Action 9

882 159 28
                                    

Entah bagaimana kapten Zhang merasa tetap di satu tempat, meski ombak masih menggulung di sekitarnya. Dia tidak bisa melihat apa-apa selain air di mana-mana.

"Bernafas!" sebuah suara, liar dengan kecemasan, memerintahkan, dan ia merasakan tusukan rasa benci yang kejam saat ia mengenali suara itu.

Suara Gong Jun.

Kapten Zhang tidak bisa bernafas.
Air hitam yang sedingin es memenuhi dadanya. Satu tekanan kuat menghantam punggungnya, tepat di antara tulang belikat, dan serentetan air lagi tersedak keluar dari paru-parunya.

"Bernafas, kapten!" suara itu memohon.

Bintik-bintik hitam menutup pandangan sang kapten, semakin lebar, menghalangi cahaya.

Dia pun jatuh pingsan.

🏖🏖🏖

Hari buruk di rumah pantai dimulai lagi pada sore hari. Kapten Zhang berbaring di tempat tidur selama beberapa jam dan saat ia siuman, pikirannya segera menyerap apa yang telah terjadi. Beberapa jam lalu, dia berhasil melarikan diri, lantas dengan tololnya terseret ombak kemudian diburu penjahat lagi. Dia berharap ini bukan semacam tradisi. Petak umpet bersama penjahat.

Sungguh menyebalkan.

Kapten Zhang mengepalkan tangan sambil menatap langit-langit kamar, meringis seiring  rasa sakit menyengat bagian belakang kepala dan saluran pernafasan mencakup paru-paru, hidung dan tenggorokan.

Karena kebodohannya, serta penurunan kegesitan dan kecerdasan dalam waktu singkat,  ia jatuh kembali ke dalam penjara rumah pantai. Dia menghabiskan  sebagian besar waktu di pantai, berpikir akan bisa lolos dengan cepat namun kesialannya lebih kuat dibanding kecepatan pelariannya. Seharusnya dia sudah bebas,  sudah bersama rekan-rekannya dan Ju Jingyi, tapi takdir punya urusan lain, jadi ia kini berbaring sendirian, berharap ketololannya tidak bocor keluar dan menjadi bahan tertawaan.

Seorang detektif polisi diselamatkan penjahat. Tajuk berita yang luar biasa. Surat kabar akan memuatnya dalam huruf kapital besar dan tebal.

Suasana hatinya tiba-tiba menjadi sangat buruk, dan ketika ia melihat sekilas ke jendela kamar, langit di luar sana pun tersaput mendung, sama mendungnya dengan ekspresi wajah dua orang penjaga yang berkumpul di ambang pintu kamarnya.

"Ah, kau sudah siuman. Aku mengkhawatirkanmu, tuan muda. Kukira kau tidak akan bangun lagi, dan ingin mengistirahatkan jiwa selamanya."

Kalimat panjang dari suara seorang gadis melantun dari sisi ruangan, entah apa maksud ucapannya yang jelas Kapten Zhang seketika menjadi jengkel.

Apa-apaan? Itu kedengarannya semacam hinaan daripada empati.

Sang kapten menggerakkan leher yang masih kaku, dan berhasil menoleh ke arah sumber suara. Seorang gadis duduk di sofa. Anggun, bergaun pendek hitam dan berambut panjang. Dia membelai seekor anjing putih kecil yang meringkuk di pangkuannya.

"Siapa kau?" ia bertanya sinis.

Bagaimana pun anggun, cantik dan lugu wanita ini, dia sudah pasti anteknya Gong Jun. Kalau tidak, dia tidak akan mungkin leluasa duduk tenang di sofa dengan gaya seorang boss besar.

Gadis itu melebarkan mata dan tersenyum, "Menarik. Kau benar-benar seorang polisi. Para penjaga bergosip tentang bagaimana Junjun memperlakukanmu dengan istimewa. Hmmm--dia memang senang bermain-main dengan musuhnya sebelum mengeksekusinya di kemudian hari."

Kapten Zhang sejenak kebingungan menanggapi ocehan gadis itu. Dia mengesampingkan soal gosip dan terusik oleh sesuatu yang mengganggunya. Apa dia bilang? Junjun. Apakah yang dia maksud adalah Gong Jun si penjahat? Mengapa dia memanggilnya dengan sebutan itu, dan cara dia menyebut namanya seolah memiliki hubungan yang cukup akrab.

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang