Rangga duduk dibawah shower yang mengalir membasahi badannya. Ia duduk lemah menatap ke lantai dengan pakaian hoodie hitam dan kepalanya tertutup topi.
Sesak. Sakit. Dadanya terasa tercekik susah untuk bernafas ditambah badannya yang terasa remuk...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
GARA-gara Bima, Rangga ikut di hukum mengepel seluruh koridor sekolah GALAKSI. Memang hukuman dari guru bk yang tak lain adalah Ibu Ros tak macam-macam.
Salahkan Bima yang melemparkan buku Rangga ke tong sampah dan tak sengaja menjatuhkan tong sampah tersebut ke lantai satu dari lantai dua. Tong sampah yang jatuh hingga pecah tepat di depan guru bk. Untung saja tak ada orang yang kena.
Rangga mengangkat ember hitam yang berisi air di tangannya, tangan satunya lagi mengangkat kain pel. Sama halnya dengan Bima. Ember yang kesekian kalinya mereka isi.
Saat ini mereka mengepel di depan aula. Tampat hukuman mereka terakhir.
"Si Ros emang nggak ngotak kasih hukuman!" Untuk kesekian kalinya Bima mengumpat tak jelas padahalkan dosa.
Tanpa berbalik Rangga menyahut. "Namanya juga hukuman," ucapnya.
Untung saja sekolah sepi karena susah pulang, jadi mereka lebih leluasa mengerjakan hukuman mereka tanpa malu dilihat kelas lain.
Benua datang dan menertawai keduanya. "Kasian banget, mau gue bantuin, nggak?" Ejek Benua menatap keduanya.
Rangga melempar botol ke arah Bima. "Brisik lo bukannya bantuin."
"Eee, big no! Gue mau pulang. I'm sori..." Benua dengan gelak tawanya sungguh membuatnya merasa dongkol.
"Sekali lagi lo ngomong gue lempar lo!" Decak Bima tak suka. Bisa-bisanya temannya yang satu itu menertawai di atas penderitaan mereka. "Noh, urusin aja janda-janda lo!"
Benua berlari kala Bima mendekat, namun masih dengan tawa nada ejeknya.
"Rang?" panggil Bima meletakkan embernya dan berdiri dengan tangannya di pinggang ia cukup merasa lelah padahal belum apa-apa. Lemah.
"Apa lo?" balas Rangga tajam.
"Masih marah lo?" Rangga tak menjawab. Lebih baik ia mengerjakan tugasnya, tangannya meremas kain pel lalu mulai mengepel.
"Maaf, yaelah.. Gak sangaja juga,"
"Nanti pulang sekolah lo kerumah gue, ya? Kan besok minggu,"
"Hmm,"
"Tapi paginya lo balik, lo ingatkan gue ada urusan keluarga,"
"Hmm,"
"Main game nanti malam mau, nggak?"
"Hmm,"
Bima berdecak. "Hmm, hmm, hmmm. Gak ada kosa kata lain apa?"
"IYA!" balas Rangga dengan suara tingginya. "Kapan lo kerjanya, dari tadi bicara mulu. Ini juga gara-gara lo, ya!"
Bukannya kerja, Bima malah duduk terlentang di lantai. Ia mengibas-ibas kerah bajunya. "Udah cape, anjing!"