04

4.3K 626 15
                                    

Pintu rumah terbuka dengan muka masam Awan yang terpampang jelas di mata Kiran dan Dino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pintu rumah terbuka dengan muka masam Awan yang terpampang jelas di mata Kiran dan Dino.

"Baron, gue nunggu 3 jam! Kenapa gak ngabarin kalo gak bisa hah?!" Teriakan Awan membuat Baron dan Dika segera keluar dari gudang.

"Sorry Awan aku ketiduran," kata Baron dengan muka bantalnya.

Untung aja Kak Baron gak cerita masalah gudang, kalo enggak udah abis Kak Dika, pikir Kiran dalam hati.

"Klise banget alasan lo! Tapi gapapa gue maafin"

"Ya aku kan kekunci makanya ketiduran, klise darimana coba?"

Perkiraan Kiran meleset. Baron keceplosan.

Awan menatap Baron dengan matanya yang penuh tanda tanya, "Kekunci?"

"Kakak-kakak, Didin balik ke kamar dulu ya mau ngerjain tugas buat besok sekolah," Sanggah Dino yang langsung berbalik ke kamarnya untuk mencari aman.

Tadinya Kiran juga mau begitu, tapi sepertinya lebih asik menonton drama para kakaknya ini.

"Ke tukang kunci!"

"Apa sih Kak Dika, Baron bilang kekunci bukan ke tukang kunci," Awan makin dibuat bingung.

"Baron mau bilang tadi dia ke tukang kunci gara-gara kunci motornya rusak, ya kan Ron?"

"Iya aku ke tukang kunci," kata Baron yang mengikuti permainan Dika.

"Jadi Baron ke tukang kunci tadi pagi gara-gara kunci motornya rusak, kan mau jemput Awan masa motornya gak bisa dinyalain," Dika tambah mengarang membuat Baron mengerutkan keningnya.

Tapi tetap saja ia masih mengikuti permainan kakaknya itu.

"Iya begitu Wan. Tukangnya juga lama ngebenerinnya, jadi aku capek. Eh pas pulang malah ketiduran."

Awan tau ada sesuatu yang tidak beres. Tatapan yang semula memancarkan kebingungan sekarang berubah menjadi tatapan penuh selidik.

"Ke tukang kunci?" Tanya Awan memastikan.

"Iya," jawaban singkat dari Baron membuat Awan percaya. Langsung saja ia ke kamarnya untuk melanjutkan proyek kuliah yang belum selesai.

Ah udah selesai ya dramanya? Kirain bakal ada lanjutannya, sayang banget padahal lagi seru-serunya, ucap Kiran dalam hati.

"Kamu kenapa masih di sini dek?" Tanya Dika yang melihat Kiran berdiri bersama mereka tanpa bicara apapun.

"Jaga-jaga siapa tau Kak Dika perlu bantuan, tapi ternyata kakak udah pro ya ngelesnya."

"Iyalah namanya juga anak teater harus jago improvisasi," Dika menyombongkan diri sambil tersenyum lebar membusungkan dadanya.

Awalnya Kiran mau menyanggah kalau Dika itu hebat dalam berimprovisasi. Tapi notifikasi HP Kiran langsung memudarkan semangatnya untuk adu mulut dengan kakak ke-10 nya itu.

"Ya udah Kak Dika sama Kak Baron, Kiran mau ke kamar Kak Didin dulu ya, mau minta dibantuin tugas, dadah!"

"Iya dadah," saut Dika dan Baron.

Dika tau, ada yang berbeda dengan adik perempuannya itu.

Biasanya dia bakal nyerocos kalo gue songong kek tadi, pikir Dika.

---

"Kak Didin, Kiran masuk ya?"

"Ya dek masuk aja"

Kiran masuk ke kamar Dino dengan tampang yang sulit diartikan.

"Kenapa mukamu bete begitu?"

"Ini kak ada tugas fisika pas hari libur, ngebuat bete aja. Tolong bantuin Kiran ya?"

"Oh oke"

Aneh, adik satu-satunya itu tidak mungkin badmood hanya karena tugas.

"Kamu kalo ada masalah bilang ya sama kakak?"

"Ih Kak Didin kok tiba-tiba ngomong begitu, aneh"

Padahal dia yang aneh. Tadi masih cengengesan, sekarang langsung kusut gini mukanya. Kayak bukan adek gue, ucap Dino dalam hati.

---

"Nah selesai deh tugasnya, jangan bete lagi mukanya," hibur Dino.

"Iya makasih kak, Kiran balik ke kamar dulu ya"

"Iya dek"

"Oh iya kak, Kiran besok dianterin kakak aja ya ke sekolah"

"Loh tumben? Yaudah jam 6 kita berangkat ya, kakak mau ngurus proker dulu soalnya"

"Oke"

Kenapa tiba-tiba minta dianter gue? Biasanya sama abang-abang yang lain. Gak mungkin dibully di sekolah kan dia? Harusnya dia kan yang ngebully? Tanya Dino dalam hati.

Kirana Punya Cerita [SVT] - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang