Si Pengantar Susu

13 6 0
                                    

Ada apa pak Dio?",tanya ku.

"Aduh saya nabrak gak ya tadi.",ucap Pak Dio panik sambil keluar dari mobil.

"Hah? ya ampun.",ucapku. Radit pun juga langsung keluar mobil di susul oleh aku.

Ternyata ada seorang lelaki yang terjatuh dengan sepeda dan botol susu yang sudah berserakan di aspal.

"Ya Allah...sini mas saya bantu.",ucap Pak Dio.

"Mas gapapa?",ucap Radit.

Saat lelaki itu berdiri, aku mengenalnya. Dia. Si pengantar susu itu.

Dia menatap Radit dan aku.

"Loh mas sama mba nya juragannya Mba Lastri ya?",tanya Si Pengantar Susu itu.

"Ehh iya mas, masuk aja dulu ke mobil biar kita bawa ke klinik.",ucap Radit sambil membopong tangan si lelaki itu ke dalam mobil. Sedangkan aku langsung membantu Pak Dio meminggirkan sepedanya dan meletakan botol botol susu di warung dekat situ. Kami menitipkannya dan untung saja penjaga warung itu kenal dengan Pak Dio.

Radit duduk di depan. Aku dan Si Pengantar Susu itu duduk di belakang. Aku melihatnya meringis kesakitan karena lukanya. Cukup parah luka nya di bagian lutut. Aku takut bila terjadi patah ataupun lainnya dan langsung mengajak nya bicara.

"Tahan ya mas.",ucapku sambil melihat khawatir ke lukanya.

"Iya mba saya tahan banting kok",ucap nya.

"Hahaha, kalo tahan banting berarti gausah bawa ke klinik nih?",jawabku sambil tersenyum ke arahnya.

"Eh ya jangan mba, nanti saya gabisa anter susu lagi.",ucap Si Pengantar Susu itu sambil tersenyum malu.

"Ih itu kenapa senyum nya malu-malu gitu.",godaku sambil mendekat ke dia dan mencari wajahnya yang dia turupi.

"Ah mba, saya jadi grogi.",ucap dia.

"Hahahaha,kaya ketemu siapa aja grogi. Hah?!",jawabku sambil terus menggoda nya.

"Oh iya, nama lo siapa? Gw Megan, dan itu Radit dan itu Pak Dio.",ucapku sambil mengulurkan tanganku dan tersenyum.

"Nama saya Bima mba,mas, Pak.",jawab dia sambil melirik ke arahku , ke Radit dan Pak Dio.

"Owhh, Bima.",kata ku.

Selang beberapa menit aku sibuk bermain ponsel dan Radit pun bermain game.

Pov Bima

"Hah, dia manis sekali kalau tersenyum. Gw jadi grogi. Cantik, baik ga sombong kaya orang kaya lainnya."ucapku dalam hati sambil memperhatikan Megan.

Pov Radit

Aku melihat mereka dari spion dalam mobil. Mereka tampak asik di belakang, bahkan mereka tertawa dan saling bercanda. Namun aku hanya fokus pada senyum Megan membuat ku teringat saat kami saling bertatapan tadi, bodohnya aku tidak bisa menahan diri ku. Untung saja Pak Dio menabrak. Eh.. bukan, bukan seperti itu maksudku. Kalian pasti tau.
Selang beberapa menit tak lagi terdengar suara bercanda mereka di belakang, aku kembali melirik spion dan kulihat Megan sedang bermain ponsel dan kulihat lagi Si Bima menatap Megan sambil tersenyum. "Huftt, lagi-lagi Megan memikat perhatian lagi",gumamku dalam hati.
Tak bisa ku pungkiri, dia cantik dengan kulit bersih , hidung mancung, kaki jenjang, dan rambutnya yang diekor kuda. Sangat terlihat dewasa dan imut. Pantas saja banyak yang menggoda nya.

Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang