|23| Ungkapan

1.7K 136 13
                                    

kalau udah dimaafin tolong berubah, jangan suka mainin perasaan orang
--

Galang merebahkan tubuhnya dikasur seraya menatap langit-langit kamarnya dengan wajah datar. Satu nama terlintas di otak, mengepalkan tangan kuat hingga kukunya menancap kulit.

Gatra merebut perhatian milik Zaya itu hal yang tidak boleh dibiarkan. Secepat mungkin ia harus merebut perhatian milik Zaya kembali seutuhnya. Gadis itu miliknya tidak boleh terbagi dia. Apa yang sudah jadi miliknya tidak boleh dimiliki oleh siapa pun.

Dering ponsel memecah keheningan, ia mendengus meraba sekitar kasur kemudian mengangkat panggilan dari seseorang. Suara kesal terdengar dari ponsel, Galang terkekeh kecil.

"Kenapa lo Ga?" tanya Galang kemudian duduk bersandar.

"Arga kek bangsat," kata Raga mendesis.

"Kenapa sih lo berantem mulu ga pernah akur," heran Galang.

Emang iya misal kakak adik itu ga pernah akur?

"Nanti gua ceritain pas kita ketemu."

"Cerita sekarang aja, kayak cewe lo," decak Galang tak terima.

"Si Arga bangsat ngerebut gebetan gua anjing," kesal Raga tak terima.

Galang menghela nafas, hal yang sudah biasa ia dengar dari Raga. Ia tahu nih alsannya, mari kita dengarkan.

"Gara-gara apa?" tanya Galang.

"Katanya Arga lebih cool sama humoris."

Tepat sasaran, Galang mendengus kesal. Alasan klasik yang sudah ribuan kali ia dengar.

"Padahal muka kalian gak ada bedanya," ucap Galang.

"Emang, muka kita nggak ada bedanya. Cuma beda di penampilan sama sifat aja." Raga menghembuskan nafas pelan.

"Makanya Ga jangan dingin-dingin banget."

"Dih kayak lo ngga aja, lo lebih kayak es," cibir Raga tak terima.

"Idc," ucap Galang seraya mengendikkan bahu.

"Udahlah jodoh gua paling juga direbut Arga," pasrah Raga.

"Ngga usah sedih lo, cewe banyak ngga cuma satu," ceramah Galang.

"Yoi bro."

"Siapa emang si cewenya?" tanya Galang.

"Letta."

Deg

---

"Morning guys," sapa Angel kepada kedua sahabatnya.

Gadis berambut pirang itu tampak ceria dari hari-hari sebelumnya dengan rambut tergerai indah. Kakinya melangkah riang menuju kedua sahabatnya. Senyum manis masih melekat di bibir ranumnya, Fanya jadi ngeri dengan kelakuan aneh Angel. Biasanya gadis itu suka sekali memasang wajah kesal hampir tiap pagi, namun berbeda dengan hari ini.

"Nyeremin lo sat," sembur Fanya memeluk Zaya dari samping.

"Dih setan lo Nya, harusnya lo seneng pagi-pagi gua udah menebar senyum bukannya marah-marah," decak Angel seraya melunturkan ekspresi wajah yang ramah tadi.

Fanya tersenyum, bangkit dari duduknya seraya menjitak kepala Angel kencang. Angel mengaduh, memasang wajah kesal seperti biasanya.

"Tapi jangan nyeremin gitu anj-"

"WLEEE BODO AMAT," teriak Angel tiba-tiba kemudian duduk di depan Zaya.

"Zayaaa, Fanya ngeselinn," rengek Angel seraya menggoyang-goyangkan lengan Zaya.

Pangeran EskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang