Terasa dekat.

19 6 3
                                    

Adrian pun menyuruh kami mengikuti dia, sedangkan kelompok lain mengikuti pembimbing nya masing- masing. Aldo, Aldi, dan Adrian berjalan di depan menelusuri koridor sekolah sedangkan aku dan Radit berjalan di belakang mereka sambil melihat brosur sekolah dan mendengarkan penjelasan dari Adrian.

"Liat kan? Membosankan. Padahal kita bisa aja baca itu ruangan apa",ucap Radit lirih sambil menunjuk papan nama ruangan ditiap pintu.

"Hus diem, sekolah ini gede. Mau ke toilet aja bingung.",jawab ku.

"Kalau tidak berkenan ikut, silahkan ke ruangan Kepsek.", sahut Adrian tanpa menoleh ke belakang.

Aku yang tertegun pun hanya menyenggol lengan Radit dengan lenganku. Mengisyaratkan untuk berhati hati kalau bicara. Radit hanya mengangguk.

Sampai lah di ruangan Lab. X IPA 1. Ternyata tiap kelas punya lab nya masing-masing.

"Woahh, daebak~~", ucapku dalam hati sambil memasang wajah kagum pada lab yang kumasuki ini. Luas, bersih , rapi, dan sangat lengkap. Aku tidak menyangka SMA ku memeliki lab sebagus ini.

Kami pun lanjut berjalan, dan ternyata tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh gempal datang menghampiri kami. Anggota OSIS lainnya bernama Haikal.

"Weh bro, jadi gak? Mana punya gw?", tanya Haikal.

"Ok, tim kita bagi jadi dua. Radit, Aldi kalian ikut Kak Haikal. Aldo, Megan ikut gw.", perintah Adrian.

"Mana bisa gitu kak? Kita ini bersaudara. Kalaupun mau dipisah, dipisah sesuai dengan saudara nya masing-masing lah.", Ucap Radit dengan nada sedikit tinggi.

"Udah gausah banyak omong ayo!",ucap Haikal sambil merangkul Radit. Radit tak kuasa memberontak karena tubuh Haikal terlalu tinggi dan besar untuknya. Aku hanya bisa memandangi Radit yang terus-menerus menatapku seakan khawatir bila aku sendiri. Padahal aku bersama Aldo dan Kak Adrian.

"Ayo!",ucap Kak Adrian. Kami bertiga oun berjalan kembali menyusuri lorong yang ramai itu karena di sampingnya terdapat kelas- kelas dan lab yang banyak.

"Kak maaf kita bisa istirahat dulu gak?",tanya ku.

"Kamu capek?",tanya Aldo yang sedari tadi berjalan di sampingku.

Adrian pun langsung berbalik dan langsung menyuruhku duduk, dia bersimpuh di depan ku sambil menatap wajahku. Membuat wajah ku merah padam.

"Lo capek ya?",tanya Adrian.

"Ehh, iya kak, Aldo juga capek. Ya kan, Do?",sahutku sambil melirik Aldo meng kode agar dia duduk di sebelahku.

"Owh iya kak, capek banget.",sahut Aldo yang langsung duduk di sebelahku. Aku pun melihatnya dan tersenyum isyarat terimakasih.
Tanpa ku sadari Adrian sedari tadi tidak melepas pandangan terhadapku. Saat aku menengok ke arahnya mata kami bertemu dan saling menatap.

"Khem..khem..",Aldo mulai mencairkan suasana.

"Owh ok, kita istirahat 5 menit dulu disini.",ucap Adrian sambil berdiri kemudian bersender di tiang di sampingku. Aku hanya mencuri curi pandang saat dia sedang bermain ponselnya.

"Dia manis juga.", ucapku dalam hati.

Saat kami ingin melanjutkan menyusuri ruangan demi ruangan, Aldo tidak sengaja menginjak tali sepatu ku yang terikat namun ujungnya memang sedikit panjang. Karena nya aku tersungkur ke depan mengenai punggung Kak Adrian. Langsung saja itu mengagetkan ku dan Adrian. Dia langsung menengok ke arahku dan mengangkat bahu ku.

"Eh lo kenapa? Sakit gak? Ada yang sa....?", Belum selesai dia bertanya aku sudah memotongnya.

"Sorry kak, gapapa kok. Gapapa",sahutku.

Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang