Part 07

16 8 0
                                    

07~~~~~~~~~~BASKET
___________________________________________________

“Indah bukan, ketika dua insan saling mencintai tanpa saling menyapa?”













Laskar duduk termenung di atas kasur king size miliknya. Memandangi sebuah bingkai foto seorang lelaki kecil yang tersenyum senang dengan dua buah mobil-mobilan di tangannya. Laskar terenyuh mengusap foto tersebut, memandang dalam diam. Laskar menghela napas panjang mendongakkan kepalanya ke langit-langit kamar menolak bulir yang hampir jatuh.

Laskar beranjak dari kasurnya. Meletakkan bingkai foto itu di meja belajarnya. Ia mulai membuka buku untuk persiapan olimpiade terakhirnya mewakili SMA Bintang.

Sekelebat bayangan seorang gadis berkucir kuda yang Laskar temui melintas begitu saja di kepalanya. Bagaimana gadis itu mengikat tali sepatu, melompat-lompat, bahkan Laskar masih mengingat jelas bagaimana raut kesal gadis itu.

Wajah gadis itu seperti tidak asing bagi Laskar. Seperti pernah bertemu tapi entah di mana. Kening Laskar mengerut tanda pemuda itu sedang berpikir. Tangan Laskar terangkat memijat pangkal hidungnya berusaha mengingat-ingat, di mana kira-kira dirinya pernah bertemu gadis itu. Laskar tersentak saat ingatannya tertuju pada pelayan kafe yang bernyanyi di malam itu. Laskar tersentak menyadari bahwa gadis itu adalah orang yang sama. Orang yang selama ini mengisi hatinya. “Kenapa gue bisa gak sadar?”

Kepala Laskar menggeleng pelan “Ternyata satu sekolah, dan perasaan ini masih sama. Gak pernah berubah atau berkurang sedikit pun,” kekehan lirih keluar begitu saja dari bibir Laskar.

●●●●

Belva melangkah dengan semangat menyusuri koridor sekolah yang sedang sepi mungkin karena dia berangkat terlalu pagi hari ini. Gadis cantik dengan kucir kuda menjadi ciri khasnya itu memegangi tali tasnya. Pagi ini Belva akan ke perpustakaan untuk meminjam buku mempersiapkan olimpiade.

Belva melangkah menuju kelasnya. Ia meletakkan tasnya di kelas lalu melangkah menuju perpustakaan. Belva berjalan dengan bersenandung pelan. Sayup-sayup Belva mendengar suara bola bertumbukan dengan lantai. Dengan rasa penasaran Belva melangkah mendekati suara itu.

Mata Belva membola melihat seorang pemuda tampan sedang bermain basket sendirian di lapangan basket sekolah. Pemuda itu menggunakan jersey basket SMA Bintang. Belva hanya melongo melihat bagaimana mahirnya pemuda itu memainkan bola oren itu. Belva tersenyum di tempatnya, jika begini Belva rela untuk berangkat pagi setiap hari.

Belva masih saja mengintip dari tembok belokan menuju lapangan basket itu, memandang pemuda tampan di depannya dalam diam. Sepertinya Belva sanggup untuk berdiri seharian asal objek itu yang menjadi pusat pandangannya.

Belva tersentak kaget ketika matanya bertemu dengan seseorang yang sedari tadi Ia amati. Belva segera membalikkan badan menyentuh dadanya merasakan jantungnya yang terasa berdegup lebih cepat. Belva menghembuskan napas, memutar tubuhnya untuk melihat apakah pemuda itu masih menatapnya.

“EH!” pekik Belva kaget melihat pemuda tampan sudah berdiri di depannya. Pemuda yang sama yang tadi Ia lihat sedang bermain basket.

“Lo ngapain?” tanya pemuda itu serius. Keringat menetes dari keningnya ditambah rambutnya yang basah. Belva benar – benar jadi melongo melihat pemuda di depannya ini. Bahkan tanpa sadar Belva sudah menatap pemuda itu dengan bibir yang terbuka kecil.

“Heh! Malah bengong lagi lo,” tanya pemuda itu bingung dengan gadis di depannya ini. Pemuda itu menggoyangkan bahu gadis itu dengan pelan. “Belva Melviana,” gumam pemuda itu membaca name tag Belva.

SECRET(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang