14~~~~~~~~~~TERBONGKAR
___________________________________________________“Bukannya cinta berarti kau bangga memilikinya?”
Belva mempercepat langkahnya menghampiri pemuda di depannya yang berjalan seorang diri dengan tas di bahu kirinya. Jemari gadis itu menggenggam erat tali tas miliknya. Belva menggigit bibir bawahnya menahan gugup meyakinkan diri. Ia harus berbicara dengan pemuda itu. Sudah hampir dua minggu pemuda itu menjauhinya. Mereka yang biasanya berdebat tiada henti kini hanya berbicara seperlunya. Belva merasa ada yang salah dengan dirinya seperti ada rasa kehilangan saat pemuda itu menjauh dari sisinya.
"Dim," panggil Belva saat jaraknya dan jarak pemuda itu sudah tidak terlalu jauh. Belva menarik napas melanjutkan kalimatnya "Lo kenapa?" tanya Belva menatap pemuda yang kini berada di sampingnya. Pemuda itu masih diam tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Kenapa?" Bukannya menjawab pemuda itu malah bertanya balik kepada gadis itu.
"Lo kenapa jauhin gue? Kenapa lo jadi kaya gini? Ini bukan lo yang biasanya. Kana gue tanyain juga gamau bilang apa yang terjadi sama lo sampe lo kaya gini," ujar Belva, matanya menatap kedua mata pemuda itu yang kini menatapnya teduh. Belva hampir saja masuk dalam pesona mata pemuda itu. Ia menggelengkan kepala saat wajah kekasihnya terlintas dalam kepalanya. "Dimas! Lo denger gue kan?" sentak Belva saat pemuda di depannya tak kunjung memberi jawaban.
"Gue gapapa," jawab Dimas singkat. Pemuda itu memalingkan pandangan tak ingin menatap gadis di depannya. Semakin Dimas menatap mata gadis itu, semakin dirinya sadar bahwa Ia dan gadis ini tak akan bisa bersama. Dimas memilih melangkah pergi meninggalkan gadis itu. Belum sempat Ia untuk melangkahkan kakinya gerakkan pemuda itu terhenti menatap seorang pemuda lain memperhatikan mereka.
Dimas meneguk ludah kasar menundukkan kepala. Ia benci terjebak dalam situasi seperti ini. Dimas tersentak saat Belva sudah ditarik paksa oleh pemuda lain. Melihat mata pemuda itu terdapat kilat emosi Dimas tak tinggal diam. Ia mengikuti ke mana langkah pemuda itu membawa Belva pergi. Perasaan Dimas mendadak tak karuan Ia merasa seperti ada yang akan terjadi.
Di sisi lain Belva mencoba menyeimbangi langkah besar milik Laskar. Tadi gadis itu juga sempat tersentak kaget saat tiba-tiba Laskar menarik tangannya paksa. Belva masih mencoba berpikir positif saat kekasihnya itu menariknya ke atas roftoop.
Laskar menghela napas jengah "Gue tetep gamau ada orang yang tau kalo kita punya hubungan,” tegas pemuda itu.
Mata Belva membola mendengar pernyataan Laskar. "Kak, mereka udah terlanjur tau. Foto itu udah kesebarkan di Instagram lambe SMA Bintang, terus aku harus apa?” Belva mengepalkan tangan, sekuat hati memberanikan diri tak ingin dianggap lemah. Sudah berulang kali gadis itu menahan diri. Berulang kali mereka berdua bertemu teman satu sekolahnya tapi apa? Laskar selalu mengatakan bahwa dia adalah anak pembantunya, lebih parahnya pemuda itu pernah mengatakan bahwa Ia hanya mainan pemuda itu.
Belva teringat kejadian beberapa hari lalu. Saat pemuda itu meninggalkannya sendiri di mall. Parahnya pemuda itu memilih meninggalkannya sendiri dan pergi bersama gadis lain.
"Kalo gue bilang gue gengsi pacaran sama lo gimana? Syukurlah kalo lo tau diri. Lo Udik,” ujar Laskar dengan santai. Pemuda itu seakan tak peduli dengan perasaan gadis di depannya ini. "Ya gue akuin gue tertarik sama lo soalnya lo pinter. Tapi kalo suruh ngaku di depan umum ya gue gamau sih. Ya coba lo pikir gue siapa dan lo siapa,” sarkas Laskar dengan nada yang terdengar santai, tetapi menusuk.
Belva memejamkan mata merasakan sesak di dalam dadanya. "Gue bakal urus hal ini, lo tenang aja. Hal gampang buat gue hapus berita sampah kaya gini. Gue cuma mau ngasih lo peringatan aja,” Laskar menghentikan kalimatnya sejenak. Tangan pemuda itu menjulur menyentuh puncak kepala Belva. Belva merinding saat Laskar mendekatkan kepalanya ke telinga gadis itu. "Lo tetep punya gue, pacar gue. Gue gamau liat lo deket-deket lagi sama tu cowok. Jangan lo kira gue ga liat tadi lo yang nyamperin dia duluan,” bisik Laskar sebelum pergi meninggalkan Belva sendiri di atas roftoop sekolah.
Belva meluruh berjongkok memeluk dirinya sendiri. Gadis itu benar - benar menyesal tidak mendengar nasehat Ibunya. Ia menangis dalam diam tak tahu harus mengadu pada siapa. Beberapa hari lalu sahabatnya sudah memperingatinya untuk tidak terlalu berharap pada hubungan sembunyi-sembunyi. Ingatan demi ingatan terus berputar dalam kepalanya. Bagaimana pemuda itu yang awalnya bersikap lembut berubah menjadi monster.
●●●●
Tanpa Belva sadari, tak jauh dari tempatnya seorang pemuda berdiri dengan wajah kaku dan tangan yang mengepal.
"Masih mau diem aja ngalah kaya orang goblok?" Tanya seorang gadis yang entah datang dari mana tiba - tiba berada di samping pemuda itu.
Pemuda itu terdiam, tertegun dengan kata-kata gadis itu. Mata pemuda itu menajam menatap gadis yang Ia cintai menangis sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET(TERBIT)
RomanceBelva Melviana gadis sederhana yang hidup berdua dengan Ibunya semenjak sang Ayah meninggal. Hidup Belva begitu abu, monoton. Hingga Ia bertemu dengan sang pemberi warna. Orang yang mampu membuatnya meringan hanya dengan menatap matanya. Bagai dua...