Mata bagai berkendara. Menatap awan yang berjalan cepat di angkasa dengan nurani hati yang tengah berkibar. Bagaimana tidak? Hari ini Awan bebas dari tugas. Sangat bahagia rasanya bisa menikmati satu hari saja tanpa tekanan.
"Pacarku memang dekat, AZEK-AZEK!"
"Lima langkah dari rumah, KRRRAAA!"
Awan memejamkan matanya. Kala tenang menyambar, dua kakaknya yang amat bacot itu muncul menyanyikan lagu dangdut yang tengah disetel oleh pengamen jalanan. Pengamen yang sering membawa speaker segede gaban di atas gerobak dengan mikrofon di tangan.
"KUPING GUE MAU COPOT DENGER NYANYIAN LO BERDUA TAU GAK?!"
Awan yang tengah duduk di undakan teras tetap memperhatikan Yosi dan Dika dengan kesal. Dua kakaknya itu makin menjadi. Dibukalah gerbang rumah oleh kakak-kakaknya. Mereka meminta mikrofon dari si pengamen dan menyanyi keras-keras hingga beberapa ART dari rumah lain menjadikan Yosi dan Dika sebagai pusat perhatian.
Mata Awan seketika berbinar. Mobil bundanya terlihat dari sudut jalan, semakin mendekat beberapa detik kemudian. Bermaksud untuk mengadukan Yosi dan Dika, bundanya malah memberikan selembar uang berwarna hijau pada topi yang ditadahkan oleh si pengamen setelah turun dari mobil. Pengamen itu berlalu. Yosi dan Dika diajak masuk bersama oleh bunda.
Dengan raut wajah bingung, bunda bertanya pada Awan yang masih duduk di undakan teras.
"Kok pengamen boleh masuk ya?"
"Nah, iya. Awan juga bingung tuh, bun. Setau Awan ada plang di depan pos satpam yang bilang pengamen gak boleh masuk kan?"
"Udahlah, bunda... Komplek elit begini kadang gak ada kehidupan. Tukang sayur aja kadang gak lewat. Sepi banget," keluh Yosi pada Bunda Mega.
"Bukannya gitu, sayang. Tapi, aturannya kan memang pengamen gak diizinin masuk."
Setelah berkata, Bunda Mega pun masuk ke rumah. Bermaksud untuk mengecek pekerjaannya lagi. Meninggalkan tiga sejoli yang tengah bertatapan kemudian tertawa karena kecanggungan yang diciptakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kirana Punya Cerita [SVT] - Completed
Fiksi Remaja• A K A N T E R B I T • Memiliki tiga belas orang kakak laki-laki, tapi... · · · Aku yang seharusnya terlahir sendiri dirundung sepi, telah dimanjakan dan diperlakukan bak permaisuri oleh kalian, saudara tak sedarah namun tetap senadi. - Kirana Liz...