Yang berani ngusik kamu, aku bantai
---Gatra menarik nafasnya dalam, kepalanya tiba-tiba terasa pusing pandangannya pun buram. Lelaki itu merasakan sesak luar biasa di dadanya, hatinya terasa ditusuk ribuan belati putih. Ia bangkit berlari menerobos masuk ke ruangan Zaya dengan mata yang memerah. Demi apapun Gatra sangat khawatir akan kondisi gadisnya ini. Ia melihat gadis itu tak sadarkan diri dengan perban di kepalanya dan plester di pipinya, bibir pucatnya terdiam tak seperti biasanya yang selalu tersenyum kepada Gatra.
"Sayang," lirih Gatra sendu. Tatapan tajam dari Gatra yang biasa orang-orang lihat kini berubah menjadi tatapan sedih dan tulus.
Gatra terduduk lemas di lantai, saat perawat menyadari bahwa ada orang lain masuk segera ia membawa keluar lelaki itu. Saat sedang dalam pemeriksaan dokter tidak boleh ada yang masuk kecuali perawat dan dokter.
"Silahkan anda keluar dulu kami sedang mengecek keadaan pasien," ucap perawat.
Gatra menatap malas perawat itu, ingin rasanya ia menendangnya. Lagian kan ia ingin melihat gadisnya ini, kenapa tidak boleh?
"Apaan si sus saya ingin lihat pacar saya," ucap Gatra sok.
Hah? pacar bang?
"Nunggu selesai dulu kak, ini kami sedang memeriksanya. Selain dokter dan perawat dilarang masuk," ucap perawat itu sopan.
Jeff menepuk kepalanya kemudian menarik tangan Gatra untuk pergi.
"Maaf sus teman saya emang rada susah dibilangin." Jeff tersenyum manis ke arah perawat kemudian perawat itu mengangguk paham.
"Ayo sat tungguin di situ sama bang Alex." Jeff lantas menarik tangan Gatra untuk duduk bersamanya.
Alex memijit kepalanya pusing, sejak dari kemarin ia terus mengkhawatirkan kondisi Zaya. Entah sudah berapa doa yang ia panjatkan untuk gadis itu.
Gatra duduk di samping Alex, lelaki itu tampak lebih kacau dari dirinya. Alex terkekeh kecil kemudian menepuk-nepuk punggung Gatra pelan. Gatra menoleh kemudian menatap Alex yang sedang tersenyum.
"Jangan khawatir Tra, Zaya baik-baik aja," kata Alex walaupun sebenarnya ia sangat khawatir dengan kondisi Zaya.
Gatra mengusap wajah kasar, entahlah dia jadi tak selera ngapa-ngapain.
"Kak kenapa Zaya bisa gini?" tanya Gatra mengintrogasi.
Alex menghembuskan nafasnya berat, kelakuan kedua orang tuanya benar-benar bisa membuat nyawa Zaya terancam.
"Dia dipukuli," ungkapnya sendu.
Gatra melototkan matanya, apa? dipukuli? gadis rapuh seperti Zaya dipukuli sampai sekarat?!
"Sama siapa?" tanya Gatra mengepalkan tangannya.
Aura mencengkam dari Gatra mampu membuat Alex sedikit menciut. Ia tahu jika Gatra di kenal sebagai lekaki dingin dan kejam, Zaya sering bercerita.
"Lo ga perlu tahu," katanya seraya menyenderkan badannya yang pegal.
"Why? she's my girl and i have the right to protect her," ungkapnya heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Esku
Teen FictionZaya Mellody Cornella gadis yang kerap dipanggil cupu itu mendadak jadi perbincangan seantero sekolah karena telah di cium oleh most wanted sekaligus kapten basket Sma Pelita. Gatra Candra Kawindra, si dingin dengan panggilan pangeran esku. Lelaki k...