5. Di bawah senja

33 3 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"BANG? Lo tau gak selain youtober gue mau jadi apa?" ucap Enzi dengan kapur putih di tangannya. Kapur tersebut milik yayasan untuk mengajar anak yayasan yang masih kecil.

"Bapak-bapak," balas Rangga singkat. Ia ikut mengambar di papan tikus hitam kecil di samping Enzi.

"Yaelah, kalau itu mah jangan ditanya, semua orang pasti tau." Enzi berdecak lirih. "Seandainya gue bisa ubah waktu."

"Itu lo gambar apa?" tanya Rangga melihat aneh pada papan tulis yang Enzi gambar.

"Ini, lubang hitam. Seandainya gue bisa masuk kesana, disana ada 3 kapsul pilihan. Pilih masa malu, masa sekarang atau masa depan."

"Kalau lo pilih mana?"

"Gue gue pilih masa lalu,"

"Alasannya?"

"Masa lalu. Kita sudah tau kalau tidak adanya masa lalu masa sekarang juga gak ada. Apa yang kita tanam di masa lalu akan kita rasakan sekarang,"

"Jangan bertele-tele,"

"Gue akan memilih tidak lahir ke duni ini," ucap Enzi lagi. "Ya itu udah sering orang ucapkan. Gue cuman merasa--sakit, bang.. Lahir tanpa mengenal orang tua, gue dapat aja di tong sampah."

"Masa lalu dan masa depan itu menarik, tapi coba pilih masa sekarang, itu akan lebih menyenangkan," ujar Rangga.

"Jadi lo pilih masa sekarang,"

Rangga berdeham, masih mengambar dengan tatapan fokus. "Masa sekarang, tidak ada pilihan sama sekali. Tinggal jalanin aja, karena masa lalu itu mengajarkan kita untuk masa sekarang dan masa depan yang akan menjadi buah dari masa sekarang." ucap Rangga panjang lebar.

Ia menoleh ke Enzi sebentar yang menatapnya fokus.

"Kita sama-sama lahir di dunia yang kejam, lebih tepatnya kelahiran kita tidak dianggap. Cuman, kita beda, lo dibuang ke tong sampah dan gue masih dibesarin dengan penuh kebencian bukan kasih sayang,"

"Lo jangan ambil hati apa yang gue bilang, itu benar."

"Iya bang, iya. Gue gak sakit hati, tapi sakit jantung dan ginjal!"

Rangga dan Enzi tertawa.

"Kalian suka sekali curhatan," Rangga dan Enzi menoleh ke belakang. Melihat Ibu Naomi yang berdiri dengan baju daster. Ibu Naomi ikut duduk, lebih tepatnya di antara Rangga dan Enzi.

"Kalian salah. Benar, kalian lahir tidak diinginkan orang tua, namun, Tuhan yang menginginkan kalian lahir di dunia ini,"

Rangga dan Enzi diam mendengar.

"Rangga mau jadi astronomi kan?" Rangga mengangguk. Ibu Naomi menoleh ke Enzi. "Enzi juga, mau jadi youtober kan?" Enzi ikut mengangguk.

"Itu pilihan kalian dari antara pilihan Tuhan." Ibu Naomi kembali menatap papan tulis, lalu tersenyum hangat. "Kalian banyak perbedaan. Rangga lahir, dia penuh kasih sayang di waktu masih di kandungan, sedangkan Enzi dapat itu sekarang, dari Ibu."

RANGGA ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang