Action 8

889 163 14
                                    

Runaway

Hari ke - 3

Ada dua orang yang sangat berbahaya.

Pertama, yang tidak takut apa pun.
Kedua, yang tidak menginginkan apa pun.

Gongjun termasuk dalam keduanya.

Tetapi Zhang Zhehan tidak. Itulah mengapa, masih ada celah untuknya dikalahkan.

Dia masih takut akan kehancuran reputasi, masih takut akan retaknya hubungan dengan Ju Jingyi.

Dan satu ketakutan lagi yang tiba-tiba menyergapnya detik ini.

Dia takut -- jatuh cinta pada si penjahat tampan.

Tetapi detik ini pun Gong Jun memiliki kelemahannya. Sang penjahat tidak sama seperti dulu. Dia kini memiliki ketakutan dan juga keinginan.

Dia ingin memiliki Zhang Zhehan, dan takut kehilangan.

🏖️🏖️🏖️

Ini baru hari ketiga, jadi masih terlalu dini untuk menyimpulkan apapun. Hari ini setelah sarapan, kapten Zhang bertekad untuk menemukan kesempatan kabur dari rumah pantai.

Dia sudah menghabiskan sepanjang pagi hingga siang menghafal letak setiap pintu, jendela, posisi kamera pengawas, dan di bagian mana biasanya penjaga lebih banyak berkumpul.

Saat ini kapten Zhang melompati tangga, mengawasi dari balkon lantai dua. Dari atas dia lebih leluasa mengawasi situasi halaman depan nan luas di mana ia bisa melihat gerbang utama yang terbuat dari besi hitam tinggi menjulang dan lebar.

Sosok-sosok berseragam gelap berada sekitar enam atau tujuh meter di bawah. Mereka sedikit sekali bergerak. Semua memegang senjata, kapten Zhang tahu itu dengan jelas. Dia menargetkan satu sosok yang terlihat bersembunyi di balik serumpun semak hias yang tinggi dan dipangkas membentuk satu kepala binatang. Kapten Zhang menyipitkan mata, mungkinkah penjaga itu melakukan sesuatu yang memalukan? Kenapa dia bersembunyi di situ, jangan-jangan dia sedang menonton video porno.

Setelah meyakinkan rencananya, kapten Zhang bersikap sesantai mungkin agar tidak memancing kecurigaan. Menjelang makan siang, biasanya gerbang itu akan terbuka, entah itu Gong Jun atau anak buahnya akan keluar membeli makan siang. Yah, karena tak ada juru masak di rumah pantai ini dan mereka juga tengah menyembunyikan diri. Tak bagus jika ada petugas pengantar makanan mengetahui lokasi rumah ini.

Beberapa saat kemudian, kapten Zhang berhasil menyelinap ke halaman depan, mendekati salah satu penjaga yang menyendiri di balik semak. Penjaga itu sadar akan kedatangan orang lain di dekatnya.

"Siapa itu?" Dia bertanya tegang.

Kapten Zhang tak menjawab. Sekejap berikutnya dia menghujamkan tinju ke hidung si penjaga, disusul satu pukulan lagi dengan telapak tangannya menghantam belakang lehernya.

Penjaga itu jatuh pingsan seketika, darah menetes dari hidung dan beruntung, penjaga itu tidak sempat memekik kesakitan.

Ponsel di tangan penjaga jatuh, dan benar dugaan kapten Zhang. Dia tengah menonton video mesum, sementara di sela jemarinya ada sisa puntung rokok beraroma aneh, memabukkan.

"Opium," gumam sang kapten.

Menggelengkan kepala berkali-kali atas kejahatan berlapis yang dilakukan para gerombolan ini, kapten Zhang tidak membuang waktu lebih lama lagi. Dia segera melucuti jas hitam milik si penjaga, mengenakan satu topi hitam,  mengambil ponsel dan juga revolver yang terselip di ikat pinggang si penjaga.

Dia menunggu sekitar lima menit dan mendengar gemeretak gerbang terbuka.  Awalnya kapten Zhang berjalan normal mendekati gerbang untuk membantu memeriksa siapa yang datang. Dia menghindari satu orang penjaga lain yang bergegas mendekat, begitu gerbang terbuka lebar, sebuah sedan Audy hitam melaju perlahan.

Orang yang berada di balik kemudi bukan Gong Jun, kapten Zhang tidak tahu siapa orang itu dan siapa pemilik mobil yang baru masuk. Dia membungkuk seolah memberi hormat sekaligus menyembunyikan wajahnya.

Begitu mobil sudah mulai menjauh dan gerbang sudah mulai ditutup kembali, kapten Zhang melesat berlari melalui pintu gerbang yang mengayun dan merapat. Ada kamera pengawas di atas gerbang dan kapten Zhang tahu itu, dia tak peduli jika pada akhirnya penyamarannya ketahuan. Sekarang yang terpenting dia sudah berhasil keluar dari gerbang sialan itu. Satu langkah di luar gerbang dan itu berarti kebebasan yang sangat berarti.

Butuh dua menit buat si penjaga yang satu lagi untuk menyadari bahwa ada sosok mencurigakan berlari keluar gerbang.

Karena gerbang itu dikendalikan oleh sensor, dia tidak langsung berlari mengejar dan akhirnya berteriak pada rekan yang lain.

"Ada orang kabur lewat gerbang barusan! Periksa apakah kapten Zhang ada di dalam sana!"

Beberapa penjaga segera bergerak cepat, sebagian menyerbu ke dalam rumah sebagian menyerbu ke arah gerbang.

Setelah gerbang kembali terbuka, tiga orang penjaga berlarian keluar, mereka melihat satu titik hitam di kejauhan, semakin lenyap menuju arah pantai.

Gong Jun marah besar.

Dia diberitahu bahwa tawanannya berhasil menyelinap kabur, ditendangnya penjaga tolol yang cukup sial melaporkan berita buruk itu padanya. Langkahnya lebar-lebar dan sangat cepat, melambaikan tangan sebagai isyarat pada sisa penjaga agar mengikutinya kembali menangkap sang tawanan.

"Segerombolan orang idiot!" Gong Jun membentak.

"Tolol! Otak udang! Parasit!"

Umpatan mengalir lancar dari bibir seksinya.

"Badut-badut tidak berguna! Anjing kudisan! Hama wereng!"

Dia menghambur ke satu mobil yang baru masuk barusan dan mengusir penumpang di dalamnya yang ternyata seorang gadis cantik tengah memeluk seekor anjing lucu.

"Kau rupanya!" geram Gong Jun.

Gadis itu menoleh terheran-heran.

"Ada apa Jun? Aku baru saja datang, kenapa kau marah-marah?!"

"Gara-gara kau datang kemari, tawananku mengambil kesempatan saat gerbang terbuka. Sekarang cepat keluar! Aku akan memakai mobilmu!"

Gong Jun merangsek masuk tergesa-gesa, sementara gadis itu keluar lewat sisi lain mobil. Mengelus kepala anjing di pelukannya, dia menggumam sesuatu yang tidak jelas.

Audy hitam itu meluncur keluar gerbang, diikuti tiga sepeda motor besar di belakangnya.

🏖️🏖️🏖️

Selama berlari melintasi jalan sepi dengan jajaran pohon palem di setiap sisinya, kapten Zhang belum memikirkan langkah selanjutnya. Mungkin saja di depan sana ia akan menemukan jalan umum dan keramaian. Tidak banyak persiapan, dan ia mencegah dirinya untuk tidak terlalu khawatir. Jalan berkelok itu membawanya ke satu hamparan pasir luas yang juga sepi.

Satu sisi lain dari pantai Amaganset.

Apa ia salah mengambil jalur?

Otaknya diputarbalikkan dalam keputusasaan. Kapten Zhang merasakan keterkejutan dan kekhawatiran yang tiba-tiba.

Dia berlari menuju pantai, kakinya harus diistirahatkan sementara. Dia menarik nafas dalam-dalam, melihat cahaya liar menari di permukaan air laut. Matanya sejenak terpesona.

Kapten Zhang membiarkan kakinya terus membawanya ke tepi pantai. Semakin tertelan air laut yang perlahan-lahan mencapai lutut begitu dia terus melangkah maju.

Kakinya terendam dalam air laut yang sejuk. Sudah lama sekali rasanya dia tidak merasakan kebebasan seperti saat ini. Meskipun hanya terkurung selama tiga hari, tapi putaran waktu terasa berhenti dan ia terjebak dalam labirin waktu tak berujung.

Permukaan laut yang biru halus berdesir melintasi wajahnya dengan pola cahaya yang berselang seling.
Rambut hitamnya menyebar dalam pola tidak beraturan dihembus angin pantai yang kencang.

Laut menyuguhkan keindahan yang sempurna.

Kapten Zhang menatap lebih dalam dan jauh. Dia begitu terpesona sehingga terus berjalan tanpa sadar, air laut sudah mencapai pinggangnya.

Dia meraup air dengan telapak tangan, membasuh wajah pucat yang lelah.
Tetesan air meluncur di kulit sempurna kapten Zhang saat dia kembali menyiram air laut dingin ke atas kepalanya. Pakaian mulai menempel di kulitnya, meninggalkan jejak bentuk dan lekukan tubuh.

Pantai ini sunyi. Bahkan tidak ada penjaga pantai. Mungkinkah semacam private beach. Ya, kenapa tidak.
Penjahat tampan itu kaya raya, uangnya mungkin sebanyak pasir di pantai ini.

Suasana damai, tempat yang menakjubkan, dan ia sendirian.

Apakah Gong Jun cabul itu sering melewatkan waktu senggang dengan berenang di pantai? Bersama gerombolan gadis berbikini yang haus uang?

Dia telah memperingatkan diri sendiri untuk tidak menaruh perhatian apapun atas semua tindakan sang penjahat yang tak terduga. Tetapi ternyata peringatan itu menjadi bumerang.

Tanpa bisa ditahan, pikiran kapten Zhang dipenuhi berbagai dugaan. Memikirkan bagaimana jika Gong Jun berenang di pantai yang indah ini tanpa pakaian.

Hah! Tunggu!

Tidak! Tidak!

Singkirkan pikiran itu!

Bersihkan otakmu dari virus bernama Gong Jun!

Angin musim panas yang hangat di wajahnya berubah menjadi dingin, dengan suram membersihkan semua jejak kehangatan, sekaligus ingatan buruk.

Satu hempasan ombak besar tiba-tiba menderu menghantam tubuhnya. Kapten Zhang memekik ketika tubuhnya terlempar di antara gulungan ombak. Dia melawan, sia-sia mengendalikan kekuatan alam yang tak terkalahkan. Mendorong, memutar-mutar tubuhnya dalam gaya spiral.

Air tidak sedingin yang ia takutkan. Sejujurnya, berenang di laut tidak terlalu menakutkan bagi seorang petugas polisi seperti dirinya. Tetapi ombak ini menerjang dengan kuat dan mendadak, sementara pikirannya yang tengah tidak fokus, terombang-ambing lebih dari tubuhnya sendiri.

Beberapa saat kemudian, arus air yang lebih kuat menangkapnya. Bergulung-gulung, seolah-olah bertekad mencabik-cabiknya.

Sial! Dia sudah berhasil meloloskan diri dari sarang macan dan kini ia terseret ke mulut hiu. Siapa yang tahu kalau di perairan ini ada hiu ganas. Pilihan yang sama buruknya.

Nahas sekali nasibnya kali ini.

Kapten Zhang tahu cara yang benar menghindari ombak pasang surut yang datang bergantian dan saling bertabrakan, yaitu dengan berenang paralel dengan garis pantai. Tapi itu sama sekali tidak berguna sekarang. Air yang bergulung menjadi hitam pekat di semua arah, bahkan ia tidak tahu arah menuju permukaan.

Dia berusaha keras menahan nafas, mengatupkan bibir rapat-rapat untuk mempertahankan persediaan oksigen yang masih tersisa.

Arus air menghantam dadanya sekali lagi dengan keras, udara melesat dari paru-parunya, meledak membentuk gelembung.

Dia akan tenggelam. Dia sedang tenggelam.

Alam bawah sadarnya menyimpan kenangan dalam detail sempurna, dan beberapa momen disimpan untuk saat-saat terakhir hidup seseorang.

Kapten Zhang berharap bisa melihat senyum cantik tunangannya, bisa melihat bayangan wajahnya yang sempurna seolah-olah ia benar-benar ada di sini bersamanya.

Tapi ia melihat satu delusi lain dan itu membuatnya marah. Wajar saja ia marah. Wajah itu tidak ingin ia lihat. Tetapi bayangan wajah itu tidak menyerah, tidak juga hilang diantara gulungan ombak. Dia bertahan. Rahangnya terkatup rapat, hidungnya mengeluarkan gelembung, sama seperti dirinya. Matanya berkilat oleh amarah.

Gong Jun.

🏖🏖🏖

Lagi kritis malah ngelamunin Junjun 😣
To Be Continued
Please Vote And Comment

Salam Langlangding💙

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang