|4| Ruang BK

3.2K 255 45
                                    

Karena aku, dirimu tak baik-baik saja
---

"Lang jangan bergerak," ucap Zaya yang sedang mengobati luka Galang.

Setelah tenang, Zaya putuskan untuk mengobati luka Galang yang parah ini.

"Aduh Zay, jangan keras-keras!" ungkap Galang sambil mencebik.

"Diem Lang," Zaya menempelkan dahi Galang dengan plester. Setelah selesai Zaya mengacak rambut Galang.

"Udah, lo nanti pulang langsung istirahat Lang," ucap Zaya sambil membenarkan poninya.

"Gue ada urusan bentar Zay, gue mau ada belajar materi buat olimpiade matematika minggu depan,"

Zaya menghembuskan nafasnya perlahan. Maklum otak pinter, sering banget ikut lomba.

"Pas baliknya itu. Lo harus minum obat buat ngilangin nyeri luka lo ini,"

Galang mengangguk. Ah rasanya senang sekali memiliki sahabat seperti Zaya. Perhatiaan layaknya ist- eh ralat ibunya.

"Senyum-senyum gak jelas. Nanti kesambet loh," ujarnya membuat Galang menyentil dahi Zaya.

"Kalau gue gila. Gak mungkin setampan ini Zay,"

Zaya terkekeh kemudian berjalan meletakkan kotak P3K.

"Cek ,cek, cek!"

Suara dari pengeras suara yang tiba-tiba itu menyita seluruh perhatian murid-murid yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing.

"Diberitahukan kepada Galang kelas 11 IPA 1, Gatra and bestfriendnya harap segera ke ruang bk. Secepatnya, karena menunggu sangat tidak enak!"

Zaya tercenung, sekarang dirinya merasa menjadi penjahat. Galang harus terjerat dalam kasus ini. Andai saja Zaya hati-hati.

"Gak usah takut Zaya. Gue gak papa. Gue kesana dulu yah, lo denger gak tuh kalimat terakhir itu? menunggu itu nggak enak," kekeh Galang sambil bangkit dari duduknya.

"Huft. Gue takut, lo dihukum yang berat-berat!" ujarnya dengan menutup mukanya.

"Kalo udah dipanggil sama guru gue bisa apa Zay. Ayok lo mau ikut? Galang yang ganteng ini menjamin keamanan sang ratu,"

Galang menunduk kemudian mengulurkan tangannya ke arah Zaya. Persis seperti pangeran yang meminta izin untuk berdansa bersama.

"Ya udah, ayo pengawal," Zaya melenggang pergi tanpa menerima uluran tangan Galang.

"Zayaaaa!" teriak Galang sambil berlari keluar.

"Zay, lo min-" Galang mengehentikan langkahnya tatkala melihat Gatra sedang berkacang pinggang di depan pintu uks dan Zaya yang berada di hadapannya.

Zaya diam mematung berdiri di tengah Galang dan Gatra.

"Hai brengsek," sapa Gatra menatap Galang benci.

"Hai juga brengsek," timpal Galang sambil bersedikap tangan.

Zaya yang berada di tengah-tengah pun gemetaran.

Pangeran EskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang