Part 18

11 5 2
                                    

18~~~~~~~~~~ SEBUAH PILIHAN
___________________________________________________

“Sedari awal aku menyadari. Rasa ini, tak akan pernah terbalas.”














Seorang gadis panik berlari ke sana ke mari sibuk memilih baju yang berada di dalam lemari. Rasanya semua baju miliknya tidak ada yang cocok. Gadis itu sudah sibuk sejak pagi tadi mulai dari menggunakan masker hingga luluran. Hati gadis itu berbunga - bunga mengingat pesan sang kekasih tadi. Gadis itu memekik membayangkan apa yang akan dilakukan lelaki itu nanti.

Kak Laskar
Gue mau ajak lo ke dufan.

Setelah menemukan baju yang pas Belva segera menuju kamar mandi yang berada di kamarnya untuk mengganti baju. Gadis itu kini berada di depan cermin memoles wajahnya dengan bedak tabur bayi. Tak lupa Belva menggunakan liptint di bibirnya agar terlihat lebih segar. Rambutnya Ia kepang satu ke belakang. Belva berdiri menatap penampilannya di cermin. Sebuah rok pendek selutut berwarna pastel dengan switer crop berwarna putih juga sneakers putih terlihat pas di tubuhnya. Belva meraih sling bag berwarna pastel untuk mempercantik penampilannya hari ini. Senyum Belva mengembang menerima pesan kekasihnya.

Kak Laskar
Gue di depan gang.

Belva melangkah keluar dari kamarnya mengintip memastikan bahwa Ibunya belum pulang dari mengantar pesanan kue di komplek sebelah. Gadis itu melangkah dengan cepat sedikit terburu - buru takut kekasihnya menunggu terlalu lama. Ah, rasanya Ia seperti jatuh cinta lagi dengan lelaki itu. Pipi Belva jadi bersemu merah mengingat akhir-akhir ini Laskar selalu bersikap manis padanya. Tadi malam saja mereka teleponan dan pemuda itu menyanyikan lagu untuknya. Lagu Nyaman milik Andmesh penyanyi terkenal di Indonesia.

Mata Belva terpaku menatap pemuda di depannya yang bersandar di kap mobil miliknya dengan tangan kanannya berada di saku sedangkan tangan kirinya memegang ponsel. Pemuda itu benar-benar terlihat tampan dengan celana selutut yang warnanya senada dengan rok yang Belva gunakan, juga jangan lupakan kemeja putih pemuda itu dengan jam tangan hitam melingkar di tangan kirinya. Seneakers putih dan topi pastel benar-benar melengkapi penampilan pemuda itu. Belva melongo saking terpesonanya dengan penampilan lelaki itu. Belva tak sadar pemuda itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya.

"Heh! Ngapain lo liatin gue begitu?" pemuda itu menjentikkan jari di depan mata Belva. Belva tersentak mendapatkan kesadarannya kembali. Ini benar - benar gila, bagaimana bisa Ia terjerumus dalam pesona pemuda di depannya ini.

"Dimas! Lo ngapain di sini?" kaget Belva. Gadis itu masih terkejut saat membuka gerbang dan menemukan pemuda ini di depan rumahnya.

"Nih,” Dimas memberikan sebuah flashdisk kepada Belva. "Gue mau ngasih ini, materi udah gue buat. Udah gue bagi juga lo, gue, sama Kana. Ini gue kasih ke lo aja soalnya tinggal lo kan yang belum baca materinya kemarin?" Dimas membenarkan letak topinya, memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

Dimas menilai penampilan Belva dari ujung kaki hingga ujung kepala. Bohong jika Dimas tidak terpesona dengan gadis ini. Tetapi, Dimas tidak bisa memperlihatkan hal itu, Ia harus menyembunyikannya. Pemuda itu mencoba mengendalikan dirinya, "Mau kemana lo? Rapi amat,” tanya pemuda itu pada Belva yang sedang sibuk memasukkan flashdisk ke dalam sling bagnya.

"Kencan dong,” sombong Belva, gadis itu tersenyum menaik turunkan alisnya. Wajah gadis itu maju meledek pemuda di depannya.

Dimas yang semula bersandar di kap mobilnya jadi menegakkan badan tertegun. Pemuda itu mengendalikan diri mendorong wajah gadis itu menjauh darinya. "Dih, mauan si Laskar kencan sama lo. Paling juga dibawa ke toko buku dah lo sama dia,” ledek Dimas pada gadis itu.

SECRET(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang