Maaf

8 2 0
                                    

Sampai rumah Megan masih marah-marah. Dia langsung masuk ke kamar nya. Aku tidak menyangka bagaimana bisa dia lebih mementingkan perasaan Bima. Se cinta itu kah Megan terhadap Bima?
Lagi-lagi aku merasa ingin sekali marah. Bukan marah pada Megan atau pun Bima. Namun marah terhadap diri ku sendiri, mengapa aku membiarkan rasa itu sampai sejauh ini?

Pov Megan

Aku masuk kamar membanting pintu, aku tidka tahu apa yang membuat Radit se egois itu. Aku pun langsung mengirimkan pesan ke Bima.

"Bima, i'm so sorry. Gw ga jadi dateng. Radit jemput dan maksa gw  pulang karena bonyok balik ke Indo."

"Hah? Ga jadi? Apa perlu aku jemput kamu? Biar aku yang bilang sama Radit?."

"No, Radit keras kepala. Kalo dia bilang enggak ya enggak. Gw benar-benar minta maaf Bim. Next time ok."

"Yah.. padahal ada yang mau aku tunjukkin ke kamu. Ibu juga udah masak banyak."

"Ibu udah masak? Ya ampun, gw jadi ga enak banget."

"Kalo kamu beneran ga enak dateng lah, kalau perlu ajak Radit gapapa kok. Aku cuma takut ibu kecewa sama kamu."

Omg, aku jadi ga enak banget. Aku harus cari cara untuk bisa pergi ke rumah Bima. Akhirnya aku mengontak salah satu teman Radit. Aldo.

"Aldo, lo lagi dimana? Sibuk gak?"

"Oi, what's wrong?"

"Lo bisa gak ajak Radit pergi main kemana gitu. Lo bilang butuh bantuan, kecelakaan atau apa deh."

"Hah? Gila lo? Ngapain coba?"

"Please, gw butuh bantuan lo. Lo mau kan?"

"Ok, ok. Gw pikirin dulu. Tapi emang lo mau ngapain sampe pengen Radit cabut?"

"Gw pengen.. gw pengen hangout sama Ayu. Tapi Radit gak ngebolehin. Kasian Ayu udah nungguin gw di mall."

Fyi guys Aldo suka sama Ayu makanya gw pake nama Ayu buat ngibulin dia. Sorry Al.

"Ok, gw bantu."

"Thanks, Al."

Hufttt. Finally. Gak lama kemudian aku liat Radit keluar dari rumah naik motornya. Aku pun langsung keluar dan pergi ke rumah Bima. Aku pesen ojek, karena Pak Dio pasti gak mau nganterin.

Dan.. aku sampe di rumah Bima. Aku ketuk pintu rumah Bima dan begitu dibuka, aku melihat sosok yang selama ini aku cari. Sosok yang sangat aku rindukan. Ia sedang menatapku dengan mata nya yang berkaca-kaca.

"Mama?",ucapku memanggilnya lirih.

"Megan...",kata mama memelukku.

Aku menangis sejadi-jadinya di pelukannya. Aku benar-benar merindukan nya.

"Mama dari mana aja? Megan kangen sama mama.",kata ku.

"Maafin mama, sayang. Mama janji gak akan ninggalin kamu lagi.",ucap mama ku.

Setelah saat saat itu, Bima menatap ku tersenyum.

"Lo tau semua ini Bim?",tanya ku.

"Sayang, selama ini mama menyuruh Bima untuk menjaga kamu, dan mengabari mama kalau kamu sudah pulang dari luar negeri. Mama tau cuma dia yang bisa menjaga kamu, cuma dia yang mama percaya, dan mama tau kamu dan Bima saling menyayangi dari dulu.",kata mama. Aku hanya bisa menatap Bima sambil tersenyum. Aku lega. Sangat lega. Hidupku seakan lengkap sekarang. Aku menemukan Bima, bertemu dengan mama lagi. Aku benar-benar tidak butuh apapun lagi. Ini sudah cukup ya Tuhan, aku kembali menangis dalam pelukan mama.

Dilanjut ... aku, mama , dan keluarga Bima makan malam di rumah Bima. Walaupun sederhana tapi itu mampu menghangatkan ku.

Dilain sisi

Pov Radit.

Dia membuka pintu dengan amarah sejadi-jadinya. Diikuti Aldo di belakang nya.

"Lo tu temen siapa si sebenernya?",teriak Radit.

"Sorry, Dit. Gw benar-benar ga tau kalo Megan boong. Gw kira dia beneran pergi sama Ayu.",jelas Aldo.

"Yaudah , sekarang lo balik aja. Bonyok mau balik malam ini.",kata Radit.

"Really? Ok. Gw balik ya Dit.",kata Aldo, namun sebelum keluar dia mengambil minuman dulu di kulkas ruang tamu. Itu sudah bisa Aldo dan Aldi lakukan kalau bermain ke rumah Radit.

Radit langsung berjalan ke kamar Megan. Dia menatap foto Megan di dinding dan mulai menitikkan air mata.

"Kenapa? Kenapa harus sejauh ini? Kenapa lo harus melakukan hal sejauh ini, Megan?",tanya ku sambil berdiri di depan pintu kamar.

Aku mencoba menelepon Megan, namun telepon ku selalu di reject oleh nya. Akhirnya aku menuju ke rumah Bima diantar oleh Pak Dio.

Saat aku tiba disana, aku melihat mama Megan. Ia terlihat terkejut melihatku. Begitu pula Pak Dio. Dia sangat terkejut melihat wanita itu di sana.

"Radit? Gw ketemu mama, Dit.",kata Megan antusias sambil memegang tangan ku. Aku langsung menghempaskan tangannya dan menatap nya.

"Pulang sekarang!",kata ku.

Megan tampak bingung dengan respon ku.

"Kamu apa-apaan, Radit? Jangan pernah halangi tante bertemu dengan anak tante sendiri!",kata mama Megan.

"Sejak kapan? Sejak kapan anda peduli dengan Megan?",teriak ku.

PLAKKKK!!!

Sebuah tamparan keras mengenai pipi ku. Tamparan dari Megan. Ia menangis sejadi- jadinya.

"Jangan pernah lo bentak mama gw.",kata Megan sambil menarik kerah baju ku.

"Megan. Gw cuma gamau lo..",kata ku terputus oleh Megan.

"Cukup, Dit. Lo gak berhak bentak mama gw. Lo gak berhak ngelindungin gw. Gw ada mama, ada Bima yang dari dulu selalu jaga gw. Sedangkan lo? Lo tu cuma orang baru buat gw. Bahkan nyokap lo..", ucapan Megan terputus sesaat memandang wajah ku.

"Kenyataan kalo nyokap lo masuk ke kehidupan keluarga gw, yang bikin gw tambah muak sama lo, Dit.", Ucap Megan membuat ku tertegun, aku  hanya diam menatap Megan tak percaya. Bahkan setelah semua hal yang kami lalui, Megan menganggap ku dan mama hanyalah parasit dalam kehidupannya. Aku bahkan tidak mengharapkan cinta nya, tapi aku bodoh, selama ini aku mengira dia sudah berdamai dan menganggap ku seperti saudara nya. Ternyata aku salah.

Mendengar ucapannya , aku hanya bisa melangkah pergi tanpa pamit. Tanpa sepatah kata pun. Aku pergi dengan rasa sakit yang sangat dalam. Aku . Aku memang bersalah. Mama dan aku tidak seharusnya masuk dalam kehidupan Megan. Aku tidak seharusnya langsung menganggap Megan menerima ku. Bahkan tidak seharusnya,

aku jatuh cinta kepadanya.
Maaf Megan. Maaf.
.
.
.
.
.
.
.

.
:(

Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang