Part 16

12 5 0
                                    

16 ~~~~~~~~~~KEMBALI
_________________________________________________

“Sejauh apa pun aku melangkah pergi, pada akhirnya kamu adalah tempat ternyaman untukku kembali.”














Belva terdiam mengamati hilir mudik murid-murid SMA Bintang dari perpustakaan yang berada di lantai dunia. Belva berdiri seorang diri di samping jendela kaca besar yang langsung menghadap lapangan basket SMA Bintang. Gadis itu tersenyum kecil melihat kapten basket baru SMA Bintang yang sedang bercanda bersama temannya. Pemuda itu terlihat bertingkah konyol berlari ke sana ke mari setelah meledek rekan satu timnya. Belva menggelengkan kepala tak habis pikir pemuda itu benar-benar resmi menjadi kapten basket sekolah. Tak bisa dipungkiri paras pemuda itu yang tampan dan tubuhnya yang atletis membuatnya menjadi lirikan para gadis. Belva tak pernah menyangka cukup mengamati pemuda itu saja mampu membuatnya ringan. Ingatannya berputar kembali saat pemuda itu memberikan segelas minuman kesukaannya untuk menghiburnya saat sedang murung.

Belva menegakkan tubuh mengalihkan matanya saat pemuda yang Ia tunggu sedari tadi, datang menghampirinya. Pemuda itu menggunakan almamater OSIS. Memang pemuda itu mengatakan padanya untuk menunggu sebentar karena ada urusan OSIS.  Pemuda itu tersenyum menatap Belva. Ada sedikit rasa pedih melihat pemuda itu seolah biasa saja setelah kejadian beberapa hari lalu. Belva mencoba tetap senyum saat pemuda itu mengulurkan tangan menyentuh puncak kepalanya.

"Ngeliatin apa? Kayanya asik banget,” ujar pemuda itu mencoba melongok melihat ke arah jendela membuat Belva yang berada di depannya reflek termundur saat pemuda itu memajukan wajah. Pemuda itu jadi terkekeh pelan melihat wajah terkejut gadis itu. Ia merogoh saku almamater osisnya meraih sebuah gelang hitam dengan gantungan bunga daisy. Pemuda itu memasangkan gelang itu di tangan gadis di depannya. "Suka ga?" tanya pemuda itu.

Belva mendongak menatap pemuda di depannya. "Suka,” gadis itu menganggukkan kepala dengan senyum mengembang di bibirnya. Sejauh apa pun Belva melangkah pergi, pemuda ini tetap menjadi tempat pulangnya. Sekuat apa pun Belva menghindar, membohongi dirinya sendiri, pemuda ini akan tetap memiliki tempat spesial dalam hatinya. "Kenapa harus daisy?" Belva mengerutkan kening bertanya pada pemuda di depannya.

"Belva mau tau?" tanya pemuda itu dengan menyebutkan nama gadis di depannya.

Belva tertegun mendengar cara berbicara pemuda itu yang berbeda. Jantungnya berdegup lebih kencang saat pemuda itu berbicara dengan menyebut namanya. Tak ayal gadis itu mengangguk menjawab pertanyaan pemuda itu.

"Belva tau arti bunga daisy?" Belva hanya menggelengkan kepala menandakan bahwa Ia tidak mengetahuinya. "Bunga daisy punya arti kemurnian, kesetiaan,  kesabaran, juga kesederhanaan,” Belva diam, tertegun mendengar penjelasan pemuda itu.

Pemuda itu menarik tangan Belva menggenggam tangan itu menatap gelang yang melingkar pada pergelangan lentik gadis itu. "Sama kaya Belva di mata Kak Laskar. Belva itu sabar dalam setiap cobaan hidup yang Belva lewati. Belva yang dengan beribu kesederhanaan Belva hadir dalam hidup Kak Laskar. Belva yang dengan kesederhanaan yang Belva punya mampu ngerebut semua perhatian Kak Laskar. Belva itu murni cantik natural kaya bunga daisy ini,” tutur Laskar seraya menyentuh gantungan gelang bunga daisy di tangan Belva. Laskar tersenyum melanjutkan kalimatnya "Tetap jadi Belva yang seperti ini ya? Jadi Belva yang sederhana, baik, dan sabar sama sifat labil Kak Laskar,” kata pemuda itu lirih menundukkan kepala.

Belva tersenyum, gadis itu kini ikut menggenggam tangan pemuda itu menatap lembut mata pemuda itu. “Aku gak janji untuk ga akan ada perubahan dalam diri aku. Tapi yang perlu Kak Laskar tau, aku akan bertahan sampai Kak Laskar sendiri yang meminta aku untuk pergi,” jelas Belva masih dengan senyuman di bibirnya.

SECRET(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang