Action 14

800 141 10
                                    

The First Ray of Light

Nameless flower blooming in wilderness
Measure the incredible journey with the road you have walked...

Kapten Zhang terbangun dengan keringat dingin, terengah-engah. Dia mengalami mimpi buruk lagi, yang datang berulang selama beberapa hari ini, dan itu sama dengan yang lain, samar dan gelap. Namun kali ini ia melihat darah. Begitu banyak darah, melapisi tangan, pergelangan tangan, dan lengan, dan apa pun yang dia lakukan, itu tidak akan luntur. Tetapi yang lebih mengerikan, tangan berdarah itu bukan miliknya. Tangan itu halus putih dan lebih kecil. Jemari ramping memakai cat kuku warna pink, dan sebuah cincin berkilau di jari manisnya.

Cincin yang sama dengan miliknya.

Hanya benda itu yang bisa membuat kapten Zhang mengenali tangan indah misterius itu.

Tidak salah lagi. Tangan berdarah dalam mimpinya adalah Ju Jingyi.

Tapi, benarkah?

Kedengarannya terlalu mengerikan dan tidak masuk akal.

Kapten Zhang menjatuhkan gelas dan jam alarm dari meja samping tempat tidur dalam satu gerakan mencoba menyalakan lampu, tetapi ia tidak mempedulikannya, ia akan mengambil semuanya nanti ketika ia tidak terlalu lelah. Merangkak dari tempat tidur, dia keluar dari kamar.

Sebenarnya kapten Zhang suka kamarnya - cukup besar dan memiliki kamar mandi sendiri - tapi dia merasa tercekik dan terjebak di sana. Lagipula tidak setelah mimpi itu. Itu awalnya normal, sebagai kenangan akan pertemuan di hari-hari yang mengarah ke pembunuhan di teater, tetapi begitu ingatan itu berakhir. Dia mulai memimpikan tangan berdarah lagi.

Lorong-lorong kosong, seperti yang dia harapkan, dan ia bergerak ke seluruh rumah dengan mudah. Kapten Zhang sudah terbiasa dengan tempat itu, meskipun dia terjebak di sana.

Malam cukup tenang, dan satu-satunya cahaya adalah cahaya bulan yang masuk melalui jendela-jendela besar yang menjadi ciri sebagian besar bangunan itu.

Setelah beberapa menit berjalan melewati kegelapan untuk menjernihkan pikiran, dia memutuskan untuk mencari makanan ringan dan mungkin segelas anggur.

Area bar, seperti lorong, sunyi dan kosong. Gelap -- kecuali lampu kristal kecil dalam batang besi yang ditanam di satu sisi dinding.  Lampu itu selalu menyala. Dengan cahaya ini, dia dapat dengan mudah menemukan jalan ke lemari es, di mana ia mengeluarkan sebotol anggur dan potongan es batu. Ketika dia menuang segelas untuk diri  sendiri, ia duduk di konter untuk makan dan berpikir untuk bertahan di sini daripada kembali ke kamar.

Dia tahu mimpi buruk itu disebabkan oleh penjahat tampan, Gong Jun, yang mengatakan bahwa pelaku pembunuhan balerina itu telah ditahan polisi.

Meski begitu, memimpikan Ju Jingyi dalam kondisi seperti itu  terasa tidak masuk akal dan membuatnya gelisah.

Secara sadar, dia tidak kecewa dengan kenyataan bahwa Gong Jun tidak terlibat dalam pembunuhan seseorang.

Dirinya bahkan merasa lega jika Gong Jun memang tidak bersalah.

Perasaan yang aneh dan menggelisahkan. Bahkan sinting.

Itulah yang membangunkannya di malam hari dengan keringat dingin dan yang membuatnya gugup untuk kembali tidur.

Sudah dua jam lewat tengah malam, kapten Zhang masih duduk di bar area dan mengosongkan satu botol sampanye. Dia berhenti ketika dirasanya kepalanya mau pecah. Trik basi ini sepertinya berhasil. Perlahan-lahan dia bisa menyingkirkan mimpi buruk barusan.

Kakinya gemetaran, pandangannya berputar-putar, dalam hati menertawakan diri sendiri atas kelemahannya. Terperangkap di sarang penjahat dan mabuk-mabukan hanya untuk menepiskan satu gambaran buruk. Sejak kapan mentalnya serapuh ini. Kapten Zhang berpegangan pada tepian meja bar saat berjuang menyeimbangkan tubuh di atas kedua kakinya. Dia tidak boleh muntah apalagi pingsan karena beberapa ruangan di sekitarnya sangat hening, beberapa penjaga mungkin sudah terlelap, jadi tak akan ada yang menyeret tubuhnya ke kamar jika ia ambruk di sini.

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang