nama lengkapnya Benua Advin Sarengga. Jangan salah baca jadi serangga, ingat. Dia adalah teman sekolah Rangga dan Bima masih ingat?
Siapa sangka dia salah satu dari GD. Sosok lelaki yang pacarnya ada dimana-mana. Tidak heran jika wajahnya banyak disukai perempuan di luar sana. Berbeda dengan abangnya, tau siapa? Betul, Sastra Rajawardana. Sastra yang anti perempuan dan Benua yang tidak bisa hidup tanpa perempuan.
"Udah banyak lobang yang lo jumpai?" Tanya Ari, tak heran jika Benua adalah sosok yang selalu ngaret.
Benua cengengesan di tempat, ia telat karena mengantar ceweknya pulang dan ban motornya kempes jadi ia harus menunggu.
"Yaelah bos, gausah heran kali." Jawabnya tanpa beban. Ia mencuri pandang dengan kedua teman sekelasnya.
"Halo, bro.. selamat datang di GD."
"Ehh.. haii.." balas Bima.
Rangga heran, biasanya Bima akan selalu meracau tak jelas, lalu kenapa Bima sekarang seperti anak ayam yang tinggal di kandang kambing.
"Gue belum terbiasa, Rang." Bayangkan saja, Bima yang hidupnya santai-santai aja malah masuk ke dunia yang kita sendiri tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya.
Sastra muncul lagi dengan tangannya membawa papan tulis kecil. Dia sudah menulis sesuatu disana.
"Gue udah putusin, ini adalah anggota inti di GD!" Ucapnya dengan tegas. Semuanya mendekat dan membaca.
ARIVAN GENTALA ARKATANA atau Ari adalah ketua.
RANGGA sebagai Wakilnya.
SASTRA si Panglima. Selain jago berantem ia juga pinter mengambil strategi.
Dan juga BIMA dan BENUA."GAND DRAGON!!"
"NOW OR NEVER!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
RANGGA ANGGARA
Dla nastolatkówRangga duduk dibawah shower yang mengalir membasahi badannya. Ia duduk lemah menatap ke lantai dengan pakaian hoodie hitam dan kepalanya tertutup topi. Sesak. Sakit. Dadanya terasa tercekik susah untuk bernafas ditambah badannya yang terasa remuk...