Hani duduk di depan halte sekolah menunggu jemputannya, sekolah masih ramai. Perempuan berambut panjang cokelat yang di curly itu menunggu sambil fokus dengan hp-nya.
"Apa lo!" Sentak Hani yang melihat perempuan yang menatapnya takut. Yang memandang tadi segera lari meninggalkan halte itu, ia tak mau berurusan dengan Hani si tukang buli yang suka pakai cardigan, siapa juga tidak kenal dengannya.
Dibanding Sarah, Hani-lah lebih cantik dari fisik. Sarah bahkan memiliki sifat tomboy beda dengan Hani yang sangat cantik dan manis diwajahnya berbanding balik dengan sifatnya.
Beberapa meter fokus Hani teralihkan, ia kembali melihat perempuan tadi yang memandangnya takut. Ia seperti mengenal perempuan tadi, tapi siapa?
Hani kembali melihat jam di pergelangan tangannya dan ia langsung ingat perempuan tadi dan segera berlari menemuinya.
"WOI!"
Perempuan tadi semakin mempercepat langkahnya.
"BERHENTI NGGAK LO!"
Hani semakin mendekat dan langsung menarik tas perempuan tadi dengan kasar. Perempuan tadi langsung terjatuh di jalanan.
Hani tersenyum smirk, sudah beberapa hari ia mencari perempuan itu tadi tidak ada, sekarang malah muncul sendiri. Dia, Ayu, si penukar kertas ujian Rangga.
"Berdiri lo!" Tekan Hani.
Ayu berdiri dengan takut, badannya gemetar hebat. Orang sekelilingnya pun jadi penasaran, hal apalagi yang akan Hani perbuat.
"Apa maksud lo nukar kertas ujian Rangga, hah?" Tanya Hani dengan wajahnya yang mulai emosi.
"Bu-bukan, a-aku, kak.."
Hani tertawa keras. "Bacot lo. Lo kira kita nggak tau!" Seru Hani menarik kerah baju Ayu, menatap dengan jijik perempuan itu. "Jawab gue! Kenapa lo lakukan itu?" Ringgis Hani masih menahan emosinya.
"Lo ada masalah sama Rangga?"
"Atau, lo disuruh sama orang?"
Ayu masih tidak menjawab, hanya menutup matanya rapat-rapat takut.
"Jawab gue, bangsat!" Bentak Hani dengan tidak sabaran menarik rambut Ayu. Ayu merintih kesakitan namun tidak ada penolakan.
"Goblok banget sih, lo." Hani mendorong kuat sampai Ayu terjatuh ke aspal.
Saat itu Rangga datang. "HANI!!" Marahnya.
Hani berbalik, tidak hanya Rangga disana namun sudah banyak yang melihatnya dari tadi.
"Lo apa-apaan, sih? Lo gak liat dia ketakutan gitu?" Heran Rangga, membantu Ayu berdiri.
Hani berdecih. "Ga, lo nggak tau kalau dia yang nukar kertas jawaban lo." Tunjuk Hani ke arah Ayu dengan jijik.
"Gue tau." Sahut Rangga. "Tapi lo nggak ada berhak buat mihak dia apalagi menyakiti dia!" Tekan Rangga heran dengan sifat Hani yang bertimbal balik dengan wajahnya.
"Ya suka-suka gue dong." Hani tak terima jika Rangga berkata demikian. Namun, ia marah, Rangga malah tidak ada terimakasih pada dirinya.
"Gue cuman nanya dan peringatin dia, kenapa ngelakuin itu, apa gue salah?"
"Lo nggak usah buangin tenaga lo dengan hal apa yang buat lo bakalan menyesal nantinya,"
"Terserah!" Balas Hani cepat. "Nggak tau terimakasih!" Hani segera pergi dari sana meninggalkan Rangga yang masih berdiri tegak, ia juga masih sempat menarik rambut Ayu yang pengen sekali ia jambak lagi.
"Hani!!" Geram Rangga tak habis pikir namun tidak dipedulikan. Hani masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya.
"Makasih, ya, kak.." Perempuan tadi berucap pelan menatap Rangga dengan takut. "A-aku disuruh soalnya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
RANGGA ANGGARA
Fiksi RemajaRangga duduk dibawah shower yang mengalir membasahi badannya. Ia duduk lemah menatap ke lantai dengan pakaian hoodie hitam dan kepalanya tertutup topi. Sesak. Sakit. Dadanya terasa tercekik susah untuk bernafas ditambah badannya yang terasa remuk...