Part 24

11 4 0
                                    

24~~~~~~~~~~MEMILIH
___________________________________________________

“Seganteng apa pun kamu. Kalo mulutmu lemes, maaf kamu buruk rupa di mataku.”













Sebuah tamparan keras mendarat tepat di Laskar. Pemuda itu membeku terdiam menatap tajam pelaku yang menampar pipinya.

"Aku udah cukup sabar ya, Kak. Aku diem aja anda hina. Saya diam saja anda caci maki," dengan suara yang terdengar gemetar Belva menatap Laskar tanpa takut. Belva merasa harga dirinya diinjak-injak oleh pemuda itu. "Apa anda tidak punya kaca?" gertak Belva membuat Laskar terdiam kaku.

Belva tersenyum miring, gadis itu melangkah maju mendekat ke arah Laskar yang menatapnya dengan tatapan yang berubah. Belva mendorong dada Laskar dengan kuat membuat tubuh jangkung itu terdorong mundur. "APA ANDA TIDAK PUNYA KACA?!" teriak gadis itu, emosinya meledak tak terima harga dirinya diinjak pemuda itu.

"Saya," Belva menunjuk dirinya sendiri. Kemudian beralih menatap Dimas yang berdiri tak jauh dari dirinya. "Dan dia," gadis itu menunjuk Dimas yang jadi mengerutkan kening. "Gak punya hubungan apapun, dan gak pernah melakukan apapun," Belva menjeda kalimatnya, menarik napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya. Mata gadis itu menyorot tajam membalas tatapan Laskar "TIDAK SEPERTI ANDA YANG BERCIUMAN DENGAN WANITA LAIN DI SEKOLAH!" teriak Belva dengan menunjuk wajah Laskar dengan telunjuknya. Dada gadis itu naik turun menandakan dirinya sedang emosi.

Laskar tersentak kaget, perkataan gadis itu membuatnya tersadar. Dirinya juga bersalah di sini.

"Kenapa? Baru sadar ya kalau dirinya sendiri ga bener?" sinis Belva pada Laskar. Cukup sudah cukup, dirinya bersabar dengan lelaki ini. "Kayanya daripada break mending sekalian udahan gak sih, Kak?" ujar Belva, nada bicara yang semula sinis dan tinggi menjadi lebih rendah dan sendu.

Laskar dengan cepat menggeleng hendak meraih tangan Belva, tetapi gadis itu mundur menjauhkan diri. "Enggak, Bel. Jangan bilang itu!" Belva tersentak saat nada bicara pemuda itu kembali naik.

"Kita di sini sama-sama salah. Gak adil kalo lo ngehukum gue buat udahan gitu aja," Laskar tak rela jika hubungannya berakhir begitu saja.

"Sama-sama salah?" Belva jadi terbengong tak habis pikir dengan Laskar. Bagaimana cara pemuda itu berpikir? Gadis itu menggelengkan kepala percuma dirinya menjelaskan hingga mulutnya berbusa, pemuda ini sedang emosi.

Belva menarik napas lelah, menoleh ke arah Laskar. "Mau Kak Laskar apa?" sarkas gadis itu tak banyak bicara.

"Gue mau kita tetep pacaran. Dan lo, ga boleh deket-deket sama ni cowok!" Laskar menunjuk Dimas yang menaikkan alis menantang. "Dan gue bakal jauhin Clara."

"Kaya bisa aja," sahut Dimas yang dibalas tatapan tajam oleh Laskar.

Belva menarik napas, menatap Laskar. Dengan tegas gadis itu kembali melangkah mendekat ke arah Laskar "Jaminannya?"

Laskar menarik napas, sebenarnya dirinya sendiri ragu. Tapi Ia tak akan membiarkan gadis ini pergi dari hidupnya begitu saja "Lo boleh pergi kalo gue ingkar janji. Tapi kalo lo ingkar janji, ni cowok," Laskar menunjuk Dimas dengan telunjuknya. "Abis sama gue."

Belva melotot hendak memrotes, tetapi tak jadi saat matanya tak sengaja bertemu dengan mata Dimas. Pemuda itu menganggukkan kepala memberikan kode pada Belva. Belva menghela napas, "Oke," gadis itu melepas kalung yang menggantung di lehernya. Ia melangkah mendekat ke arah Dimas. Tangannya terulur menarik tangan kanan Dimas, meletakkan kalung itu di atas tangan Dimas. Belva menunduk tak ingin menatap Dimas. "Sorry," entahlah dadanya terasa sesak seakan ini sebuah perpisahan.

SECRET(TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang