|18| Curiga

1.7K 138 0
                                    

Jangan pernah singgah jika tak pernah sungguh
---

"Apa jangan-jangan, gak mungkin," gumam Zaya lirih melihat kepergian lelaki itu.

Gatra memperhatikan seksama ekspresi dari gadis di sampingnya. Ia terdiam, menunggu gadis itu berbicara kepada dirinya.

"Ayok Tra kita ke kedai eskrim," ajak Zaya menetralkan suaranya.

Gatra menatap Zaya intens, mendekat ke gadis itu seraya menyentil dahinya cukup keras.

"Aw ih Gatra," ringis Zaya menatap Gatra galak.

Gatra tertawa kecil, menganggukkan kepala kemudian lanjut berjalan. Zaya masih diam, menerka-nerka kenapa lelaki itu ada di sini?

"Lo kenapa coba?" tanya Gatra heran, pasalnya gadis itu masih diam.

Zaya menatap Gatra sekilas, ia menggelengkan kepala pelan dan masih terus memikirkannya.

"Tadi cuma ngeliat sepupu gue aja," ungkap Zaya pelan.

"Sepupu?"

"Iya, tadi yang nabrak ibu-ibu. Itu kak Erick," jelas Zaya.

Gatra mengernyit heran, tadi ia lihat lelaki itu membawa beberapa peralatan bayi. Namun ia masih berpikiran positif, ia tidak mau berpikiran terlalu jauh. Mungkin saja itu untuk orang lain.

"Sekolah di mana?" tanya Gatra.

"Udah kuliah bareng kak Alex," timpal Zaya sekenanya.

"Erick," gumam Gatra kecil.

---

"Mau rasa apa Syila?" tanya Gatra setelah mendudukkan gadis cilik itu di bangku panjang.

Arsyila berpikir seraya mengetuk-ngetukkan jari kecilnya di dagu. Menelaah rasa-rasa yang ia sukai, namun ia suka semua rasa terutama rasa vanila.

"Syila mau rasa vanila." Pilihnya kemudian.

Gatra mengangguk, menatap Zaya yang masih melamun. Gatra berdecih, mengetuk dahi Zaya pelan membuat Zaya terlonjak kaget.

"Gatra! Kaget tau," sungutnya kesal.

Gatra berdecak, menopang dagunya menatap Zaya tajam.

"Ngelamun mulu lo? Mikirin gue?" ucap Gatra dengan pedenya.

Zaya terkejut, menegakkan tubuh dan menyentil dahi Gatra tepat di plester yang menempel lekat di wajah Gatra. Lelaki itu mengaduh, sialan emang padahal lukanya ini bisa dibilang masih sakit.

"Sakit anjir," umpat Gatra pelan sembari mengelus dahi.

"Eh maaf Tra aduh," ucap Zaya merasa bersalah seraya mengusap pelan dahi Gatra.

Gatra tertegun, menatap gadis di depannya yang sibuk mengelus dahinya seraya terus meminta maaf. Satu hal yang ia suka dari gadis ini yaitu perhatian kecilnya.

Sedangkan Arsyila mencebik, kenapa kakaknya malah bermesra-mesraan dengan Zaya? Padahal ia sudah sangat menginginkan eskrim rasa vanila, rasa kesukaannya.

Pangeran EskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang