Shenshen_88
Proudly Present💙 Junzhe Love Story Fanfiction 💙
Sebuah tarian terkadang mampu mengungkapkan banyak cerita.
Langkah gemulai, lengan memutar, setiap lambaian tangan, menceritakan sebuah kisah.
Ada rona kesedihan, bahagia, dan juga kebencian.
Lantunan irama merdu yang mengiringi sebuah pertunjukan laksana selubung dari sebuah emosi yang lama terpendam.
Sebuah pertunjukan—
Mengalir dari imajinasi dan fantasi seseorang untuk menghibur, mengukir senyum, dan mengundang tangis kesedihan.Faktanya adalah bahwa hidup terkadang hanya sebuah pertunjukan.
Bagaimana jika semua emosi yang pernah ada ternyata semu
Dan semua bentuk hubungan ternyata hanya palsu..?Ini adalah sebuah pertunjukan tentang cinta, kebencian, dan pengungkapan diri.
Semua berawal dari sebuah acara pertunjukan tari balet.
Malam itu…
Semua pertunjukan dimulai.
SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSEButterfly Theatre, Long Island
“Silahkan masuk Tn. Jun,” seorang petugas yang berjaga di pintu masuk menyapa dan membungkuk sopan pada seorang pemuda berpenampilan cemerlang.
Gong Jun, salah satu pengusaha bar dan pemilik kasino di kota besar Newyork. Usianya belum genap dua puluh tujuh tetapi sudah mewarisi perusahaan dan juga reputasi dari sang ayah yang merupakan salah satu anggota club elit terkenal.
“Apa aku terlambat?” Jun merapikan setelan Balmain hitam yang ia kenakan. Dia duduk di kursi vip yang telah disediakan khusus untuknya. Di sampingnya duduk Ma Wen Yuan, asisten pribadinya.
“Tidak. Kupikir penampilan dari ballerina terbaik baru saja akan dimulai,” jawab Wen Yuan.
Jun tersenyum saat matanya melekat tajam pada salah seorang ballerina yang tengah meliuk-liuk di atas panggung. Musik orchestra semakin menderu hingar bingar mengiringi sesi terakhir dari salah satu bagian pertunjukan.
“Bagian terbaik dari pertunjukan malam ini akan segera dimulai,” pemandu acara mengumandangkan pengumuman, lengannya terarah ke panggung megah yang bermandikan cahaya.
Jun memejamkan mata. Alunan musik dimulai lagi. salah satu instrument berjudul Midnight Garden, perlahan meresap ke dalam jiwanya.
Seluruh teater hening, hanya terdengar intro dari musik yang akan dimainkan mengiringi penari terbaik yang belum juga muncul.
“Kita akan sambut salah satu ballerina terbaik di Long Island, Nona Rebecca Jin.”
Alunan musik mulai mendekati refrain, tetapi tak ada satu penari pun yang bergerak maju ke tengah panggung. Untuk sesaat, suasana teater dicekam kebingungan.
AAAHHHH!!!
Musik orchestra berhenti seketika seiring gaung teriakan ketakutan berkumandang.
Salah satu ballerina yang telah selesai tampil terjatuh di atas lututnya, menutup mulut yang ternganga.
Pemandu acara sontak menoleh, menyerbu ke satu sisi bagian panggung yang remang-remang.Tergeletak dalam posisi telentang dan mengenaskan, Rebecca Jin, ballerina terkenal yang akan tampil tewas dengan mata terbelalak. Sebuah luka sayatan yang dalam terukir di leher mulus dan jenjang.
Si pemandu acara serta merta berteriak penuh kengerian, menciptakan kepanikan dan hiruk pikuk di seluruh ruangan teater.
Wen Yuan berbisik pada tuannya, “Sepertinya ada sebuah tragedi.”
Jun tersenyum sangat tipis, nyaris berupa seringai. Kala semua pengunjung bubar dan menyerbu pintu keluar, dia dan asisten pribadinya masih duduk manis di kursi vip.
“Aku suka tragedi. Kupikir ini pertunjukan yang sempurna,” dia menyahut ringan.
“Balerina terbaik itu mungkin mengalami cedera,” Wen Yuan menjulurkan leher sedikit, mengintip di sela kepala orang-orang yang berlarian.
“Yah. Nampaknya begitu. Kuharap lukanya tidak serius,” Jun menelan senyumnya, kembali ke ekspresi dingin. Mata kelamnya yang tajam masih mengawasi situasi kacau di sekitarnya.
“Aku khawatir ini peristiwa serius, kau dengar suara itu?” Wen Yuan memiringkan kepala, mencoba menangkap bunyi sirine di kejauhan.
Belum sampai lima menit, suara sirine itu semakin jelas dan dekat, sampai akhirnya disusul derap langkah kaki bersepatu menjejak lantai teater.
“Cepat sekali polisi datang,” Jun berdiri perlahan, memperbaiki jas dan dasi, kemudian dengan langkah seanggun mungkin, beranjak dari kursi menuju pintu keluar.
Beberapa pengunjung masih berseliweran melintasi hall teater. Tinggal beberapa meter lagi menuju pintu, mata Jun disilaukan oleh tembakan cahaya beberapa lampu mobil yang terparkir tepat di depan teater.
Satu mobil polisi telah tiba dengan sirine meraung-raung.
Jun melindungi matanya dari cahaya yang membutakan. Dari balik mata yang menyipit, ia melihat figur menarik muncul dari balik cahaya.
Tinggi, ramping, berpakaian serba hitam. Dua orang pria lain muncul dari arah yang sama langsung berlari menuju panggung.
Jun terus melangkah perlahan, berpapasan dengan si pria tinggi yang baru datang. Sepasang mata tajam, gelap berkilauan, menebarkan aura dingin dan permusuhan.
Dia kapten Zhang Zhe Han. Salah satu detektif andal kepolisian Newyork.
Dingin, cerdas, sigap, dan tanpa ampun.Jun terus menatap wajah pria itu, dan dia pun sekilas melirik Jun, tatapan penuh kecurigaan. Naluri alami seorang petugas polisi.
Waktu seakan berhenti di detik-detik kala pandangan mereka bertemu.
Gong Jun..
Kapten Zhang berbisik dalam kepalanya, lehernya berputar seiring tatapannya terus mengikuti langkah Jun yang semakin menjauh, melewati pintu keluar.
~¤~¤~¤~
Yeaaayyy 💙
Ini story Junzhe ku yang kedua. Genrenya memang thriller, tapi kayaknya bakalan aku masukin sedikit komedi.
Moga-moga Junzhe Family suka sama story yang satu ini.
Tolong support dengan vote dan komen yaa biar Shenshen semangat update.
Salam Langlangding 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE)
FanfictionJika seorang penjahat berparas menakjubkan seindah bunga-bunga teratai di musim semi, bahkan seorang dektektif handal pun tidak sanggup menangkap apalagi menghukumnya. Sang Detektif malah terperangkap dalam sebuah rumah pantai di mana satu pertun...