Part 09

20 7 0
                                    

09~~~~~~~~~~MARTABAK KEJU
___________________________________________________

“Ada banyak hal indah yang berada di sekitar kita, tetapi kita selalu buta untuk mensyukurinya.”













Belva memasuki gerbang sekolah dengan sepedanya. Gadis itu memarkirkan sepedanya di tempat parkir khusus sepeda. Ia melangkah dengan pelan menuju kelasnya. Belva memegangi tali tasnya kuat mencoba tetap fokus. Dari semalam Belva sudah memutuskan untuk tidak usah bersekolah saja hari ini. Tetapi, Ibunya memaksa untuk Belva tetap bersekolah. Ibunya berdalih saat Belva ingin menemani Ibunya di Rumah Sakit.

Pikiran Belva melayang mengingat kejadian malam tadi. Di mana pemuda tampan memberinya sepotong roti dan mengusap kepalanya. Belva menyentuh puncak kepalanya tersenyum mengingat senyum lembut pemuda itu.

"Aw," rintih Belva merasakan rambutnya ditarik dari belakang. Belva menolehkan kepala ke samping kanannya. Seorang pemuda sudah berdiri di sampingnya dengan cengiran khasnya.

"Ey ey! Neng manis memikirkan apa? Masih pagi neng manis, jangan manyun dong," pemuda itu memajukan wajahnya tepat di depan Belva, pemuda tampan itu menaik turunkan alisnya menggoda Belva. Belva geram sendiri melihat tingkah pemuda itu. Ia mendorong wajah pemuda itu dengan kuat.

"Ck, lo bisa ga sih gausah ganggu gue? sehariiiii aja," sungut Belva sebal. "Hari ini mood gue lagi buruk, jangan sampai lo abis gue makan ya!" ancam Belva menunjuk-nunjuk pemuda di depannya.

"Neng manis yang cantik,,,, jangan marah marah dong. Nanti cepet tua lho," lagi - lagi pemuda itu menggoda Belva. Tangan pemuda itu mencolek dagu Belva yang langsung ditepis oleh gadis itu.

Belva menendang kuat tulang kering pemuda itu. Ia melangkah pergi meninggalkan pemuda itu merintih memegangi kakinya. Sudahlah, Belva tidak mau banyak peduli. Belva melangkah dengan tenang menuju kelasnya.

"Pagi, Na." Sapa Belva pada Kana yang sedang sibuk menyalin tugas di buku latihannya. Kana hanya bergumam memberikan jawaban pada Belva. Kana ini tipe murid yang cerdas tapi malas. Lihat saja, mana ada murid rajin mengerjakan tugas di sekolah.

"Gue semalem ke rumah lo tapi kosong. Lo kemana? Bukannya lo kemaren pulang cepet ya dari kafe?" tanya Kana pada Belva. Memang benar, semalam Kana mengunjungi rumah Belva untuk meminjam buku catatan milik sahabatnya itu. Kana menolehkan kepala ke arah Belva yang jadi terdiam. Kana mengerutkan kening menyadari perubahan raut muka gadis di sampingnya ini. "Bel?" ujar kana menyadarkan Belva dari lamunannya.

"Hah?" Belva mengerjap pelan sadar dari lamunannya. Ia menolehkan kepala membalas tatapan sahabatnya. Belva menghela napas pelan, "Ibu gue kambuh. Jadi gue nemenin Ibu gue di Rumah sakit semalem," ujar Belva menjelaskan pada Kana.

Kana yang mendengar pernyataan Belva jadi terbelalak kaget. Ia jadi memandang sahabatnya itu prihatin. Baru sebulan ayahnya pergi, kini Ibunya sudah terbaring di Rumah Sakit. Kana tersenyum menenangkan sahabatnya "Nanti gue jenguk ya? Pulang sekolah kita ke Rumah Sakit bareng. Lo hari ini libur kan?" Kana mengusap lembut bahu Belva yang menganggukkan kepala sebagai bentuk jawaban.

Kana hendak melanjutkan mengerjakan tugasnya. Tetapi, tiba - tiba suara gebrakan meja yang keras mengejutkannya. "Lo apa-apaan sih, Dim?" Kesal gadis itu melihat tulisannya jadi berantakan karena ulah pemuda di depannya.

"Sutttt," Dimas meletakkan telunjuknya di depan muka Kana meminta gadis itu diam. "Gue ga ada urusan sama.lo!" ucapnya penuh penekanan dan mata yang sok di tajam-tajamkan. Dimas beralih menatap gadis di samping Belva yang sedari tadi hanya diam saja tak mengucapkan sepatah kata pun. "Emang bener Ibu mertua sakit?" tanya Dimas dengan santainya menyebut Ibu Belva adalah Ibu mertuanya.

SECRET(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang