25~~~~~~~~~~~ONE DAY WITH DIMAS
___________________________________________________“Ada banyak luka yang bersembunyi di balik gelak tawa yang begitu nyata.”
Seorang pemuda melangkah dengan santai. Suara sepatu bertubrukan dengan lantai menggema di koridor yang sepi. Tangan pemuda itu membawa parsel buah-buahan. Langkah pemuda itu membawanya ke sebuah ruangan yang Ia tuju. Pemuda itu tersenyum membuka pintu ruangan tersebut. Matanya langsung disuguhkan dengan seorang gadis yang sedang menyuapi Ibunya. Hati pemuda itu terenyuh melihat betapa gadis itu menyayangi Ibunya. Pemuda tampan itu melangkah mendekati mereka.
"Pagi Tante, gimana keadaannya?" Sapa pemuda itu dengan senyum cerah di wajahnya.
"Pagi. Waduh tumben Dimas ke sini, hayo mau janjian kemana kalian?" ledek Ibu gadis itu.
"Apa sih Ibu mah," gadis itu mengelak. Mata gadis itu bergantian menatap pemuda tampan yang kini berada di sampingnya. "Jadi?"
Dimas menganggukkan kepala, beralih menatap Ibu dari gadis itu. "Dimas bawain Bu Mira buah. Cepet sembuh ya, Bu," Dimas menyerahkan parsel buah itu kepada Bu Mira yang diterima langsung oleh Bu Mira. Tak lupa Bu Mira mengucapkan terima kasih pada pemuda itu.
Dimas memutar kepalanya jadi memperhatikan Belva yang kini sibuk dengan sling bag gadis itu. Dimas menggelengkan kepala melihat gadis itu. Biar Dimas duga, pasti gadis itu lupa meletakkan barangnya. "Cari apa lo, Bel?" Dimas gemas sendiri melihat Belva yang masih saja mengobrak-abrik isi sling bag miliknya.
"Hp gue," jawab Belva singkat. Gadis itu kembali sibuk mencari di mana letak ponselnya.
Dimas menghela napas, kebiasaan gadis ini pasti lupa meletakkan barang. Belum lagi jika Belva panik pasti jadi tidak fokus seperti ini. Dimas menggelengkan kepala melihat ponsel gadis itu tergeletak di nakas samping ranjang Ibunya. Dimas mengambil ponsel itu, pemuda itu mengetukkan ponsel itu di kening Belva dengan pelan. "Nih, makanya kalo narok barang jangan sembarangan."
"Belva emang begitu, Dim. Sampe capek Ibu bilanginnya, udah kalo barangnya ga ketemu dia marah-marah. Padahalkan dia yang narok, tapi dia marahnya ke Ibu katanya Ibu pasti pindahin," curhat Bu Mira pada Dimas. Dimas jadi menggelengkan kepala mendengar hal itu.
Berbeda dengan Belva yang mengerucutkan bibir sebal. "Ibu mah jangan dibongkar dong, kan Belva malu."
Dimas terkekeh melihat tingkah gadis itu. Hati pemuda itu menghangat, setidaknya kejadian kemarin tidak membuat Belva murung. Diam-diam pemuda itu bersyukur di dalam hati.
'Klek'
Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian ketiga orang di dalam ruangan itu. Benar saja, pintu itu terbuka dengan seorang wanita dewasa masuk ke dalam menghampiri mereka bertiga. "Ih ih, apa nih?" wanita itu memicingkan mata menatap Dimas dan Belva bergantian. "Cielah, Belva diapelin."
"Iya nih, Dir. Mau dapet mantu nih Mbak," ujar Bu Mira sengaja ingin meledek putri semata wayangnya.
"Apa sih Ibu, Bibi ? Udah ah, Belva mau pergi dulu," gadis itu buru-buru menyalami Ibunya dan Bibinya. Tangan Belva menarik tangan Dimas untuk mengajak pemuda itu keluar ruangan. Bisa-bisa dirinya diledek habis-habisan oleh Ibu dan Bibinya.
"Napa lo? Baper ya? Hii, baper lo ma gue. Iya?" Dimas memicingkan mata memajukan wajahnya mendekati wajah Belva. Dengan tengilnya pemuda itu menunjuk Belva tepat di hidung gadis itu.
Belva memegang jari telunjuk Dimas yang berada di depan hidungnya. Gadis itu memasukkan jemari itu ke dalam mulutnya dan menggigitnya dengan keras membuat sang empu berteriak kaget sekaligus kesakitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET(TERBIT)
RomanceBelva Melviana gadis sederhana yang hidup berdua dengan Ibunya semenjak sang Ayah meninggal. Hidup Belva begitu abu, monoton. Hingga Ia bertemu dengan sang pemberi warna. Orang yang mampu membuatnya meringan hanya dengan menatap matanya. Bagai dua...