Why should my heart make noise
Not here, not there, I'm walking towards youWhat happened in a while I'm losing my sight. Those in the crowd are there and how much I am alone in the fair of love
My story has just started, my heart didn't listen, and it's gone beyond limit...
Kadangkala, ketika Kapten Zhang tengah sendiri, baik itu minum kopi di meja kantor, mengemudi dalam perjalanan pulang, atau saat-saat lebih buruk sendirian di apartemennya yang sepi, dia kembali teringat hari-hari yang ia lewati di rumah pantai. Rasanya seperti mimpi yang memudar kala fajar datang namun rasa dalam mimpi itu terbawa dalam keadaan sadar.
Kadangkala, air mata tanpa terasa mengalir, entah kenapa ada sesuatu yang hilang dari dalam hati, jiwa dan hidupnya.
Sesingkat itu dirinya berubah?
Bagaikan ombak laut yang pasang dam surut tak terduga, setiap perubahan di dunia ini mau pun dalam hidup seseorang, terkadang tak bisa diprediksi mau pun dihindari.
Tetapi, hidup harus terus berjalan. Kapten Zhang dengan cepat berjuang membuang sisa-sisa kenangan dan depresinya untuk kemudian bangkit kembali. Selain itu, penyelidikan tidak akan dihentikan atas kasus pembunuhan balerina di teater.
Kantor polisi East Hampton
Kapten Zhang membanting pintu ruangan rekam pernyataan, sekilas nampak mulutnya komat kamit menyuarakan kekesalan yang terpendam. Tak lama kemudian Miles keluar dari ruangan yang sama dengan wajah diselimuti kebingungan dan tanda tanya. Dengan sudut matanya ia melihat punggung sang kapten menghilang lewat pintu menuju ruangan lain, mungkin dia butuh ke toilet atau kantin.
Entahlah. Semuanya terlihat janggal hari ini.
"Aku tidak menyangka kapten Zhang begitu lambat," menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, mengernyitkan kening dalam-dalam, Miles mulai mengajukan keluhan berupa gumaman di hadapan dua orang rekannya, Wang Rong dan Fan Jiwei.
"Itulah yang ingin kukatakan," Wang Rong menyahut hati-hati.
"Tersangka itu sudah jelas mengatakan bahwa dia anggota The Crow, meski tidak mengatakan bahwa Gong Jun yang menyuruhnya membunuh balerina itu, tapi pernyataannya bisa memberatkan penjahat itu."
"Sikap kapten membingungkan akhir-akhir ini. Dia kehilangan fokus dan cenderung tidak bisa menerima kritikan atau saran siapapun," Fan Jiwei merapikan tumpukan map di atas mejanya, mencoba menyuarakan pendapat dalam ajang kasak kusuk yang cukup jarang.
"Itu dimulai saat hari dia bebas dari rumah pantai," Miles mencondongkan tubuh, menekan siku di atas meja. Tatapannya beralih dari Wang Rong ke Jiwei secara bergantian.
"Apa kau pikir itu penting?" Jiwei tiba-tiba merasa penasaran.
"Dengarkan aku..." gaya Miles sudah seperti gadis-gadis penggosip.
"Apa yang harus didengarkan?" suara lain menyela, mengguncangkan mood ketiga petugas polisi yang tengah mengobrol.
Kapten Zhang melenggang masuk dengan satu papercup berisi kopi panas di tangan.
Miles dan kawan-kawan serentak menoleh, ekspresi mereka mirip maling ayam tertangkap basah.
"Ehm, itu. Tersangka pembunuhan yang baru saja kita interogasi," suara Miles dirayapi ketegangan.
"Kupikir dia hanya berkamuflase, untuk memyembunyikan pelaku dan juga motif sebenarnya di balik pembunuhan itu.""Tidak! Pelaku sudah menyatakan bahwa ia melakukannya atas permintaan seseorang, dengan kata lain, dia dibayar. Dia tidak mengetahui motif di baliknya, aku bisa melihat dan menilai dari pernyataannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SE7EN DAYS IN THE BEACH HOUSE (JUNZHE)
Fiksi PenggemarJika seorang penjahat berparas menakjubkan seindah bunga-bunga teratai di musim semi, bahkan seorang dektektif handal pun tidak sanggup menangkap apalagi menghukumnya. Sang Detektif malah terperangkap dalam sebuah rumah pantai di mana satu pertun...