Action 13

805 148 8
                                    

Identity

Kamar Wen Yuan yang terletak di salah satu bagian rumah pantai terlihat berantakan siang ini. Pemuda kepercayaan Gong Jun itu sibuk membongkar tas, koper, membuka laci bahkan lemari. Dia beralih cepat dari satu sisi ke sisi lain sambil mengomeli dirinya sendiri.

Di mana aku menyimpan ponsel dan juga tanda pengenal anggota kepolisian milik kapten Zhang?

Dia berhenti sejenak untuk mengingat-ingat. Mengawasi beberapa benda yang berserakan di lantai dan di atas meja.

Apa aku menyimpan di laci dashboard?

Gema ketukan sepatu di lantai mengusik alur pikirannya. Zhou Ye membuka pintu kamar tanpa permisi, menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Dia melihat keadaan kamar yang tidak wajar dan terkesiap.

"Astaga, apa yang kau cari?" Gadis itu masuk, tidak berminat membantu, dia melenggang mendekati Wen Yuan, duduk di atas meja tepat berhadapan dengan pemuda yang masih terlihat kebingungan.

"Boss menyuruhku menyimpan barang-barang milik polisi itu, tapi aku lupa di mana aku menaruhnya."

"Kenapa begitu terburu-buru, aku bisa membantu mencarinya besok kalau kau mau. Sekarang temani aku berenang," Zhou Ye berkedip nakal, menekankan telapaknya pada bahu Wen Yuan.

"Aku harus segera menemukannya, baru setelah itu kita akan berenang," Wen Yuan kembali mengaduk-aduk salah satu laci meja, mengeluarkan benda-benda kecil dari dalamnya. Saat itu anjing peliharaan Zhou Ye menyelinap masuk ke dalam kamar dan berputar-putar di kaki majikannya.

"Ah, Rockie nampaknya ingin membantumu, Ah Yuan. Hmm... Anjing baik," Zhou Ye tertawa kecil, meraup anjing berbulu tebal itu ke atas pangkuannya.

"Ini dia!" pekik Wen Yuan senang. Dia menemukan apa yang ia cari dalam laci di bawah buku notes kecil. Sebuah ponsel android dalam keadaan mati dan satu id card bertali. Dalam id itu terdapat nama dan foto kapten Zhang Zhehan, kepala detektif kepolisian East Hampton. Sungguh benda agung yang senantiasa dibanggakan pemiliknya.

Wen Yuan tidak berniat menyalakan ponsel itu. Dia menyimpannya dengan hati-hati ke dalam tas yang sering ia bawa kemana pun, tapi ia memperlakukan id card dengan sembrono dan tidak segera menyadari ketika Rockie diam-diam mengendus, menciumi foto di id card kemudian menggigit benda itu.

Mata Zhou Ye berbinar-binar melihat tingkah lucu anjingnya.

"Eh, jangan memakannya sayang, itu bukan makananmu," pelan-pelan ia melepas id itu dari moncong Rockie kemudian naluri isengnya kumat. Gadis itu terkekeh geli, menggulung tali dimana id itu tergantung, lantas mengikat hati-hati ke leher Rockie. Puas dengan aksi nakalnya, Zhou Ye tertawa senang dan berkata, "Inilah dia kapten Rockie. Ah Yuan, cepat beri hormat."

Terkesiap, Wen Yuan yang kembali sibuk merapikan barang yang tadi sempat berserakan, segera menjangkau leher Rockie, sorot matanya panik.

"Jangan sembarangan, kau bisa membuatku dalam masalah," ia mengomel, tapi jangkauan tangannya meleset karena Rockie tiba-tiba berlari keluar kamar, lenyap di balik pintu dengan gonggongan menggema.

"Hei, Rockie! Kembali!" Wen Yuan berteriak, melirik Zhou Ye dengan sebal dan putus asa.

"Ambil kembali id itu. Jangan sampai aku dihukum oleh bos gara-gara keisenganmu dan juga Rockie."

"Ups..." Zhou Ye meringis imut, tanpa dosa.

Anjing itu berputar-putar dan berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Wen Yuan dan Zhou Ye berusaha menangkapnya namun dengan lincah, Rockie melompat-lompat seakan ingin mengajak majikannya bermain kejar-kejaran.

"Tangkap anjing itu!" Wen Yuan berseru pada seorang penjaga yang terkantuk-kantuk di ruangan duduk tempat kapten Zhang biasa bersantai dan nonton televisi. Seketika penjaga itu terlonjak dan ikut berburu Rockie.

