Action 19

741 142 23
                                    

Do You Miss Me?

Mari kita terbang bersama ke suatu tempat, jauh dari dunia yang penuh kepalsuan.

Zhang Zhehan menghabiskan waktu berhari-hari mengurung diri di villa. Mengenyahkan kesepian dengan berenang di kolam renang pribadi, bermain piano dan sesekali minum-minum hingga pusing.

Satu kali di akhir pekan, dia menghabiskan terlalu banyak anggur dan merangkak ke dekat jendela dengan semua kekuatan yang bisa ia kumpulkan. Dia menatap kosong keluar jendela, di mana langit senja mulai ditelan kegelapan malam. Ribuan lampu di kejauhan, New York yang spektakuler, menyala bagaikan jutaan bintang. Diantara kerlip cahaya tak terhitung, adakah salah satunya milik Gong Jun.

Sebelum ia tersadar oleh rasa sakit, satu kenangan menyakitkan bagai putaran badai topan mengacaukan pikiran dan memukul-mukul hatinya dengan keras. Zhehan terhuyung-huyung, jatuh ke satu sisi, duduk di lantai dan bersandar lemas pada dinding. Menatap dalam pada lantai dingin menjemukan seolah di sana ia bisa menyaksikan gambaran hatinya yang berantakan.

Perlahan-lahan dia bangkit sambil memegang kepala dan pergi ke dapur. Ia meraih segenggam es batu dari kulkas, menempelkannya di kepala.

Serangga malam menusuk kebisuan yang mengelilinginya dan sekali lagi ia  menengok ke jendela, kali ini untuk mencari secercah rembulan. Bulan yang sama yang pasti dilihat oleh Gong Jun, di mana pun dia berada.

Satu suara lagi menyentak keheningan, kali ini bukan serangga malam melainkan bunyi pesan masuk di ponselnya. Es batu yang separuh mencair meluncur dari sela telapak tangan dan jatuh ke lantai ketika ia acuh tak acuh mengeringkan tangan dan mengambil ponsel di atas meja.

Mata beningnya berkedip-kedip ganas, berjuang membaca pesan masuk yang seolah bergoyang-goyang.

Apakah kau merindukanku?

Pesan itu dari Ju Jingyi.

Pusaran di kepalanya semakin tak terperi ketika yang mengirim pesan bukanlah seseorang yang ia harapkan. Semenjak dirinya menyepi di villa ini, sudah belasan kali Jingyi mengirim pesan yang sama.

Apakah kau merindukanku?

Apakah kau merindukanku?

Apakah kau merindukanku?

Dan ia tak pernah sekalipun membalasnya. Beberapa telepon pun ia abaikan. Dalam hati ia sedikit kecewa. Seharusnya Jingyi mengerti bahwa ia tidak ingin diganggu, tapi masih saja gadis itu mengusiknya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan.

Zhehan menaruh ponsel tanpa minat membalas. Dia berbaring di sofa panjang dalam keremangan ruangan, hanya mengandalkan cahaya dari luar yang menerobos jendela tanpa tirai. Menutup mata dengan lengan, Zhehan meresapi satu rasa dingin dan menyesakkan yang timbul dari rasa bersalah. Sebuah pengingat akan kesalahan yang ia torehkan karena merasa telah menipu dan mengkhianati sang tunangan. Dan anehnya, di samping itu, ia merasa lega. Cinta sesaat Gong Jun menggores cukup dalam sampai berbekas hingga ia takkan pernah lupa kekerdilan dan kerapuhan hatinya.

Menit demi menit memanjang dan ponselnya berbunyi lagi. Satu pesan masuk. Zhehan nyaris tak bergeming, cukup yakin bahwa itu lagi-lagi Ju Jingyi.

Ah, aku terlalu keras pada gadis itu, Zhehan menegur diri sendiri.

Dia hanya berusaha menghibur hati, itu jelas. Dengan berpura-pura menjadi tunangan yang masih mencintai, Zhehan berharap kerinduannya pada Gong Jun bisa berkurang.

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang