Jalanan pagi sepi seperti biasanya. Sayup angin yang menerpa, membasuh wajah Kirana di atas motor yang sedang dikendarai oleh Dino. Memberikan perasaan sejuk sebelum otak berkutat dengan segala materi yang akan dipelajari di sekolah nanti.
"Kak Didin, nanti kakak pulang sekolah ada rapat lagi?"
Yang ditanya tetap diam. Mungkin karena pakai helm ditambah angin kencang yang berseliweran saat motor melaju jadi gak kedengaran.
"KAK DIDIN!"
"YA KENAPA?"
Lagi-lagi mereka berteriak hanya untuk sekedar mengobrol. Kirana memutus pembicaraan, malas untuk bersaut-sautan. "Gak jadi, entar aja di parkiran sekolah." Dino langsung menambah laju kecepatan motornya membuat Kirana mau tidak mau memeluk almamater OSIS yang dikenakan kakaknya agar tubuh tetap seimbang.
Hanya dalam hitungan menit mereka telah sampai. Kirana turun dari motor sembari merapikan rambutnya yang berantakan karena Dino tadi ngebut. "Makasih kak udah dianterin. Tapi lain kali pelan-pelan dong, mending aku sama Kak Esa tadi."
"Maaf ya, dek. Kamu kan juga tau kalo kakak cepet-cepet ke sekolah buat selesain deadline proker organisasi tahun ini."
Kirana menampilkan senyum paksa. Emang ya anak organisasi tuh beda, ada aja kesibukan yang harus diurus. Belum lagi PR yang bejibun membuat kakaknya itu harus pintar membagi waktu.
"Ngomong-ngomong pas di jalan tadi kamu mau bilang apa?" Dino membuka helmnya dan menempatkan pelindung kepala itu di spion bagian kanan. Menunggu jawaban dari Kirana yang masih sibuk merapikan rambut sekaligus seragamnya.
"Mau nanya kakak nanti pulang sekolah ada rapat gak? Kalo ada rapat mending aku pulang sendiri, males nungguin soalnya."
"Gak ada kok, nanti kita langsung pulang ya. Apa kamu mau kemana dulu gitu?"
Ini yang Kirana paling suka kalau diantar pulang oleh Dino. Abis capek sekolah diajak jalan, entah ke kafe, sungai pinggiran kota yang banyak jajanan kaki limanya, atau perpustakaan nasional menemani kakaknya mencari buku untuk referensi belajar.
"Kafe aja yuk, kak?" Senyum Kirana mengembang penuh harap.
"Ok, nanti pulang sekolah kita langsung ke sana," ucap Dino memerhatikan Kirana yang sekarang malah sibuk merapikan poninya. "Gak usah dimainin terus itu poninya, udah rapi. Cepetan sana masuk kelas keburu bel bunyi." Kirana mengangguk dan melambaikan tangan kepada Dino sebagai tanda perpisahan sementara karena masing-masing berjalan berlawanan arah.
Lorong kelas saat ini lumayan ramai, dipenuhi para murid yang asik mengukir canda tawa. Ada yang sarapan, ada yang buru-buru ngerjain PR sebelum jam pelajaran pertama dimulai, bahkan ada yang ngebucin di pojok kelas dengan pintu ruangan yang terbuka.
Kalo ngeliat yang uwu-uwu gitu rasanya pengen nyolok mata sendiri, Kirana merutuk dalam hati sambil melewati beberapa kelas hingga sampailah ia di kelasnya sendiri. XI MIPA 2, tempat di mana kejadian tak mengenakkan terjadi tepat pada hari diadakannya pentas seni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana Punya Cerita [SVT] - Completed
Teen Fiction• A K A N T E R B I T • Memiliki tiga belas orang kakak laki-laki, tapi... · · · Aku yang seharusnya terlahir sendiri dirundung sepi, telah dimanjakan dan diperlakukan bak permaisuri oleh kalian, saudara tak sedarah namun tetap senadi. - Kirana Liz...