06~~~~~~~~~~DIAM - DIAM
___________________________________________________“Biarkan aku menjadi siput yang sembunyi dalam tempurung, asalkan aku masih bisa melihatmu walau sejenak.”
Kana menatap ke arah Belva yang masih saja memandang arah pemuda tadi pergi. Kana menggelengkan kepala sedikit sebal dengan Belva yang tidak mengenal pemuda itu. Itu kan Laskar Abimanyu, ketua osis SMA Bintang. Kana tak habis pikir dengan Belva, bisa-bisanya sahabatnya itu tidak mengenali ketua osisnya sendiri. Eh tunggu, Belva kan tidak masuk sekolah waktu pemilihan Ketua OSIS. Ditambah gadis itu yang enggan tahu tentang hal-hal yang menurutnya tak penting.
Kana menghela napas, “Lo beneran gatau itu siapa?” tanya Kana pada Belva yang masih saja memandang ke arah mana cowok itu melangkah.
Belva kembali sadar dari lamunannya. Ia menengok ke arah Kana yang menatapnya dengan kening yang mengerut menandakan Ia sedang bingung. Belva menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu.
“Ketua OSIS noh, kakak kelas dua belas IPA 1. Sama kayak lo dia juga pemegang peringkat pararel, hobi lomba sana sini. Emang ganteng si, waktu kelas sepuluh aja dia udah jadi sorotan, kata kakak kelas yang lain sih gitu. Gue sempet denger senior cewe pada ngegosipin Kak Laskar,” jelas Kana jadi ikut-ikutan memandang arah ke mana pemuda tampan itu melangkah.
Belva melotot mendengar penjelasan Kana, “Oh ya? Kok gue bisa gatau ya?” ucap Belva sembari meletakkan tangannya di dagu seolah berpikir. Kakinya melangkah menuju tangga-tangga yang berada di lapangan. Belva mendudukkan diri di sana diikut oleh Kana. Akhirnya mereka duduk berdampingan memandang teman-temannya yang lain sedang asyik dengan dunia mereka sendiri. Pak Dool guru olah raga mereka ternyata tidak datang, tahu begitu tadi Belva tidak usah sampai lari-lari menggunakan sepatu.
“Ya kan sifat lo sendiri deh yang gamau tau sama lingkungan sekitar yang kata lo ga penting,” cibir Kana yang membuat Belva merengut memajukan bibir bawahnya. Seperkian detik kemudian mata Kana berubah menjadi binar cerah “Ah tapi tadi kita beruntung si ketemu sama Kak Laskar. Lo tau ga sih? Dia tuh kaya cogan tersembunyi gitu lho di sekolah ini. Dia ketos tapi jarang muncul. Ya gimana yaa dia aja sibuk lomba sana sini, belum lagi dia ketos banyak tugas juga. Heran ada gitu manusia robot kaya dia,” jelas Kana mendadak menjadi bersemangat dan riang. Tak memperhatikan gadis yang di sampingnya tertegun mendengarnya.
“Eh tapi, tunggu deh. Lo kan begitu juga ya Bel? Lomba sana sini, belajar, kerja juga. Terus lo masih bantu ibu lo bikin roti kan? Lo ga capek, Bel?” cerca Kana pada Belva yang membuat gadis cantik itu tersentak mengerjap perlahan.
Belva memandang lurus ke depan, menghembuskan napas pelan. Topik ini sebenarnya cukup sensitif untuknya. Tapi terkadang kita memang membutuhkan seseorang yang bertanya ‘apa kau baik-baik saja?’. Belva menoleh menatap Kana yang sedari tadi memperhatikannya “Kalo lo tanya gue capek atau enggak ya pasti gue jawab capek. Cuma ya ga mungkin juga gue diem aja di saat ibu gue lagi merjuangin masa depan gue,” jelasnya.
Belva kembali menatap ke depan. “Lo tau, Na. Semenjak ayah pergi, keekonomian keluarga gue jadi goyah. Ibu harus kerja lebih keras buat menuhin kebutuhan. Ya sebenernya toko berjalan lancar, cuma kan biasanya Ibu Cuma sedia kue ga terlalu banyak. Tapi sekarang, jadi kaya ngejar target gitu deh,” imbuhnya.
Kana menghela napas mendengar curhatan sahabatnya. Kana tahu bagaimana kehidupan Belva sejak SMP. Dulu dia juga sudah rajin membantu orang tuanya, tapi kan dulu tidak sampai kerja part time seperti sekarang.
“Eh, oh ya lo mau mulai dari mana soal tu ketua OSIS,” Kana mengalihkan topik, Kana menoleh ke sahabatnya yang sudah menatapnya dengan raut wajah bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET(TERBIT)
Storie d'amoreBelva Melviana gadis sederhana yang hidup berdua dengan Ibunya semenjak sang Ayah meninggal. Hidup Belva begitu abu, monoton. Hingga Ia bertemu dengan sang pemberi warna. Orang yang mampu membuatnya meringan hanya dengan menatap matanya. Bagai dua...