to a long journey

17 5 2
                                    

Seperti biasa , di pagi hari aku dan Radit berangkat ke sekolah bersama.
Namun di depan rumah kami bertemu Bima sedang mengendarai sepeda nya. Sepertinya dia sudah sembuh. Dia datang membawa susu sapi murni.

"Selamat pagi mba Megan, mas Radit.",sapa dia sembari tersenyum.

"Selamat pagi.",ucap aku dan di lanjut Radit.

"Kamu mau berangkat sekolah?",tanya ku pada Bima.

"Iyalah, ga liat lo dia pake seragam?",ujar Radit meledekku.

"Hahaha,iya mba, mas. Sekalian antar susu.",jawab Bima.

"Lo sekolah dimana Bim?",tanya ku.

"Di SMA Tanjung 1.",jawab Bima sambil mengeluarkan botol susu dari box di atas sepedanya.

"Wihh dimana tuh? Jauh dari sini? Soalnya gw ga pernah liat.", tanya Radit sembari membantu Bima.

"Lumayan mas, soalnya harus lewatin banyak sawah dan perkampungan dulu.",jawab Bima lagi.

"Wahhh, seru dong ya. Seger pasti.",ucap Radit lagi.

Aku hanya mendengarkan mereka ngobrol sambil memotret kedua nya.

"Sabi kali y kapan-kapan kita main ke rumah lo lagi.",ucap Radit.

"Boleh mas.",jawab Bima riang.

Skip.

Bima.
Bima.
Bima.
Di perjalan nama Bima selalu muncul di kepalaku. Bahkan sejak kami pertama bertemu malam itu aku merasa aku pernah bertemu dengan nya. Tapi kapan?

Lamunan ku buyar karena panggilan Radit.

"Yeuuuu, diajak ngobrol juga.",ucap Radit.

"Sorry sorry, kenapa?",tanya ku.

"Pulang sekolah main tempat Bima yuk.",ajak Radit.

"Ehm, OK."

#Radit

Di perjalan aku melihat Megan hanya melamun saja, tidak seru. Aku pun mengajak ngobrol Pak Dio.

"Pak, Bima udah sering nganter susu ke rumah? Kok saya baru tau akhir-akhir ini ya?",tanya ku.

"Owh, sebelum nya yang biasanya antar bapaknya mas. Bli Turah namanya. Tapi karena abis kecelakaan, jadi Bima, ibu, dan adek nya yang ngurusin peternakan dan nganter susu.",ucap Pak Dio.

"Mereka punya peternakan?",tanya ku lagi.

"Punya mas. Peternakan sapi. Lumayan terkenal kalo di daerah sini.",ujar Pak Dio lagi.

"Owhhh",ucapku mengakhiri pembicaraan.

Sama seperti biasanya. KBM sudah dimulai. Jadi ya mari kita per singkat saja.

#Megan.

"Jadi?",tanya ku.

"Jadi dong.",kata Radit.

Kami berjalan menuju gerbang sekolah, namun mobil Pak Dio belum nampak. Jadi kami memutuskan duduk di halte dahulu.

"Dit, gak kesorean apa? Ini udah jam 3.",kata Ku.

"Yaelah... Paling cuma berapa jam si disono.",kata Radit.

Aku menghela nafas dan mencium aroma yang sangat enak.
Martabak. Tepat di sebelah kami.

Heran, apa jam 3 sore tukang martabak sudah mulei beroperasi?? Hehehe.

"Dit,, beli martabak aja yuk, dimakan di sana.",ucapku tanpa mengalihkan pandangabku dari gerobak martabak itu.

"Boleh, pake duit lu ya.",ujar Radit.

Aku langsung menoleh ke arahnya dan memasang muka melas.

"Gw ga ada duit Dit.", ucapku melas.

"Hisssss.", Radit yang langsung berdiri menghampiri tukang martabak.

"Dit, gw mau coklat keju susu ya.", ucapku menunjuk ke menu.

"Lah , gw yang bayar kok lo yang milih.",kata Radit mengejek.

"Kan buat bareng². Hehe.",ucapku.

"Bli, martabak coksu keju 2 ya.",ucap Radit.

"Ok siap.",ucap abang martabak.

@dimobil.

"Wih bau apa ni mas? Enak banget.",tanya Pak Dio.

"Martabak pak. Nanti kita makan bareng di tempat Bima.", ucapku.

"Wahhh, mantep ini. Siap.",ucap Pak Dio.

#Radit.

Megan. Bisa gak lo berhenti senyum semenit aja.
Gw jadi gabisa lepas pandangan dari lo.

Aku menatap Megan yang seakan tak sabar menyantap martabak itu.
Wajahnya lucu membuatku ingin mencubit pipi nya.

"Eh Radit.", panggilannya membuyarkan lamunan ku terhadapnya.

"Lo ga mau ikut ekstra apa gitu?",tanya dia.

"Gak. Gak penting.",jawabku singkat.

"Sudah ku dugong.",ucap Megan membuatku tertawa.

"Dugong- dugong mbahmu.",ucapku.

"Heh, nini gw bukan dugong ye.",lanjut dia memasang wajah kesal yang sangat menggemaskan.

Ya Tuhan.... Manis sekali.


Find youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang