Jangan lepas tanganku.

13 6 0
                                    

Di sekolah / jam pulang.

Setelah makan siang, kami pulang karena hari ini hari pertama sekolah jadi pulang cepat. Jam 12.00 kami sudah dipulangkan.

"Akhirnya...., Ga sabar pengen rebahan.",kata Radit sambil merangkul ku.

"Cihh, emang se capek itu?",jawabku sambil memasang wajah menyepelekan.

"Ga capek si, cuma ya... bosen.",jawab Radit.

Aku pun berjalan bersama Radit menuju ke gerbang sekolah. Jarak antara gerbang sekolah dan gedung sekolah lumayan jauh, karena di sekeliling nya terdapat lapangan, taman bermain, dan cafetaria outdoor. Yang pasti nya juga milik sekolah.

Saat hampir sampai di gerbang sekolah tiba-tiba ada 5 orang lelaki dan 3 orang perempuan menghampiri kami. Ke3 orang perempuan itu mengenakan rok span pendek yang sangat ketat dan terlihat juga 2 kancing kemeja mereka terbuka. Yang laki laki pun begitu, kancing kemeja mereka terbuka semua sehingga tampak kaos hitam yang mereka kenakan. Aku bingung, bahkan mereka mengeluarkan kemeja nya di area sekolah. Mereka berani sekali.

"Woi, anak baru",sapa 2 lelaki dan 3 perempuan itu kepada kami. Mereka berjalan ke arah kami sambil menggantungkan rompi mereka di bahu.
Sedangkan ke3 lelaki lain menghampiri anak baru angkatan kami lainnya.

Aku dan Radit berhenti lalu menengok ke arah mereka.

"Baru masuk udah pacaran aje ni bocil",ucap salah satu perempuan dengan lipstik merah merona dan rambut coklat yabg tergerai itu.

"Kita sodara kak.", ucapku.

"Cih, semua anak disini kalo kepergok berduaan bilangnya juga sodara. Hahahaha",ucap perempuan yang ku ketahui bernama Angel itu.

Aku dan Radit hanya diam dan kulihat mereka ternyata dari kelas yang sama yaitu kelas 12 IPA 6.

"Eh nama lu siapa cantik??", tanya satu lelaki tinggi dengan wajah lebam itu, ku ketahui bernama Boy.

"Megan kak.", Ucapku sambil menjauh dari Boy karena dia semakin dekat dekat denganku.

Radit yang melihatnya pun menarik tanganku.

"Sorry kak, kita harus pulang.", Radit.

"Buru-buru amat si, nongki sabi kali bentaran.",ucap Angel seperti menggoda Radit.

Radit risih dan langsung menarik ku berjalan pergi tanpa salam dan apapun. Ku lihat wajah Radit nampak merah padam seperti kesetanan.

"Waduhhh anak baru songong nih.",kata Boy yang langsung menghadang kami berdua.

Datanglah ke 3 teman lainnya dan langsung memperingatkan Radit dan aku.

"Lo tu bocah disini. Gausah belagu. Gausah sok jadi anak cool. Bocah kaya lu pasti selalu berlindung di bawah duit orang tua. Ya gak bro?",ucap Boy sambil mendorong tubuh Radit dan tertawa dengan teman-temannya.

Aku merasakan pegangan tangan Radit di tanganku menjadi sebuah cengkraman. Aku yang sadar pun langsung menahan tangan Radit dengan tangan ku satunya dan menariknya untuk terus berjalan.

"Maaf kak, permisi.", Ucapku sambil menarik tangan Radit. Radit masih saja mencengkram tanganku sampai suatu suara menghentikan langkah kami.

"Cih, cowok apaan kabur sama ceweknya.",kata Mita salah satu teman Angel.

"Nurut banget sama ceweknya, jangan-jangan...",ucap Angel.

"Di jatahhhhhh.",ucap ketiga perempuan itu bersamaan. Angel, Mita, dan entah satu nya siapa.

Radit yang geram melepas tanganku dan berbaik ke arahnya. Aku sigap menariknya kembali dan menggantungkan lenganku di lengannya.

"Dit, jangan Dit. Udah ayo balik.", ucapku dengan nada bergetar karena perkataan mereka memang jahat.

Aku langsung menarik Radit yang masih marah itu. Radit pun mengubah tanganku yang tadinya menggantung di lengan nya kini dia menggenggam erat tanganku. Kami masuk mobil dan Radit belum melepaskan tanganku. Wajahnya masih merah dan terlihat tangan satu nya mengepal di atas paha nya.
Sebenarnya cengkraman Radit lumayan sakit sih kalau lama-lama. Tapi aku tidak berani, wajah Radit benar benar menyeramkan. Aku hanya diam. 5 menit perjalanan pergelangan tengan ku mulai pegal dan sakit, aku sedikit menggerakkan dan Radit langsung menyadari nya. Radit langsung melihat dan melepaskan tangan ku, dia pun mengambil kembali tanganku dan didekatkan ke wajahnya.

"Hassss, sorry sorry, ga sadar gw. Sakit gak? Hah?",tanya dia sambil mengacak acak rambutnya dengan tangan kiri nya. Dia oun langsung mengelus elus tanganku.

Lagi-lagi aku hanya diam kaku melihat perlakuan dia. Tanpa sadar mata nya dan mata ku bertemu kembali. Kami saling menatap intens, Radit pun tidak melepaskan tangannya. Ku rasa wajah Radit semakin mendekat, dekat.... Dan...

Pov Radit

Emosi ku sangat meluap saat itu, namun sentuhan tangannya membuatku sedikit tenang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau Megan tidak menahan ku.
Bahkan dia melingkarkan tangannya di lenganku. Walaupun sudah sedikit tenang, aku ingin dia selalu disamping ku. Entah mengapa melihatnya di dekat ku bahkan menggenggam tanganku rasa nya tenang, saat sudah di mobil sekalipun aku enggan melepaskan tangannya, dan aku berharap dia tidak mencoba melepasnya sendiri.
Dan itu berhasil. Sayang, genggamanku menyakitinya. Bahkan setelah hal itu, dia tidak marah. Sialnya lagi lagi mata ku dan mata nya bertemu. Membuat degup jantung ku tak beraturan. Seharusnya aku bisa menahan diri ku. Hampir saja aku melakukan hal yang nanti akan ku sesali selamanya.
"Maaf Megan",ucapku dalam hati.

"Bruk!!",suara itu berdampingan dengan mobil yang direm mendadak.

Aku dan Radit langsung tersentak dan menengok ke depan.

Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang