Action 12

900 149 11
                                    

Hari ke -5

Beberapa hal memiliki daya tarik yang kuat seperti air raksa
Bahkan jika kita tahu bahwa sesuatu itu keliru.

* * *

Di penghujung malam, sebuah mimpi buruk menghampiri alam bawah sadar kapten Zhang. Dia bisa saja melupakannya kalau pikirannya tidak sedang kacau dan dikuasai dilema. Selama beberapa hari terjebak di rumah pantai, tiap menit, tiap jam, saat ia terjaga ia selalu dibayangi wajah mempesona Gong Jun. Bahkan dalam mimpi pun kadang ia melihat wajahnya hadir dalam ekspresi mengejek dan melecehkan. Karena itulah kadang-kadang kapten Zhang tidak bisa berpikir jernih. Lagipula apa yang akan ia lakukan pada seorang musuh licin yang berkali-kali membuatnya merasa gelisah, terkoyak antara kebencian dan perasaan lain yang lebih beracun, yang masih belum berani ia pastikan.

Tetapi mimpi buruk kali ini bukan tentang Gong Jun dengan segala kecabulan tengiknya. Melainkan ia melihat wajah Ju Jingyi. Dalam mimpinya ia melihat gadis itu mundur dan terjatuh dalam kabut hitam tebal, di mana ia berjuang menjangkau namun tak berhasil. Di mana Jingyi sekarang dan harapan apa yang bisa ia berikan pada tunangannya itu. Kapten Zhang bertanya-tanya berapa lama ia bisa terbebas dari situasi buruk yang tidak menentu ini.

Dalam keputusasaan dan kesendiriannya, kapten Zhang benar-benar merindukan kebebasan dan hari-hari itu di mana ia belum berjumpa Gong Jun dan terjebak di rumah pantainya sekaligus, secara perlahan-lahan, terjerat dalam pesonanya.

Mimpi tentang Ju Jingyi tiba-tiba buyar ketika ia merasakan satu tangan sejuk menyapu pipinya.

"Kuharap aku tidak mengganggumu," Gong Jun  duduk di dekatnya, mulutnya mencibir, agak manja dan menggoda, tapi matanya tersenyum licik. Dia terlihat sangat segar, rambutnya basah dan wajahnya lebih bersinar dari biasanya. Dia sudah mandi, karena itulah tangannya dingin. Dengan kemeja hawai santai bermotif biru hijau dan celana panjang putih, pemuda itu kehilangan aura pemimpin organisasi pembunuh bayaran. Gong Jun terlihat sangat sederhana, seperti seorang pemuda biasa yang bisa ditemui di mana pun di tengah kota. Butuh dua menit bagi kapten Zhang untuk terjaga, mengumpulkan kesadarannya, dan pulih dari pesona yang membuatnya nyaris tak berkedip.

"Apa yang kau lakukan? Mengapa kau masih di sini?" Kapten Zhang mendesis, kewarasannya mulai kembali bersamaan potongan-potongan kejadian semalam.

"Aku hanya ingin memberitahumu bahwa semalam kau menyerah tanpa perlawanan," kata Gong Jun sambil melontarkan senyum minta maaf yang mempesona.

"Aku tidak ingat," kapten Zhang mendengus sebal.

"Benarkah? Kau menempatkan aku di posisi yang istimewa di hatimu. Aku tahu itu, dari reaksimu selama bercinta semalam."

Kapten Zhang meraih sebuah bantal dan melemparkan kuat-kuat ke wajah Gong Jun. Dia sangat marah hingga sulit mengatakan apapun.

"Tutup mulutmu!"

Detik berikutnya kapten Zhang mengerang. Dia mencoba bangun tapi merasakan pinggangnya seolah akan patah. Sekujur tubuh, lengan dan kaki terasa kebas dan ngilu sementara kepalanya pengar akibat mabuk. Dia bahkan tidak yakin apa bisa berjalan menjangkau kamar mandi atau dia harus merangkak seperti orang cacat.

Meminta bantuan penjahat cabul ini?

Kapten Zhang melirik, terkesiap oleh gagasan busuk itu, kemudian segera menghempaskannya.

Tindakan yang jelas-jelas bodoh, ibarat melempar mangsa ke mulut buaya.

"Hati-hati kapten, tubuhmu pasti kesakitan, bahkan ada beberapa lebam kebiruan samar di beberapa tempat. Selain tanda bekas ciuman tentunya," Gong Jun menyeringai, lalu meneruskan santai, "Aku sudah memeriksa setiap inci tubuhmu yang mulus dan indah."

Kepala kapten Zhang tersentak ke belakang, bulu matanya berkedip-kedip cepat seiring tatapan tidak percaya.

"Lebam? Apa yang kau lakukan selagi aku mabuk? Pengecut! Hadapi aku saat kita sama-sama waras," bibir tipis menggoda itu kembali melontarkan cibiran dan umpatan kebencian.

"Kurasa kau sudah tahu. Dan semalam kau tidak sepenuhnya mabuk. Kita bercinta sepanjang malam, kukira kau menikmati itu," Gong Jun tidak sepenuhnya percaya bahwa kapten Zhang telah melupakan kejadian itu, dia hanya tidak ingin mengakuinya  dan nampaknya ia tidak akan berani mengakuinya hingga mati. Meski begitu, Gong Jun bersedia jika ia harus membeberkan detail percintaan mereka semalam, kemudian akan menikmati reaksi sang kapten marah-marah seperti orang sinting.

Kapten Zhang mengusap wajahnya, pasti sudah merah seluruhnya karena ia merasa hawa hangat naik. Tetapi di sisi lain, ia merasa sulit menanggung penderitaan di hatinya. Meski bukan pertama kali Gong Jun melecehkan dan mengekaploitasinya, namun kali ini dia merasa seluruh tubuhnya remuk. Terlebih lagi dia baru saja memimpikan Ju Jingyi, menyeretnya kembali pada fakta bahwa ia adalah seorang petugas polisi dan memiliki tunangan, namun tak berdaya seperti anak rusa masuk jebakan.

Semakin memikirkan, semakin ia merasa tragis. Tanpa bisa ditahan air mata jatuh di pipinya. Air mata penghinaan. Dia sudah tak bisa mengumpat lagi sekarang, bahkan energi untuk mengomel pun sudah habis. Kapten Zhang beringsut ke tepi tempat tidur, membelit tubuh polosnya dengan selimut. Gong Jun membiarkan pemuda itu turun dan berjalan sendiri, melihat air matanya, Gong Jun mulai berhati-hati. Bagaimana pun dia tak akan mendapatkan apa-apa dengan merusak mental sang kapten. Dia mungkin harus mengubah strateginya sekarang. Kapten Zhang Zhehan benar-benar keras kepala.

Tiba-tiba..

Srukkk!

Baru beberapa langkah menuju kamar mandi, tubuh kapten Zhang ambruk ke lantai.

"Hngh...hngh..." Kapten Zhang menggapai-gapai, pandangannya berputar karena pusing.

Gong Jun menghambur padanya, berjongkok dan menampilkan ekspresi rumit. Dia menepuk ringan, membelai punggung sang kapten, membantunya bangun. Sedikit banyak ia merasa bersalah karena telah menyakiti kapten Zhang.

"Lepaskan aku!" Kapten Zhang meronta dalam dekapan Gong Jun, terbatuk-batuk, air matanya masih mengalir. Gong Jun menatapnya tanpa berkata-kata, karena dirasanya kapten itu terus meronta, maka ia melepaskan pegangan pada tubuhnya.

Brukk!

Tubuh kapten Zhang kembali meluncur turun, beruntung dia tidak sampai membentur lantai karena lengan sigap Gong Jun segera menahan pinggangnya.

Posisi keduanya sekali lagi terlihat aneh.

"Jangan keras kepala, ayolah! Aku akan membawamu ke kamar mandi," akhirnya Gong Jun bersuara. Seperti biasa, nadanya tegas dan sulit dibantah.

Sadar akan keadaan dirinya, akhirnya kapten Zhang membiarkan Gong Jun membawanya ke kamar mandi. Mengisi jacuzzi besar dengan air hangat dan wewangian aromatherapy. Kemudian dengan kelembutan seorang ibu, dia membantu sang kapten berendam, mendapatkan posisi nyaman di dalamnya. Kapten Zhang merasa seluruh tubuhnya yang sudah seperti jelly perlahan menyerap kenyamanan dan energi dari air hangat. Dia memejamkan mata, tidak memperhatikan bahwa Gong Jun berjalan menuju satu sisi kamar mandi luas nan mewah untuk kemudian menanggalkan seluruh pakaiannya. Dalam keadaan telanjang, dia bergabung ke dalam jacuzzi besar itu, mengejutkan sang kapten dengan kecipak air yang kasar.

"Kau... Kau..." Kapten Zhang beringsut mundur, terseret dengan kasar dari kenyamanan sesaatnya. Dia sangat cemas melihat tubuh polos Gong Jun. Apakah pria mematikan ini benar-benar akan menyakitinya lagi. Tubuhnya yang sudah lumer bisa dipastikan tidak akan sanggup menerima tindakan apapun.

"Akan menyenangkan sekali bukan, bercinta di air hangat dipenuhi aroma wangi," Gong Jun tidak lupa melemparkan lirikan nakal saat melihat wajah manis sang kapten begitu merah dan diliputi ketakutan.

"Jangan...! Aku -- aku masih sakit," kapten Zhang memberanikan diri untuk bersikap galak dan menentang. Siksaan sepanjang malam sepertinya tidak akan mengizinkan dia untuk berkelahi atau melawan dalam bentuk gerakan apapun.

"Lalu, bagaimana sekarang? Belum apa-apa, aku sudah terangsang," Gong Jun berkata tanpa malu-malu. Dia menyerbu ke arah sang kapten, memeluk dan mencium bibirnya dengan penuh semangat.

"Hafft..haftt.."

Ciuman itu lama dan penuh gairah, sisi buruknya, kapten Zhang hampir pingsan karena kehabisan nafas. Dia tidak sanggup menghajar, hanya bisa mendorong tubuh predator itu untuk menjauh. Tidak tahan oleh desakan amarah dan penderitaan, dia meraung keras.

"Mengapa kau setiap waktu membuatku menderita? Apa permusuhanku denganmu? Mengapa kau tidak berhenti juga...?!"

Kapten Zhang menjerit marah, nadanya menuntut, sementara kedua matanya merah dan basah. Dia sudah tidak sanggup lagi mengatasi Gong Jun yang mengerikan.

"Jadi apa maumu?" Gong Jun meraih kedua tangan kapten Zhang, memegang, meremasnya kuat. Sang kapten meronta-ronta.

"Biarkan aku pergi!" Ia meratap, tidak malu, tidak peduli apapun. Hanya ada kebencian dan rasa sakit.

Gong Jun menatapnya dalam-dalam, menarik bahu telanjang kapten Zhang dan memeluknya lembut.

"Giliranku bertanya padamu. Mengapa kau tidak ingin tinggal bersamaku? Aku bisa memberimu kekayaan, segala bentuk kesenangan, juga kau bisa memiliki aku di tempat tidur. Apa kau tidak menyukainya?"

"Tidak!" Kapten Zhang memekik histeris.

"Aku tidak mau jadi mainanmu! Aku punya kehidupan sendiri, aku punya karier, aku punya Ju Jingyi. Tanpa mereka semua, aku lebih baik bunuh diri!"

Sang kapten meronta-ronta dalam pelukan Gong Jun, mengerahkan seluruh daya yang tersisa. Di satu sisi, mendengar nama Ju Jingyi disebut, Gong Jun secara perlahan melonggarkan pelukannya. Selarik kesedihan yang tak cocok dengan mata indahnya melintas sesaat sebelum akhirnya hilang.

"Kalau begitu, baiklah. Aku akan melepaskanmu," ia berkata datar, dingin, dan serius.

Kapten Zhang langsung berhenti berjuang, menghentikan gerakan meronta seperti anak kecil, dan menatap bengong pada Gong Jun. Sesaat pikirannya linglung.

"Ini hari ke lima kau terjebak di rumah pantaiku dan kau sudah hampir gila. Aku berjanji, pada hari ke tujuh aku akan membebaskanmu. Masih ada waktu  tidak sampai dua hari bagimu untuk bertemu dan bercinta denganku. Setelah itu, tidak akan ada penawaran lain, ataupun siksaan yang menyakitkan."

Untuk beberapa lama, reaksi sang kapten sangat bodoh alih-alih tenang. Beberapa detik berikutnya ia mengumpulkan keberanian dan berkata, "Baiklah! Ini kesepakatan! Aku tidak akan melarikan diri hari ini. Tapi kau harus menepati ucapanmu!"

Ekspresi serius Gong Jun dan wajahnya yang aristokrat membuat orang tidak dapat meragukan kata-katanya. Sesaat kapten Zhang terhanyut oleh sikap dan senyuman Gong Jun yang mengesankan hingga tak sadar bahwa penjahat cabul itu sudah kembali memeluk dan menciumi leher dan bahunya.

"Ti--dak.." ia masih berjuang menolak, tapi pemikiran bahwa ia akan bebas pada hari ke tujuh membuatnya merasakan emosi melankolis yang menjengkelkan. Dia membiarkan Gong Jun memeluk, mencium dan meskipun seluruh tubuhnya kesakitan, sensasi nikmat lain mengaliri setiap inchi tubuhnya.

Ketika sang kapten mendesah dan mengerang dalam pelukan Gong Jun dan atas aksi panas yang kini berubah lebih lembut, ia mencapai kenikmatan yang membuatnya seketika ingin bunuh diri karena malu.


🏖️🏖️🏖️

Kapten Zhang membawa sekaleng minuman soft drink keluar ke balkon kamar, menyaksikan pergerakan para penjaga di halaman. Mereka tidak kenal lelah hanya terus mondar mandir di sudut-sudut yang ditentukan Gong Jun sementara dirinya sendiri duduk di lantai keramik dingin, bersandar pada railing dan memikirkan apa yang terjadi malam ini.

Hari demi hari benar-benar telah menjadi bencana. Dia perlahan-lahan melupakan banyak hal dan kepalanya hanya diisi oleh Gong Jun si penjahat. Dia bahkan bertanya-tanya apakah Ju Jingyi masih ada dalam hatinya, mimpi semalam bahkan menguap dengan cepat bagai asap tertiup angin.

Dia ingat harus menyiapkan kebebasannya dua hari lagi. Tak ada barang miliknya yang bisa dikumpulkan. Sejujurnya, setiap helai pakaian pun adalah milik Gong Jun. Mungkin satu stel pakaian yang ia kenakan saat diculik adalah satu-satunya yang ia miliki namun itu pun entah kemana sekarang. Jangan-jangan Wen Yuan penipu polos itu sudah membuangnya ke tong sampah. Mungkin hanya id dan ponselnya yang belum dibuang, dan Wen Yuan pasti menyimpannya di suatu tempat.

Angin sepoi-sepoi menyapu balkon, membawa ketenangan yang aneh dalam diri kapten Zhang. Dia meneguk soft drinknya hingga habis. Rasa gula minuman itu cukup menggigit, seiring sensasi manis menyentuh lidah dan bagian lain dalam dirinya. Apakah ia mulai tidak waras? Ini hari ke lima dan ia tiba-tiba memikirkan apakah dirinya menyukai Gong Jun. Walaupun hanya sedikit, mungkin setidaknya ia memiliki posisi istimewa di hati penjahat tampan itu.

Lupakan! Dia mencibir tipis, meremas kaleng softdrink di tangannya.

Penjahat itu bahkan tidak punya hati. Dia membenci semua penjahat, sebagai seorang polisi, ia harus menangkap dan menghukum penjahat. Bukan malah menjadi simpanannya.

Tetapi--

Senyuman tipis indah menawan, tatapan lembut, perhatian...

Kapten Zhang berhenti di sana. Dia pasti sudah gila karena memikirkan hal sinting. Mengapa pula delusi itu muncul di benaknya?

🏖🏖🏖

Siap-siap pamitan ya kapten 😁

To be continued

Please vote and comment

Salam Langlangding 💙

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang