Action 10

853 156 17
                                    

Hari ke - 4

Esok paginya, kapten Zhang berbaring pada pukul enam pagi. Yang pertama ada dalam pikirannya adalah Ju Jingyi. Entah mengapa ia bermimpi tentang gadis itu semalam, tetapi  mimpi itu sedih, bahkan sedikit mengerikan. Dia dan tunangannya kini berjauhan, namun bukan masalah jarak fisik yang ia khawatirkan. Jarak antara kedua hati, mungkin lebih tak terhitung.

Astaga, sebenarnya mungkin ia merindukan tunangannya itu. Kehadiran Gong Jun yang selalu membuatnya murka dan mengacaukan suasana hati serta moodnya, mengambil alih beberapa pemikiran tentang Ju Jingyi.

Gong Jun sudah memiliki pacar, dan ia pun sama. Bahkan sudah bertunangan.
Tak ada yang berubah, dia hanya harus menunggu waktu yang tepat untuk kembali melarikan diri.

Kehadiran Zhou Ye yang di luar dugaan, memperkuat keinginan itu. Sesuatu memberontak dalam dirinya. Dia sudah tidak sudi menerima penghinaan Gong Jun lagi. Bisa-bisa syarafnya pecah.

Kapten Zhang bangun, duduk di tepi tempat tidur, merasa tak berdaya. Kondisinya sudah baik baik saja, tetapi semangatnya menurun. Dia membutuhkan kepastian dari pihak markas polisi, namun tak ada celah baginya mengakses informasi ke sana.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Ia menatap keluar, berpikir tentang betapa indahnya hari ini jika ia telah bebas. Akhir musim semi, akan sangat menyenangkan jika membuka jendela. Dia melangkah menuju jendela, membukanya, tidak seperti biasanya, angin yang bertiup dari arah pantai terasa lebih sejuk dan segar. Langit lebih biru dari biasanya, pucuk-pucuk pohon bergerak perlahan dan ragu-ragu, dihembus angin semilir.

Kapten Zhang merasa pikirannya tenang kali ini, merasa yakin bahwa Gong Jun tidak akan mengusiknya pagi hari. Mengganggu, memaksakan sesi bercinta yang menjengkelkan, mau pun memata-matainya sewaktu mandi.

Zhou Ye akan mengatasi penjahat tengik itu, dia menggerutu dalam hati.
Setelah beberapa lama menikmati udara pagi dari jendela, dia berjalan menuju kamar mandi. Menghabiskan waktu selama mungkin berendam dalam air hangat aromatherapy, mengusir mimpi sedih tentang Ju Jingyi.

Ketika dia melangkah keluar dari kamar mandi, tanpa bisa ditahan, matanya mengawasi pintu. Tak ada sosok tampan yang menerobos masuk, memamerkan sikap superior yang memuakkan, menggoda dan menatapnya penuh gairah panas.

Baguslah!

Kapten Zhang mendengus. Teringat akan momen-momen menyebalkan itu, dia merasa marah. Yang lebih aneh lagi, saat ia teringat Zhou Ye, ia menjadi semakin marah.

Mengapa aku jadi mengeluh?

Dengan kasar, dia menarik satu baju dari dalam lemari milik penjahat tengik itu. Mengenakannya, membayangkan dia mencium aroma tubuhnya.

Sesaat kemudian tangannya terkepal dan dadanya sesak.
Apakah ia telah terluka?

Pintu kamar terbuka mendadak, dan ia terperanjat. Matanya nyaris berbinar untuk kemudian meredup. Seorang penjaga berpakaian serba hitam muncul di pintu dan berkata.

"Boss memanggil anda di meja makan untuk sarapan."

"Hm--!" Ia mendengus sinis.

Penjaga itu mundur tanpa menutup pintu. Kapten Zhang membuang pandang ke jendela, namun sesaat menoleh lagi ke pintu.

Mengapa Gong Jun tidak menjemput sendiri ke kamarnya?

Kapten Zhang membenci situasi ini namun ia terpaksa pergi ke ruang makan karena perutnya lapar.

🏖️🏖️🏖️

Keheningan di meja makan sangat melelahkan. Terutama karena Zhou Ye duduk diantara mereka berdua. Kapten Zhang menatap jijik pada Gong Jun seakan-akan pemuda tampan itu anjing gila yang mungkin secara tiba-tiba akan menjadi rabies dan memakannya. Lalu dia melirik Zhou Ye yang secantik peri dengan gaun biru. Kapten Zhang merasa dadanya memanas. Dalam waktu hanya setengah jam, dia sudah mengubah posisi duduk selama lima belas kali, mengosongkan dua cangkir kopi dan menghabiskan dua sandwich.

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang