|21| Skors

1.5K 109 9
                                    

Bahkan aku berharap, hadirmu kini menjadi obat dari segala luka ku
---

Bugh

Bogeman mentah mendarat tepat di mata kanan Gatra. Lelaki itu mundur beberapa langkah dengan punggung yang membentur pohon dengan keras. Gatra meringis menahan sakit dibagian mata kanannya. Dia mendesis, meludah ke depan dan berjalan maju dengan gigi bergemeletuk. Bogeman Galang benar-benar kuat, sialan.

"Bangsat!" teriak Gatra kemudian menendang perut Galang hingga lelaki itu terjatuh dan terbatuk hebat.

Darah mengalir hingga seragam putihnya, darah juga merembes dari punggung Galang. Galang meringis, menyeka darah dan bangkit dengan kepala yang sakit.

"Bangsatt lo Tra," desis Galang kemudian meninju dada Gatra betubi-tubi hingga lelaki itu juga terbatuk hebat.

Serangan kedua lelaki itu masih sangar-sangarnya, bahkan Jeff dan Aaron yang menyaksikan bergidik ngeri. Darah ada dimana-mana di taman belakang.

"Ron sana anjir tolongin mereka berdua. Bisa-bisa darah mereka habis," bisik Jeff tepat di telinga Aaron.

"Mana bisa anjing! Gue takut njir, tuh liat mereka berdua kaya singa," heran Aaron menggelengkan kepalanya berkali-kali.

Jeff berdecak, suasana taman belakang yang jarang dikunjungi kini terdengar gaduh oleh suara pukulan dari Gatra dan Galang. Tak ada orang lain selain dirinya, Aaron, Galang dan Gatra. Sempat ada Raga dan Arga, tapi Jeff tak tahu kemana mereka berdua pergi.

"Jangan pernah deketin Zaya," desis Galang bak iblis dengan muka yang benar-benar memerah menahan marah setengah mati.

Gatra tertawa kecil, menatap mata Galang bengis dengan menyeka darah yang mengalir dari hidungnya.

"Lo kok ngatur gue hm? Gue bakal berjuang buat dapetin Zaya," kekeuh Gatra dengan tujuan awalnya.

"Tapi gara-gara lo, Zaya kena masalah terus sat!" teriak Galang dengan suara lantang yang mampu mengagetkan Jeff dan Aaron.

"Lo takut kalah saing Galang?" tanya Gatra dengan suara tenang.

Bugh

Satu bogeman keras mendarat tepat di dada Gatra. Gatra memuntahkan darahnya di seragam Galang, sialan! Kekuatan Galang tak bisa ia remehkan.

Saat Gatra akan membalas perbuatan Galang, suara peluit memekakan telinga membuat mereka berdua menoleh ke belakang. Pak Slamet dengan rotan andalannya diangkat ke atas, memberi peringatan kepada mereka berdua.

Dengan langkah yang sedikit susah karena berlemak, Pak slamet menjewer Galang dan Gatra yang berlumur darah.

"Kalian ini, suka sekali berantem! Apa enaknya hah! Liat diri kalian, udah kaya mayat hidup," omel Pak Slamet.

Gatra dan Galang saling bertatap-tatapan sengit, Gatra mengepal tangannya kuat. Ini belum selesai dan Gatra akan membalasnya dengan yang lebih kejam.

"Jangan tatap-tatapan gitu! Nanti kalian saling suka lagi hadehh," heran Pak Slamet dengan tingkah kedua murid ini.

"Ngadi-ngadi ye pak!" heboh Aaron dan Jeff seraya mendekat ke mereka bertiga.

Pangeran EskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang