21. Pengakuan Sarah

15 1 0
                                    

HAPPY READING'S


Pernikahan Papanya sudah berlalu, rumah yang dulunya hanya tempat persinggahan kini menjadi rumah yang penuh dengan canda tawa. Kehadiran kedua orang tersebut mampu menghangatkan ruang besar tersebut.

Namun, di sudut ruang, Rangga duduk sambil memejamkan kedua bola matanya. Dirinya masih sama dari dulu. Jika kalian menganggap Papanya baik padanya itu salah, dia tetap Rangga yang tidak dianggap dirumahnya, walaupun mereka hadir tidak ada perubahan dalam dirinya.

Kediaman Rangga terusik setelah dering hpnya berbunyi, ia mengambilnya dan melihat Sarah meneleponnya, namun sengaja ia tidak angkat. Beberapa detik pesan dari Sarah muncul di hpnya. Ia membaca dan segera pergi dari kamarnya itu.

Rangga turun dari tangga, ia melihat sekelilingnya tidak ada orang padahal masih jam 8 malam. Rangga kembali mengingat, mereka pergi makan malam tanpa dirinya, sekali lagi tanpa dirinya. Cukup lama fokus dengan pikirannya sendiri, Rangga segera keluar dan menyalakan mesin motornya dan pergi meninggalkan rumah yang kata orang namun tidak bagi dirinya.

***

Di sebuah taman dekat kota, Sarah duduk dengan baju tebalnya. Ia melihat sekelilingnya dan tak sengaja melihat Rangga yang sedang memarkirkan motornya. Ia melambaikan tangannya dengan senyuman di bibirnya.

Gadis rambut pendek itu berdiri, tersenyum hangat menyambut kedatangan Rangga.

"Rangga.."

"Lo udah lama?" Tanya Rangga. Sarah mengajaknya ke taman untuk menemaninya.

Sarah menggeleng dan mengajak Rangga duduk.

Cukup lama keduanya diam, hingga akhirnya Rangga memutuskannya untuk bertanya.

"Ada masalah?" Tanyanya pelan.

Sarah kembali menggeleng. "Aku cuman mau ditemani untuk malam ini."

Rangga menatap Sarah dengan penuh tanya. "Aku nggak papa kok, kamu tenang aja..." Ucap Sarah segera karena takut Rangga mengira yang tidak dengan dirinya.

"Aku kangen sama Papa..." Sarah kembali bersuara menatap ke arah depan melihat anak kecil yang sedang makan permen kapas dengan Orangtuanya.

Rangga mengikuti arah pandang tersebut. Dalam hati ia ingin merasakan moment itu. "Gue kangen sama mama.." Batinya.

"Aku nggak kenal Papa aku, Mama aku ngelarang aku buat tau tentang Papa aku.."

Rangga terkejut dengan tuturan Sarah, setaunya Papanya Sarah pergi merantau dan belum pulang.

"Selama ini aku bohong."

"Aku cuman malu, kalau kenyataannya aku nggak tau siapa Papa aku, dimana Papa aku, dan bagaimana dengan wajahnya." Sarah mulai terisak, segera Rangga membawa ke dekapannya.

"Tapi aku pernah dengar kalau aku mirip sekali sama Papa aku.."

"Gue bakalan bantu cariin Papa lo, Sarah.." Rangga mengelus rambut Sarah.

Sarah menatap Rangga dengan mata berair. "Kamu beneran?" Rangga mengangguk.

"Makasih Rangga..."

"Sama-sama Sarah..."

***

"Bim..." Di kantin Rangga menatap serius pada Bima yang sedang makan permen karet sambil membuat balon dimulutnya.

"Hmm?" Bima menoleh sebentar dan kembali melanjutkan aksi menyenangkan tadi.

"Gue mau bicara serius."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RANGGA ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang