Action 24

797 120 16
                                    

Saat ini mulai menginjak musim gugur di September yang berawan. Mereka kembali ke rumah pantai. Menghabiskan hari demi hari penuh kedamaian dan kebahagiaan yang mungkin tidak akan mereka jumpai di luar rumah dan kawasan pantai Maganset yang indah.

Kebahagiaan yang sempurna, seperti dalam mimpi.

Gong Jun dan Zhang Zhehan.

Pagi di awal September, setelah Gong Jun menyelesaikan beberapa urusan pekerjaan di luar kota, keduanya minum kopi di taman berbunga yang merupakan salah satu bagian terbaik rumah pantai itu. Duduk di sofa rotan berlapis busa lembut, memperlakukan taman seolah itu adalah kafe. Alunan musiknya adalah deburan ombak di kejauhan dan beberapa ekor burung yang mulai bernyanyi dengan nada menyenangkan hati.

"Kau tampak kelelahan akhir-akhir ini," Zhehan duduk merapat, menyandarkan kepala pada bahu Jun.

Gong Jun menyeringai mendengar suara khas itu, meski dimaksudkan untuk kepedulian, tapi nada datar dan acuh tak acuhnya masih ada di sana, hanya jejak samar namun membuat Gong Jun gemas setiap kali mendengarnya. Dia mengelus bahu Zhehan, meremasnya lembut.

"Aku bekerja keras untukmu," dia menyentuh kepala Zhehan dengan bibirnya.

"Kedengarannya bohong," Zhehan mendongak dari cangkir kopinya, "Kau lebih banyak menghamburkan uang daripada aku."

"Mulai sekarang tidak lagi. Aku memiliki seseorang yang agak merepotkan sekarang," dia mengedipkan sebelah mata, kebiasaan barunya setelah berjumpa dan jatuh cinta pada Zhehan.

"Penipu, kau akhirnya mengakui kalau aku menyusahkanmu. Baiklah, jadi mulai sekarang aku harus pergi? Berdoa saja agar kepolisian masih bisa menerimaku kembali," merengut, menaruh cangkir terburu-buru, Zhang Zhehan mundur dari posisi mesranya dan duduk tegak.

Gong Jun tertawa geli, lengan panjangnya terulur menyentuh leher Zhehan yang segera mengendikkan bahunya.

"Ayo cium aku," gumam Gong Jun.

"Tidak mau!"

"Apa yang aku katakan benar-benar tidak termaafkan?" suaranya mengayun lembut dan menggoda mantan kapten cantiknya.

"Kau menyebalkan," Zhehan memutar bola mata.

"Ah, kaptenku yang cantik. Ini sudah sekian lama kau dan aku bersama. Tapi masih saja pemarah.."

Menarik kembali bahu Zhehan dalam pelukannya, kali ini pemuda itu tidak menolak meski bibir indahnya masih menekuk. Dia kembali bersandar di pelukan Gong Jun yang menenangkan, menjanjikan perlindungan, mencintainya untuk selamanya. Setelah berciuman sekian detik, Zhehan bisa melihat dari dekat sorot mata Gong Jun, bening dan penuh ketulusan.

Sebenarnya, Zhehan merasa iba pada kekasihnya. Gong Jun terlihat lebih sibuk akhir-akhir ini. Kadangkala ia berpikir untuk kembali ke kesatuan tetapi dengan tegas Gong Jun melarang. Dia lebih setuju jika Zhehan terjun ke dunia bisnisnya alih-alih menjadi polisi dan berurusan dengan beragam penjahat tengik. Gong Jun tidak bisa menghadapi konsekuensi terburuk. Siapa yang tahu akan ada penjahat cabul menodai Zhehannya yang sudah dia anggap keramat.

"Aku tahu kau khawatir padaku," gumam Gong Jun.
"Tapi aku bisa mengatasinya. Kau hanya perlu berbaring di pelukanku dan percaya bahwa kita memiliki masa depan berdua."

Zhehan mengembangkan senyum tipis penuh emosi beragam, akan menjadi sebuah dusta kalau dikatakan dia tidak menyesali hal pahit bahwa perjumpaan mereka bisa dikatakan terlambat, dengan cara yang berliku pula. Walau pada akhirnya saling bertemu dan melengkapi. Zhehan menyesal mengapa tidak dipertemukan dengan Gong Jun lebih awal. Tapi, cinta memang akan datang pada waktunya bukan?

SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang