Part 21

16 5 0
                                    

21~~~~~~~~~~BERMALAM DENGAN LUMPUR
___________________________________________________

“Sederhanamu selalu sempurna di mataku.”













Belva mengayuh sepedanya dengan pelan. Tatapan gadis itu kosong menatap jalanan yang lenggang. Mencoba tetap kuat dengan keadaan saat ini. Bayang itu selalu menghantuinya. Kejadian itu terus berputar di dalam kepalanya seperti kaset rusak. Belva memberhentikan sepedanya di tepi danau kecil di ujung kota. Kaki jenjangnya melangkah lebih dekat dengan danau. Ia mendudukkan diri mendongak menatap langit yang tak berbintang.

"Hahaha Kak Laskar ga jago banget masa gitu aja ga bisa," tawa Belva pecah begitu saja saat kekasihnya gagal memasukkan bola ke dalam sebuah lubang. Saat ini mereka berdua sedang bermain bersama di pasar malam. Rasanya menyenangkan menikmati malam hari yang dingin bersama orang yang kita cintai.

"Ini pemanasan dulu," Laskar menggulung lengan jaketnya. Dengan wajah serius lelaki itu mencoba memasukkan bola ke dalam lubang yang berada di depannya, tetapi sekali lagi bola itu meleset.

Belva kembali tertawa melihat raut kesal Laskar. "Hahaha, ngaku aja kalo emang gak bisa, Kak. Katanya mantan kapten basket sekolah," gadis itu meledek kekasihnya.

Laskar pura-pura marah dengan raut wajah di seram-seramkan. Laskar melipat tangannya ke pinggang. "Berani ya," ancam pemuda itu dengan menjulurkan telunjuk mendorong kening Belva.

"Berani dong!" Belva mengangkat tangan memamerkan ototnya.

"Apa gitu? Gak ada ototnya. Mana, mana?" Laskar meledek Belva. Menarik kepala Belva dan memasukkan kepala itu di ketiaknya.

Belva yang diperlakukan seperti itu memekik meminta dilepaskan. Tangan gadis itu memukul-mukul dada Laskar agar melepaskannya. Tetapi, bukannya melepaskannya pemuda itu malah tertawa keras.

Belva tersenyum miris, semua kenangan itu masih teringat jelas di kepalanya. Ini menyebalkan, bahkan saat lelaki itu sudah menyakitinya begitu dalam, rasa cintanya untuk lelaki itu tak pernah hilang. Belva menghela napas mencoba tak teringat kenangan apa pun bersama lelaki itu.

Kak Laskar
Sorry, gue lagi sibuk ngurus pensi kemaren-kemaren.

Kak Laskar
Lo dimana?

Kak Laskar
Bel

Kak Laskar
Kenapa lo cuekin gue tadi pagi

Kak Laskar
Gue ada salah?

Belva tersenyum miris memandang pesan pemuda itu. Bisa-bisanya Laskar bertanya apakah memiliki kesalahan. Apakah belum jelas apa yang pemuda itu lakukan tadi? Belva tak membalas pesan tersebut. Ia memilih membiarkan begitu saja, meletakkan ponsel itu di samping dirinya. Biarkan kali ini saja, Belva ingin egois. Gadis itu ingin sendiri, menenangkan hati dan pikirannya. Sebentar saja, sebentar saja biarkan Belva meyakinkan perasaannya. Beri dia waktu untuk menata kembali hatinya.

Ponsel itu kembali berdering memunculkan deretan nama yang sedang tak ingin Belva hubungi. Gadis itu hanya melirik sekilas tanpa minat untuk menjawab panggilan tersebut.

Kak Laskar is calling..............................

"Hape lo bunyi. Berisik," Belva tersentak kaget mendengar suara orang lain. Gadis itu memutar kepala menemukan seorang pemuda tampan melangkah mendekat ke arahnya dengan dua cup kopi di tangannya.

"Nih, adem-adem gini enaknya minum kopi," pemuda itu mengulurkan satu cup kopi itu kepada Belva. Ia mendudukkan diri di samping Belva. Pemuda itu menekuk lututnya, menjadikan tangannya sebagai sandaran.

SECRET(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang