Menghitung hari dimulai 😁
Hari ke - 1
Kapten Zhang terbangun linglung di sebuah kamar yang tak dikenalnya. Udaranya cukup sejuk. Mungkinkah hari masih sangat pagi. Tapi dia bisa melihat sinar matahari menyentuh tirai yang sudah terbuka. Kemudian dia menyadari bahwa pendingin ruangan menyemburkan uap dingin dari dua sisi ruangan.
Di luar jendela, pemandangan indah merangkak naik ke pandangannya, menyambut mata yang masih mengantuk. Halaman berumput terhampar luas, jalan setapak buatan dengan taburan bebatuan kecil berwarna putih, meliuk-liuk diantara semak-semak bunga. Ada juga dua batang pohon willow yang berdaun lebat memberi keteduhan di pelataran menghijau.
Kapten Zhang mengernyit, dia bergerak bangun dan memekik ketika gelombang rasa sakit mendera seluruh tubuhnya.
Apa yang terjadi? Di mana aku?
Apa aku sudah dipukuli habis-habisanDia merasa tubuh kekarnya sudah berubah menjadi seonggok jelly yang lemas dan tidak berbentuk.
Ketika ia menurunkan kaki dari tempat tidur, selimut yang menutupi tubuhnya meluncur turun. Udara dingin semakin menjalari setiap inchi kulitnya. Kapten Zhang mengamati tubuhnya sendiri dan..
Huwaaaa !!!!
Dia memekik sekeras-kerasnya. Selang berapa detik, pintu kamar terhempas kencang dan dua orang pria berseragam hitam menyerbu masuk.
"Apa?!! Apa yang terjadi??" Seorang pria berseru gagap, seketika melongo melihat pemandangan langka di depan matanya.
Dia melihat sang kapten tampan telanjang dengan ekspresi horror.
Tubuh yang ideal, putih halus dan sempurna. Tetapi beberapa bercak merah kecoklatan yang bertebaran di sekitar leher dan dada sang kapten, sedikit mengganggu keindahannya.
Kedua pria itu menutup mulutnya serempak tanpa bicara. Tetapi juga tidak berusaha berkedip.
Sang kapten kesal sekaligus merasa aneh.
"Apa yang kalian lihat! Keluarr!!" Dia membentak keras.
Kedua pria itu tidak langsung bergerak dari tempatnya, malah semakin melongo melihat tubuh telanjang kapten Zhang.
"Kalian tidak dengar? Keluar!"
Tepat pada saat itu sebuah suara santai namun tegas menyela dari arah pintu yang terbuka. Ketiga orang dalam kamar sontak menoleh. Dua pria berseragam hitam tersentak dan mundur seketika, membungkukkan bahu seolah-olah bertemu seorang penguasa. Mereka terbirit-birit keluar kamar dengan wajah pucat.
Kapten Zhang mengamati pria yang berdiri di pintu.
Dia cukup tinggi, paling tidak 186 cm, diukur oleh penglihatan kapten Zhang yang jeli. Setelan hitam dan mantel panjang membuat penampilannya semakin megah, wajah yang sangat tampan dan aristokrat, dengan ciri-cirinya yang halus dan lembut. Senyuman manis dan tulus, tetapi penuh siasat tak terbaca.
Sosok luar biasa itu seolah-olah tokoh yang keluar dari drama romantis terfavorit.
Tetapi tak ada satu pun dari alasan-alasan itu yang bisa menarik perhatian kapten Zhang.
Karena dia tahu, pria itu adalah Gong Jun. Ketua sebuah organisasi pembunuh bayaran terselubung.
Gong Jun tengah memperhatikan keseluruhan kapten Zhang dari ujung kaki hingga kepala dan bahkan melemparkan senyuman misterius.
Kepalanya sedikit miring saat berkomentar dengan nada menggoda."Senang sekali rasanya melihat kapten Zhang yang hebat dalam keadaan sangat sehat dan juga -- seksi," dia menjeda bagian akhir kalimatnya. Tatapannya melekat kuat pada bagian perut rata dan putih mulus milik kapten Zhang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE)
Fiksi PenggemarJika seorang penjahat berparas menakjubkan seindah bunga-bunga teratai di musim semi, bahkan seorang dektektif handal pun tidak sanggup menangkap apalagi menghukumnya. Sang Detektif malah terperangkap dalam sebuah rumah pantai di mana satu pertun...