Sungguh sial, si empunya kartu identitas tiba-tiba keluar kamar dan berjalan menuruni tangga marmer yang melingkar untuk mengambil kembali satu kaleng softdrink. Mendengar hiruk pikuk di ruangan lain, ia mau tidak mau berhenti dan berdiri bengong.

"Hehh! Kemari!" Si penjaga menghambur mengejar Rockie yang berlari menuju kapten Zhang. Sesaat sang kapten tidak sadar akan apa penyebab acara kejar-kejaran ini. Pandangannya lalu tertumbuk pada kartu tanda pengenal kepolisian miliknya yang tergantung di leher Rockie sementara sebagian ujung kartu berada dalam mulut si anjing.

Kapten Zhang mendelik shock. Pekikannya berbarengan dengan teriakan Wen Yuan yang menyerbu masuk.

"Anjing sialan! Kembalikan kartunya!"

Kapten Zhang melompat ke arah Rockie, demikian pula Wen Yuan. Anjing cerdik itu dengan gesit melompat menghindari para pemburunya, berlari kecil mendekati Zhou Ye yang baru saja tiba di ruangan.

Dugh! Brukk!

Kapten Zhang dan Wen Yuan saling bertubrukan menyebabkan tubuh keduanya limbung, jatuh terduduk di lantai.

"Aduhh.." memijat kening yang terkena benturan, melirik jengkel pada sang kapten yang juga meringis, kapten Zhang menumpahkan kekesalan pada Wen Yuan.

"Keparat! Apa maksudmu? Mengapa tanda pengenalku bisa berada pada anjing tengik itu?!" Ia menyembur penuh amarah atas penghinaan yang kesekian kali ia terima di rumah ini.

"Aku tidak memberikan pada Rockie! Dia menggigit dan membawanya lari," sambil bangun sempoyongan Wen Yuan berusaha menyuarakan sanggahan.

"Masih berani menyangkal!" Kapten Zhang bangkit dan siap melayangkan tinjunya pada Wen Yuan ketika pada saat bersamaan Zhou Ye muncul memeluk Rockie.

"Jangan menindas kekasihku, Kapten. Kau akan mendapat kesulitan," gadis itu berkata santai.

Tinju sang kapten berhenti di udara. Sontak ia menoleh, mata indahnya membelalak.

"A-pa? Kekasih?"

Zhou Ye menghembuskan nafas panjang dan berkata tegas, "Kau terlalu sembrono dan pemarah. Akan ada masalah jika kau berani menganiaya Wen Yuan. Kukira kau cerdas, tapi kau telah melakukan tindakan bodoh dari hari ke hari."

Kapten Zhang menunjuk Zhou Ye dengan kesal, dia sama sekali tidak peduli pada Wen Yuan, dia bahkan ingin menghajar boss tertinggi mereka. Tetapi kali ini fakta mencengangkan yang diucapkan Zhou Ye tiba-tiba menjadi sangat penting hingga dia perlu menegaskan.

"Jadi, kau bukan kekasih Gong Jun?" Tanpa ia sadari, pertanyaan itu menjelaskan perasaannya yang kacau balau. Sesaat Wen Yuan sempat kebingungan, tak menduga sang tawanan akan melibatkan diri dalam masalah perasaan. Pemuda itu menghampiri Zhou Ye, melingkarkan lengan ke bahu gadis itu.

"Tentu saja bukan. Zhou Ye kekasihku," ujarnya santai.

Kapten Zhang bengong, dan semakin bengong ketika pasangan kekasih itu saling berpandangan mesra.

"Oya, untuk tanda pengenal, ponsel dan juga satu stel pakaianmu, aku akan mengembalikan jika boss sudah memberi intruksi. Tidak perlu repot-repot mengejar Rockie."

Melemparkan tatapan penuh kepuasan, Wen Yuan dan Zhou Ye berbalik dan pergi. Gumaman gadis itu masih terdengar ketika mereka memasuki ruangan lain.

"Jadi, apa kita akan berenang sekarang?"

"Baiklah. Aku temani."

Setelah mereka pergi, kapten Zhang merosot ke sofa karena kecewa. Dia berpikir pasti selama ini Gong Jun menertawakan sikap konyol dan cemburunya pada Zhou Ye. Saat memikirkannya, ia merasa malu sekaligus jengkel pada diri sendiri. Namun ada satu kelegaan membanjiri dada dan itu membuat hatinya menjadi dingin.

Zhou Ye bukanlah kekasih Gong Jun seperti yang ia duga selama ini. Pikirannya yang mendadak tumpul tidak bisa menyimpulkan kemungkinan lain pada waktu itu. Di satu sisi ia merasa lega dan di sisi lain ia kecewa karena jika seperti itu faktanya, dia tetap akan pergi. Gong Jun sudah berjanji akan membebaskannya pada hari ke tujuh.

Ini hari ke lima. Besok ke enam. Waktu untuk mengucapkan selamat tinggal semakin dekat dan ia berharap jika waktu itu tiba, ia akan menyambut kebebasan dengan gembira. Seharusnya ia gembira bukan?


🏖️🏖️🏖️

Matahari telah lama terbenam dan pemandangan yang tenang di halaman rumah pantai sekarang diterangi cahaya bulan. Seluruh ruangan dalam rumah pantai menyala terang dengan beberapa penjaga masih bertahan. Selesai makan malam yang ia lewati sendirian, kapten Zhang berdiam diri di dalam kamarnya, bertanya-tanya kemana Gong Jun pergi karena ia tidak melihatnya sejak tadi siang.

Cihh, apa peduliku?! Biarkan saja dia pergi. Mau ke neraka pun, bukan urusanku!

Memenuhi benaknya dengan umpatan, sang kapten berharap bisa mengurangi kegelisahan yang absurd. Dengan emosinya yang masih bergolak, ia berguling-guling di tempat tidur.

Satu jam kemudian sebuah mobil memasuki halaman dan Gong Jun keluar dari dalamnya. Dari balik jendela, kapten Zhang mengintip ke kejauhan pada sosok tinggi perlente dengan aura cemerlang dan penampilan elegan yang selalu berhasil membuatnya terpukau.

Menutup tirai dengan keras, ia kembali memutar tubuh dan berbaring di ranjang.

Tak ada pergerakan mau pun suara-suara. Rumah pantai sangat hening, membuat sang kapten semakin gelisah. Dia keluar dari dalam kamar, bermaksud mengambil lagi softdrink dan es batu dari bar. Ketika langkahnya makin mendekat, ia mendengar suara langkah kaki berderap dan percakapan dari sofa di seberang bar area.

Kapten Zhang membatalkan niatnya mengambil minuman, tetapi alih-alih kembali ke kamar, ia bertahan di balik pintu dan berusaha mengintip siapa yang berbicara dan apa yang dibicarakan.

Yang membuatnya terkejut adalah bahwa pembicaraan itu terlihat sangat serius. Wen Yuan dan seorang anak buah Gong Jun yang tak ia kenal duduk di sofa berhadapan dengan boss tampan mereka.

Apa ada sesuatu yang penting? Mungkin ini tidak seharusnya dilewatkan. Kapten Zhang menahan nafas dan memasang telinga.

"Ada yang memiliki bukti kuat, beberapa lembar foto kami temukan di rumah William Yang," salah seorang anak buah berkata.
"Pekerjaan William sangat ceroboh. Dia bahkan merekam transaksi dengan kamera tersembunyi. Awalnya ia melakukan ini untuk memeras klien."

"Sebenarnya tidak masalah jika foto-foto ini jatuh ke tangan polisi," Wen Yuan menaruh dua entah tiga lembar foto di atas meja. Mengintip dari jarak yang lumayan jauh, kapten Zhang tidak bisa melihat foto siapa itu.

"Aku hanya kesal dengan kecerobohan William."

Gong Jun melirik foto yang disebar di atas meja dan menyeringai licik.

"Sungguh foto yang bagus," ia berkomentar dengan nada sarkastis, sama sekali tidak tertarik untuk mengambil dan mengamati foto itu lebih jelas.

"Jadi apa yang akan kau lakukan dengan bukti ini?" Ia bertanya pada Wen Yuan, sorot matanya penuh teguran tak terucap bahwa pemuda itu sudah mengganggunya dengan menunjukkan hal tidak penting.

"Tidak ada. Kami hanya ingin menjelaskan padamu bahwa William tidak layak menjadi anggota The Crow. Pekerjaan ini kali pertama baginya dan sudah menimbulkan kekacauan. Satu kabar buruk lainnya, William kini ditahan polisi."

"Jadi biarkan dia dan kliennya ditangkap. Sebaiknya kau berikan bukti ini pada polisi," Gong Jun berkata ringan.

Wen Yuan masih terpaku di depan bossnya. Jelas sekali dia agak cemas.

"Belum ada yang mengkonfirmasi bahwa ia benar-benar tidak mengungkit namamu," dia menatap Gong Jun.

"Bagaimana menurutmu sekarang?"

"Saranku, setidaknya kita kirim bantuan pada William dengan memberikan seorang pengacara untuk meringankan hukumannya."

Walaupun Gong Jun kaya, membayar seorang pengacara demi anak buah yang ceroboh sungguh tidak sepadan. Lagipula organisasi pembunuh bayaran sudah lama ia lepaskan dan sepenuhnya berada dalam kendali Wen Yuan. Saat ini ia sedang ingin fokus pada bisnis kasinonya. Tetapi di saat krusial ia memang tidak bisa begitu saja melepaskan diri dan membiarkan kesempatan pada polisi untuk menangkapnya.

"Itu kesalahanmu karena melibatkan seorang amatiran," ia menggerutu pada Wen Yuan.

"Bahkan penjahat paling handal pun terkadang ceroboh dan meninggalkan bukti," Wen Yuan menyanggah tanpa menurunkan rasa hormatnya.

Mendengar pembelaan diri Wen Yuan, Gong Jun semakin merengut, "Hanya karena kau pacaran dengan sepupuku, Zhou Ye, bukan berarti kau bisa seenaknya dalam bertindak."

Wen Yuan mengangguk, "Maaf boss."

Wajah Gong Jun kembali tenang setelah keheningan beberapa saat, dia melirik kembali foto-foto di meja dan menyeringai.

"Baiklah. Kirim pengacara terbaik untuk membela William. Tapi ingat setelah itu kau harus memecat dia dari keanggotaan."

"Baik boss," Wen Yuan setengah membungkuk dalam posisi masih duduk.

"Sekarang pergilah!" Perintah Gong Jun, mengisyaratkan dengan tangannya pada kedua orang itu untuk enyah dari pandangan.

Wen Yuan dan satu anak buahnya bangkit dari kursi, membungkuk sekali lagi sebelum berjalan pergi. Hanya sendirian dalam ruangan, Gong Jun mengulurkan tangan mengambil foto-foto, mengamatinya dengan tatapan penuh kepuasan, sekaligus geli dan juga takjub.

Berulang kali ia mengamati satu persatu kemudian bergumam, masih dengan menyeringai.

"Aku ingin tahu apa reaksi polisi jika melihat barang bukti ini."

Di balik dinding, kapten Zhang dihantam rasa penasaran akan foto-foto yang berada di tangan Gong Jun sekarang. Mungkinkah itu satu petunjuk penting berkaitan kasus pembunuhan di teater? Dan siapa William Yang? Berdasarkan pembicaraan Wen Yuan dan Gong Jun ia bisa menyimpulkan bahwa orang bernama William adalah anggota organisasi pembunuh bayaran yang dikendalikan Gong Jun, terbukti dengan kepedulian si boss tampan mengirimkan pengacara terbaik untuk membelanya.

Kata Wen Yuan polisi sudah menangkapnya. Berarti rekan-rekannya di kepolisian sudah bekerja dengan baik menangkap pembunuh itu dalam waktu kurang dari sepekan. Kapten Zhang menahan senyum pahit, merutuki kondisinya sekarang yang tidak bisa membantu rekannya. Diam-diam ia merasa lega, kasus itu bisa dikatakan telah hampir selesai. Tapi apakah polisi juga akan menangkap Gong Jun, dan juga ia benar-benar penasaran akan foto itu. Mungkin dia harus mencuri-curi untuk bisa mengambilnya dari tangan Gong Jun. Dia harus memikirkan satu cara.

Perlahan-lahan, kapten Zhang mundur dari tempatnya dan meredam langkah agar tidak bersuara, diam-diam kembali ke kamar. Urusan yang dibahas Wen Yuan sepertinya akan membuat Gong Jun lupa pada tawanan favoritnya. Mungkin untuk malam ini dirinya bisa tidur dengan tenang tanpa takut dilecehkan.

🏖🏖🏖

Hmmm... Ngarep apa ngarep niy dilecehkan? Jadi apa yang akan dilakukan Kapten sekarang? Dan foto siapa itu?

To be continued

Please vote and comment

Salam Langlangding 💙

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang