Part 11

13 7 0
                                    

11~~~~~~~~~~FIRST DAY
___________________________________________________

“Mirisnya, status sosial masih saja menjadi tolak ukur cocok tidaknya sebagai pasangan.”










Belva tertegun menatap ponselnya. Menatap lamat layar yang menampilkan percakapan dengan sang kekasih barunya. Kenapa harus diam-diam?

Seperkian detik bayangan sang Ibu di malam itu terlintas dalam kepalanya. Wajah Ibunya yang melarangnya untuk jatuh cinta pada lelaki itu. Mata Ibunya yang menyorot penuh harapan. Mendadak Belva diserang rasa bingung yang menyelimuti dirinya.

'Ting!'

Belva kembali menundukkan kepala mengamati ponselnya. Sebuah pesan kembali masuk dari kekasihnya. Lagi - lagi gadis itu tertegun membaca pesan dari kekasihnya.

Kak Laskar
Gimana?

Kak Laskar
Gue ga bisa terang terangan.

Kak Laskar
Soal temen gue, udah gue urus.

Kak Laskar
Bales, bukan novel.

Perempuan cantik itu menghela napas. Belva menganggukkan kepala mendapatkan jawaban. Memang kenapa jika diam-diam, toh Ibunya juga tidak boleh tahu. Belva menunduk, mengetikkan sesuatu di ponselnya.

Belva
Iya, kak.

Gadis cantik dengan rambut kucir kuda itu memasukkan ponsel ke dalam sakunya. Belva melangkah pelan meninggalkan taman belakang sekolah. Tempat yang menjadi saksi bisu bahwa Ia dan lelaki pujaannya mengikat hubungan.

●●●●

Tak jauh dari tempat gadis itu semula berdiri, seorang pemuda berdiri dengan tatapan tak dapat diartikan. Pemuda itu memasukkan tangannya ke dalam kantung celananya, memperhatikan semua yang terjadi. Mulai dari pemuda tadi menarik gadis itu, hingga gadis itu melangkah pergi. Dadanya merasa sesak menyaksikan apa yang terjadi. Baru saja Ia menemukan seseorang yang dapat membuat hatinya meringan. Tetapi, ternyata gadis itu mencintai pria lain. Perasaan yang selama ini Ia simpan nyatanya tak ada gunanya.

Pemuda itu mendongakkan kepalanya menatap langit siang ini. Cerah tak seperti hatinya saat ini. Pemuda itu tersentak merasakan tepukan pada bahunya. Ia menoleh mendapati seorang gadis berponi berada di sampingnya. Gadis itu tersenyum hangat seolah menguatkan.

"Laskar cowok baik, dia punya segala, dia punya orang tua. Gak kayak gue," ujar Dimas pelan sebelum melangkah pergi meninggalkan sepupunya yang tadi berbicara dengannya terdiam mematung bak batu.

●●●●

Belva memasukkan buku dan peralatan tulisnya dengan buru-buru ke dalam tas sekolahnya. Hari ini Ia akan pulang bersama dengan kekasihnya. Kebetulan bukan, sepedanya rusak dan Belva diajak pulang bersama.

"Kenapa lo keliatan buru - buru?" Belva menolehkan kepala mendengar pertanyaan sahabatnya. Gadis itu tersenyum membisikkan sesuatu kepada sahabatnya.

"Heh! Yang bener lo?" tanya Kana kaget mendengar pernyataan Belva.

"Bener dong! Nih mau jalan. But, we are backstreet," kata Belva dengan nada sedikit dibuat - buat sombong. Ia bahkan tersenyum miring.

SECRET(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang