Action 7

990 178 19
                                    

Hari ke-2

I'm normal

Baru dua hari tapi kapten Zhang serasa sudah terbenam dalam lubang yang gelap. Ia masih kebingungan apakah ia bisa menghirup kembali udara segar dan kebebasan. Dengan putus asa dia memikirkan pekerjaan sebagai detektif yang begitu dibanggakan, kini seakan menjadi lelucon di tangan si penjahat tampan. Ju Jingyi juga memenuhi pikirannya,  gadis itu kini bagaikan bunga berduri yang sulit dijangkau, bagaimana reaksi tunangannya jika mengetahui bahwa Zhang Zhe Han sudah bolak balik dilecehkan.

Hari ini, kejadian lain datang mengganggu. Pemuda yang menipunya waktu di teater, Ma Wen Yuan tiba-tiba muncul di rumah pantai. Dia duduk santai di meja bar, sebuah surat kabar tergeletak di dekatnya.

"Apa kabar kapten?" wajahnya polos dan menipu, membuat kapten Zhang mendengus jengkel. Minatnya lebih tertarik pada surat kabar yang masih rapi dan berbau kertas baru.

"Seluruh kota dikejutkan oleh kasus pembunuhan di teater dan menghilangnya seorang kepala detektif handal kepolisian New York."

Wen Yuan berkata santai, mengetahui bahwa sang kapten ingin membaca surat kabar, dia mendorong benda itu dengan jemarinya.

"Silakan kau baca sendiri beritanya, rekan-rekanmu di kepolisian nampaknya cukup sibuk akhir-akhir ini."

Tanpa berkata-kata, kapten Zhang mengambil surat kabar dan membawanya ke sebuah sofa dimana ia bisa duduk nyaman dan membaca.
Tak lama kemudian seorang penjaga muncul, mengatakan bahwa ia baru saja datang dari Starbucks dan membawakan segelas kopi latte untuk sang kapten.

"Taruh di meja," kapten Zhang berkata tanpa mengalihkan pandangan dari surat kabar.

Si penjaga menaruh gelas kopi Starbuck dan meninggalkan ruangan.

"Aku lega melihat kau terlihat sangat bahagia di rumah pantai ini," Wen Yuan menahan senyum. Benak liarnya sibuk menduga-duga apa yang telah dialami kapten cantik ini akibat ulah bos tampannya.

Ucapan penuh ketulusan itu serasa sengatan lebah di telinga kapten Zhang. Dia mendelik galak pada Wen Yuan, menyebut dirinya bahagia disekap oleh predator sama saja dengan penghinaan terhadap harga diri dan pengabdian pada pekerjaannya.

"Diam kau!" ia mendengus geram.

"Jika bukan gara-gara kamu, aku tidak akan sampai tertindas di sini!" Kejadian di teater tiga malam lalu kembali membayang di dalam benaknya. Dia lengah saat itu, terlalu dramatis menghadapi kondisi mayat Rebecca sang korban pembunuhan yang seharusnya posisinya ditempati Ju Jingyi. Jadi, keberhasilan Wen Yuan mengelabuinya malam itu, sebagian memang salahnya.

Mengabaikan reaksi marah sang kapten, Wen Yuan kembali tertawa.
"Tertindas?" dia mengulang dengan nada sarkastik.
"Kulihat kau dilayani dengan baik pada siang hari, dan siapa yang tahu apa yang kau dapatkan di malam hari."

Jemari kapten Zhang meremas pinggiran surat kabar hingga kusut. Dia menggeram lagi, namun tanpa daya. Sekarang ia ingin fokus pada berita di surat kabar alih-alih menanggapi cemoohan Wen Yuan. Dia membaca dengan cepat pada satu halaman surat kabar yang memuat kasus pembunuhan balerina di teater.  Sekilas kabar tentang hilangnya dirinya juga tertulis di sana.

"Kudengar mereka sudah menemukan petunjuk tentang siapa dalang di balik pembunuhan itu," Wen Yuan bersuara lagi.
"Sepertinya kabar lenyapnya dirimu tidak terlalu mempengaruhi kinerja polisi. Atau mungkin mereka menyangka kau kabur dari tugas," nada kepuasan terpantul dari suara Wen Yuan. Meski wajahnya lebih ramah dibanding penjaga dan antek Gong Jun yang lain, tetapi  cara bicaranya sungguh blak-blakan dan menjengkelkan.

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang