Bagaimana jika ada yang menyatakan cinta?

16 6 2
                                    

POV RADIT.

Di Klinik sekitar rumah aku membantu memapah Bima turun dari mobil. Sedangkan Megan hanya di dalam mobil.

"Makasih mas Radit, Pak Dio",kata Bima.

"Udah gapapa, santai aja. Saya keluar dulu ya.",kata Radit meninggalkan ruangan.

Aku berdiri di depan klinik berkutik dengan ponselku mencoba menelepon Mba Lastri, agar bisa mengabari keluarga Bima.

"Tut...tut...", Mba Lastri tidak mengangkat telepon nya. Berkali- kali ku telepon hasilnya nihil.

"Hah, aku sangat lelah hari ini, aku ingin menyegarkan pikiranku."batinku.

Aku hanya menunggu di depan klinik sambil bersandar di tembok bangunan itu. Hanya menarik nafas dan sesekali menghentakkan kaki ku ke tanah.

POV MEGAN.

Aku hanya menunggu di mobil saat Bima di bawa ke klinik oleh Radit dan Pak Dio. Namun aku melihat Radit yang keluar dari klinik yang terlihat sedang menelepon seseorang. Wajah nya nampak gelisah sekali dan aku tau dia lelah.

Dia pun berdiri cukup lama di depan sana. Dan aku memilih untuk menatapnya saja dari dalam mobil. Kejadian tadi benar-benar membuatku canggung.

Aku kembali berkutat dengan ponselku.

POV RADIT.

Pak Dio dan Bima keluar, aku melihat lukanya sudah diobati dan aku langsung ingin masuk untuk membayarnya.

"Mas ,gausah.",kata Bima sambil mencegah ku masuk ke dalam.

"Kenapa? Saya mau bayar.",kata ku.

"Gausah mas,saya tadi ada bpjs." ,Jawab Bima.

Mau gimana lagi. Kami kembali ke mobil. Namun aku menyuruh Pak Dio untuk membawa kami mampir sebentar ke minimarket depan.

"Megan, lo mau nitip apa?", Tanya ku.

"Ehm gw ikut masuk aja.",kata Megan.

"Gausah ribet, gw cuma bentar. Cepetan mau apa?",timpa ku.

"Ehmm.. gw nitip mi instan aja 5.",ucap Megan sambil sibuk dengan ponselnya.

Aku melihatnya dari spion depan, tampak dia sedang asik bermain dengan ponselnya, sedangkan Bima tertidur.

Sesampainya disana aku langsung keluar dan menuju minimarket.
Aku membelikan beras, minyak, dan mi instan untuk Megan dan juga Bima. Aku juga membeli rokok dan kopi kesukaan Pak Dio.

Di kasir aku melihat lollipop yang sangat lucu.

"Megan suka gak ya?",gumam ku dalam hati.

Aku lalu membayar dan kembali ke mobil. Di mobil sudah ku dapati Megan yang ikut tertidur.

Di perjalanan aku memberikan Pak Dio rokok dan kopi yang sudah ku beli tadi. Kemudian menuju rumah Bima untuk mengantarnya.

Sesampainya disana aku hanya pura-pura tidur dan menyuruh Pak Dio saja yang mengantar serta memberikan barang yang ku beli tadi untuk Bima. Bukan nya kenapa, aku sangat lelah hari ini dan sedang tidak ingin berbicara.

POV BIMA.

"Makasih pak. Ehm... Mas Radit..",ucap Bima.

"Dia sama mba Megan tidur dek.",jawab Pak Dio.

"Oh, yaudah pak. Sampaikan terimakasih saya. Maaf saya jadi merepotkan.",ucapku.

"Ah enggak dek, saya yang salah. Maaf ya.",ucap kembali Pak Dio sambil memberikan sekantung sembako untukku.

Tanpa basa basi pun Pak Dio langsung berpamitan dan pergi.

"Huft... Untung hanya luka ringan.", batin ku dalam hati.

"Ibu.. Assalamualaikum.",aku masuk dan menutup pintu.

POV RADIT.

Kami sudah sampai di depan rumah. Pak Dio membangunkan kami.
Setelah itu kami masuk, Megan berjalan di depanku. Aku yang sedang lelah ingin segera merebahkan diri di kasur, aku pun menyalip Megan dan berlari ke atas.

"Ahhhhh",ucapku setelah menyentuh kasur kesayangan ku ini.

Aku langsung bergegas ke kamar mandi dan bersih-bersih. Setelah itu ku lanjutkan rebahan ku. Tak ku sangka aku cepat tertidur. Bangun - bangun waktu sudah menunjukkan pukul 23.30.

"Lama sekali aku tertidur. Bahkan aku melewatkan makan malam.", Ucapku.

Aku turun ke bawah ingin mengambil beberapa snack dan minuman dingin. Kulihat meja makan dengan menu makanan yang masih lengkap tanpa tersentuh sedikitpun. Aku berpikir "Apa mungkin Megan juga melewatkan makan malamnya?"

Aku pun memasak mi instan yang tadi ku beli untuknya dan membawa nya ke kamar Megan.
Aku mengetuk pintu nya, namun tak ada jawaban. Kembali ku ketuk namun sama saja.

Aku mencoba membuka sedikit pintu kamarnya. Ternyata tidak di kunci. Sedikit demi sedikit aku melihat dan aku benar-benar terkejut.

"Apakah begini cara nya tertidur?",ucapku lirih sambil membuka lebar pintunya.

Ya, Megan sedang tertidur bahkan seragam, kaus kaki yang masih menempel di tubuhnya dengan posisi kepala yang melewati pinggiran kasur sedangkan tubuhnya di atas kasur. Kaki yang terbuka lebar sehingga terlihat sedikit paha nya. Bahkan dia tertidur dengan suara ngorok nya.

"Benar-benar seperti babi.",ucapku sambil menggelengkan kepala.
Aku berjalan menaruh dua mangkuk mi instan itu di meja dan membangunkan nya.

Astaga, bahkan posisi kaki nya membuatku geram. Aku menyelimutinya lalu membangunkan nya.

Saat dia terbangun dia seperti orang kejang-kejang dan aku hanya melongo melihat kelakuannya. Saat bangun dan melihatku dia kaget dan langsung bangun. Saat itu juga dia langsung duduk di pinggir ranjang dan menggaruk kepalanya.

Aku menghampiri nya dan memberi kan mangkuk mi instan itu, Megan makan di ranjangnya sedangkan aku di sofa.

"Gimana kalo ada yang nembak lo?",entah mengapa kalimat itu muncul tiba tiba dari mulutku.

Megan hanya melihatku dan mengunyah santai mi instan nya dan berkata,

"Ya udah.",jawab Megan singkat.

Aku yang linglung sekaligus kesal mendengar jawabannya pergi ke kamarku. Aku menutup pintu dan ..

"Hissss, ngomong apa si lu, Dit?", ucapku lirih pada diriku sendiri sambil memukul kepala ku di balik pintu kamar kami.

Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang